Stop Kekerasan Guru pada Murid

Oleh :
Asri Kusuma Dewanti
Pengajar FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Dunia pendidikan merupakan dunia pembelajaran. Sekiranya kata tersebut tepat adanya jika kita secara kolektif mengakui akan pentingnya pendidikan dalam kehidupan ini. Namun, dunia pendidikan akan tidak mengindahkan jika di dalamnya ternodahi dengan adanya kekerasan. Apalagi kekerasan dilakukan oleh sosok seorang guru, seperti yang dilakukan oleh oknum seorang guru SMPN 10 Pangkalpinang.
Aksi tersebut bisa terlihat dari peredaran video pemukulan brutal yang dilakukan seorang oknum guru terhadap muridnya yang sempat viral di media sosial dan grup-grup obrolan online, (detikNews, 6/11).Wajar adanya jika berbagai pihak menyesalkannya, apalagi guru adalah sosok pendidik yang seharusnya memberikan pendidikan positif, bukan malah melakukan kekerasan terhadap murid.
Stop pendidikan dengan kekerasan
Apapun alasannya kemarahan guru yang tidak memberikan suritauladan yang baik salah adanya. Baik itu, guru marah kepada siswanya di kelas atau di sekolah. Mulai karena siswa tak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), tidak menghormati guru yang sedang mengajar dengan ngomong sendiri atau main HP, siswa ramai dan berkelahi di kelas, siswa melakukan pelanggaran moral seperti narkoba, mencuri, mencontek, hingga mengejek guru. Sebaiknya guru tidak mengunakan kekerasan apapun bentuknya, untuk menjawab semua kesalahan siswa atau peserta didik yang ada.
Guru adalah tenaga pendidikan yang harusnya memberikan pendidikan. Pendidikan yang diwarnai dengan kekerasan tidak akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik. Pendidikan dengan kekerasan ini akan berdampak negatif terhadap perkembangan anak. Apalagi usia SD dan SMA adalah usia yang sangat rentan psikologis. Dikuatirkan pendidikan yang diwarnai dengan kekerasan akan menghasilkan orang yang suka dengan kekerasan. Akan lahir kekerasan-kekerasan lain sebagai dampak terhadap kekerasan yang dialami oleh siswa atau peserta didik tersebut. Apapun alasannya, tindakan kekerasan terhadap murid harus dihentikan dan mesti dikutuk. Di zaman sekarang pendidikan dengan kekerasan sudah tidak perlu dilakukan lagi. Sudah tidak zamannya lagi mendidik dengan kekerasan. Anak didik yang nakal itu adalah mereka yang ingin diperhatikan. Guru seharusnya memberi perhatian. Jangan malah melakukan kekerasan terhadap murid tersebut.
Kekerasan tidak ada dalam ranah pendidikan kita, karena kekerasan dalam dunia pendidikan kita jika kita biarkan justru akan menghasilkan manusia-manusia yang suka melakukan kekerasan. Ini sekiranya, perlu menjadi kesadaran kita bersama untuk tidak membiarkan kekerasan dalam lingkup sekolah atau lembaga pendidikan.
Ahli filsafat dan sosiologi bernama Giroux, melalui bukunya pendidikan dan tumbuh kembang anak, mengungkapkan bahwa salah satu tugas guru adalah menempatkan pendidikan tidak hanya sebagai wahana belajar secara keilmuan atau pengetahuan tetapi melalui pendidikan juga diharapan ada wahana media untuk untuk mengarahkan anak untuk bersikap baik. Melalui cara itu, pendidikan diharapakan ikut andil dalam mengembangkan atau melestarikan kebiasaan baik yang membaikan.
Sosok guru masa depan
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Guru dapat dihormati oleh masyarakat karena kewibawaannya, sehingga masayarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat percaya bahwa dengan adanya guru, maka dapat mendidik dan membentuk kepribadian anak didik mereka dengan baik agar mempunyai intelektualitas yang tinggi serta jiwa kepemimpinan yang bertanggungjawab. Jadi dalam pengertian yang sederhana, guru dapat diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dan mengajarkan etika dengan baik.Lebih lengkapnya lagi, berikut ini gambaran guru ideal masa depan versi penulis.
Pertama, sosok guru juga harus bisa jadi seorang pembelajar. Tidak boleh berhenti belajar dan terus mengembangkan diri. Kemauan kuat untuk terus belajar dan berkarya agar menghasilkan generasi pembelajar sepanjang hayat. Dengan demikian, dapat memberi kontribusi yang terbaik bagi masyarakat di sekitar.
Kedua, profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Seorang profesional mempunyai pengetahuan yang dimiliki dalam melayani pekerjaan di bidangnya. Bertanggung jawab atas keputusannya baik intelektual maupun sikap, dan menjunjung tinggi etika profesi.
Ketiga, seorang guru masa depan diharapkan mempunyai kepribadian yang khas. Disatu pihak guru harus ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan dan menciptakan suasana aman. Akan tetapi di lain pihak, guru harus memberikan tugas, mendorong siswa untuk mencapai tujuan, menegur, menilai, dan mengadakan koreksi. Artinya, seorang guru harus mampu berperan ganda. Peran ganda ini dapat di wujudkan secara berlainan sesuai dengan situasi dan kondisi yang di hadapi.
Keempat, saat ini sudah saatnya relasi guru dan siswa menjadi relasi yang baik yang dialogis. Artinya, guru yang memang lebih tua, diharapkan lebih matang dan lebih tidak emosional dibandingkan dengan siswa yang memang masih remaja dengan segala kekurangannya, apalagi pendidik adalah teladan atau panutan. Kalau kekerasan itu dilakukan di depan kelas, ini menjadi contoh yang tidak baik bagi siswa lain karena melihat temannya dihajar oleh guru yang seharusnya lebih sabar dan lebih dewasa. Dengan tindakan itu, sebenarnya guru sendiri menjatuhkan dirinya di depan siswa karena tidak dapat menjadi teladan sebagai orang tua yang dengan sabar membimbing siswa.
Mengingat guru adalah sosok yang terhormat di masyarakat. Wajar adanya jika predikat itu benar-benar berat tanggungjawabnya ditengah-tengah masyarakat kita. Begitu besar amanah yang diemban oleh sosok seorang guru. Begitu besar harapan masyarakat kita akan sosoknya. Oleh sebab itu, sudah saatnya, guru di masa depan bukan lagi hanya bertindak sebagai penyampai pengetahuan semata, namun lebih dari itu. Jadi, sosok guru harus mampu menciptakan siswa agar jadi pelajar yang tangguh, berintegritas tinggi, santun, dan mampu beradaptasi dengan segala perubahan.

———– *** ———–

Rate this article!
Tags: