Stok Sapi Kurang, Gubernur Akui Sulit Kendalikan Harga Daging

Harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional di Surabaya mengalami kenaikan hingga Rp 100 ribu per kg, Kamis (11/6). Harga ini diperkirakan akan terus bergerak naik seiring kian dekatnya puasa dan Lebaran 2015.

Harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional di Surabaya mengalami kenaikan hingga Rp 100 ribu per kg, Kamis (11/6). Harga ini diperkirakan akan terus bergerak naik seiring kian dekatnya puasa dan Lebaran 2015.

Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo mengaku kesulitan mengendalikan kenaikan harga daging yang akhir-akhir ini terus mengalami lonjakan hingga mencapai harga rata-rata Rp 100 ribu per kg dari sebelumnya, Rp 95-96 ribu per kg. Harga ini diprediksi akan terus mengalami kenaikan seiring kian dekatnya puasa dan Lebaran 2015.  Alasannya, stok daging terbatas, sedangkan permintaan pasar sangat tinggi.
Di sisi lain, Pemprov Jatim juga tidak mungkin bisa menggelar operasi pasar karena tidak adanya mesin pendingin (cool storage) yang bisa dibawa kemana-mana. “Khusus untuk daging ini, memang belum ada model untuk menekan kenaikan harga daging,” kata Gubernur Soekarwo, Kamis (11/6).
Menurut Pakde Karwo, sapaan lekat Gubernur Soekarwo, mesin mendingin ini sangat dibutuhkan, sebab daging sapi tidak bisa tahan lama setelah disembelih. “Yang bisa kami lakukan sekarang adalah operasi pasar dengan subsidi angkut untuk komoditas seperti terigu, minyak goreng, beras, gula dan tambahannya telur,” katanya.
Mantan Sekdaprov Jatim ini mengatakan, yang bisa dilakukan sekarang untuk mengantisipasi kenaikan harga daging adalah dengan memperbanyak daging sapi atau ayam yang disembelih di RPH (Rumah Potong Hewan). “Untuk sementara hanya itu,” jelasnya singkat.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga khawatir kebutuhan warga Kota Surabaya terhadap daging sapi selama Ramadan tak cukup.  Pasalnya, saat ini Surabaya hanya memiliki 150 ribu ekor sapi. Sementara kebutuhan warga Surabaya selama Ramadan diprediksi mencapai 159 ribu ekor.
Untuk menutupi kebutuhan tersebut, pemerintah Kota Surabaya berencana membeli sapi dari rumah pemotongan hewan untuk menghindari kelangkaan. Pemkot juga akan selalu memantau pasar mengindari kenaikan harga daging sapi. “Dengan demikian, diharapkan harga daging sapi tidak sampai naik drastis,” kata Risma.
Saat ini Pemkot Surabaya terus berkoordinasi dengan RPH. “RPH siap membeli sapi untuk menutupi kekurangan kebutuhan sapi di Surabaya,” ujar Risma lagi.
Sementara itu, Jatim terancam kekurangan daging sapi saat Ramadan sangat terbuka lebar. Menurut Ketua Paguyuban Pedagang Daging Sapi Segar, Muthowif, permintaan sapi sejak Februari lalu terus naik, dengan rata-rata permintaan antara 10-20 ekor setiap hari. Jika sebelumnya Surabaya melakukan pemotongan sapi sekitar 150 ekor per hari, maka sejak Februari 2015 menjadi sebanyak 160 hingga 170 ekor per hari.
Tingginya permintaan daging sapi tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan sapi. Dia menambahkan bahwa stok sapi pada 2015 hanya ada sekitar 2,9 juta ekor. Jumlah ini terus menyusut bila dibandingkan dengan 2013 sebanyak 3,5 juta ekor sapi potong. Dengan stok yang cukup sedikit tersebut, setidaknya Jatim kekurangan jumlah sapi yang cukup signifikan yakni sebanyak 425 ribu ekor.
Untuk meredam gejolak harga yang kemungkinan muncul akibat ketimpangan permintaan dan stok yang ada, pihaknya meminta Pemprov Jatim untuk mengizinkan masuknya sapi dari luar Jatim seperti dari Lampung, Bali, Jakarta dan Jawa Tengah. Stabilisasi harga tersebut diperlukan guna meredam potensi meroketnya harga daging sapi memasuki Ramadan.
Sementara untuk daging ayam, di Pasar Pucang Surabaya harganya jelang Ramadan mengalami kenaikan. “Harga daging ayam sekarang Rp 32.000 dari sebelumnya Rp 26.000 per kg. Harga ini sudah berlangsung lebih lima hari,” kata Ayub salah seorang pedagang pasar.
Selain karena mendekati Ramadan, katanya, kenaikan ini juga disebabkan minimnya stok ayam dari Trenggalek yang menjadi favorit pembeli. Hal ini dikarenakan faktor makanan ayam yang dari daerah lain yang kurang berkualitas sehingga dagingnya tidak tahan lama. Sedangkan peternak ayam di Trenggalek yang dinilai bagus dalam pakan ternak namun tidak mencukupi permintaan pasar.
Kepala Dinas Peternakan Jatim Ir Maskur MM mengatakan, kalau kenaikan harga saat ini masih di ambang batas wajar dikarenakan harga psikologis. “Tidak masalah harganya. Ada kenaikan harga naik 5-10 persen. Hal itu biasa karena pada Juni-Juli terdapat banyak kegiatan keagamaan,” katanya
Dikatakannya, di Jatim terdapat sekitar 1,1 juta ekor kelahiran sapi per tahunnya. Sebanyak 850 ribu ekor siap untuk dipotong, di mana 500 ribu ekor untuk kebutuhan Jatim dan sisanya untuk luar Jatim. [iib.dre,rac]

Tags: