Stop Impor Produk Tekstil Agar IKM Tekstil Hidup dan PEN Berjalan

Jakarta, Bhirawa.
Banjir produk tekstil impor dan dampak pandemi Covid-19 telah menurunkan penjualan Industri Kecil dan Menengah (IKM) tekstil. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia, menyebutkan bahwa roduk impor tekstil tidak hanya terja5i di pasar Swalayan. Tetapi juga merambah masuk ke market place.

Data Indotextiles menyebutkan, sepanjang tahun 2020, produksi garmen IKM mencapai sekitar 641.000 ton. Namun produk sebanyak itu tidak dapat bersaing dengan produk impor dengan harga jauh lebih murah. Walaupun dari segi kualitas produk IKM jauh lebih bagus.

Menanggapi hal tersebut, Ketua DPD RI La Nyalla Matalitti minta pemerintah untuk segera memproteksi pasar. Demi melindungi pelaku IKM dari serbuan produk tekstil impor yang dipasarkan secara online. Dia melihat, dampak derasnya tekstil impor, telah membuat menurun nya penjualan produk dalam negeri.

Dinilai, e-commerce amat besar pengaruhnya terhadap produk -produk impor, baik konsumsi kebutuhan rumah tangga maupun pakaian jadi.

“Keluhan yang dirasakan di tengah-tengah program pemerintah terkait program Pemulihan Ekonomi Nasional(PEN), adalah pelaku usaha garmen, merasakan sulitnya penjualan produk, karena tidak mampu bersaing. Padahal, harga terbilang lebih murah dan kualitas pun lebih baik,” cetus La Nyalla, Minggu (4/4).

Dia telah meminta pemerintah untuk mem- proteksi pasar melalui regulasi yang melindungi pelaku usaha lokal. Jika hal ini dibiarkan, maka IKM akan menghadapi kematian dan permasalahan sosal yang besar akan menimpa.

Senator Dapil Jawa Timur ini mendesak pemerintah agar segera menyelesaikan regulasi yang memproteksi pasar. Sebab, hingga kini hal tersebut belum juga dirampungkan oleh pemerintah.

“Ini urgent dan harus menjadi prioritas. Hingga saatnya kita mampu bersaing di pasar bebas,” tandas alumnus Un Brawijaya Malang. [ira]

Tags: