Stop Ketergantungan Kedelai Impor

Oleh :
Dyah Titi Muhardini
Dosen FPP Universitas Muhammadiyah Malang

Sungguh patut tersayangkan konsumsi andalan dan kesayangan masyarakat Indonesia yang notabenenya adalah tahu dan tempe, harus tergantung dengan impor kedelai. Alhasil, jika terjadi minimnya suplay kedelai impor maka akan terjadi kenaikan harga kedelai di pasaran. Dan, ironisnya lagi realitas itu selalu terjadi bahkan menahun di negeri ini. Seolah pemerintah melalui menteri pertanian dan perdagangan tidak memiliki inovasi, terobosan dan kebijakan yang bisa digunakan rujukan untuk menjaga stabilitas harga kedelai di negeri ini. Padahal, mestinya langkah taktis dan konkret perlu dilakukan oleh pemerintah agar bangsa ini tidak ketergantungan terhadap impor kedelai.

Wujudkan swasembada kedelai

Kedelai merupakan salah satu bahan pokok pangan yang memainkan peranan penting dalam penyediaan protein asam amino esensial bagi keseimbangan gizi pangan masyarakat. Selain itu, kedelai merupakan salah satu komoditi primer yang banyak dibutuhkan sebagai input untuk menghasilkan komoditi sekunder, seperti; susu kedelai, tempe, tahu, tepung kedelai dan lain-lain (Rizma, 2015). Berdasarkan penelusuran data hingga saat ini Indonesia memang masih impor beberapa komoditas pangan guna memenuhi kebutuhan domestik serta untuk kebijakan pemerintah dalam menstabilkan harga. Salah satunya, adalah impor pangan kedelai.

Badan Pusat Statistik mencatat, Senin (21/2/2022), impor kedelai dalam setahun mencapai di atas 2 juta ton. Selama 2020 dan 2021 saja, impornya mencapai 2,4 juta ton. Sementara secara bulanan, realisasinya berbeda tergantung musim dan permintaan. Seperti pada Desember 2021, impor kedelai 137 ribu ton dan Januari 2022 lebih tinggi yaitu 225 ribu ton. Berdasarkan asal negara, kedelai dipasok paling banyak dari Amerika Serikat (AS) dengan 2,1 juta ton selama 2021. Selanjutnya Kanada sebesar 232 ribu ton kedelai pada periode tersebut. Lainnya ada dari Australia, Malaysia dan Singapura.

Peningkatan produksi kedelai yang begitu pesat dan tidak diimbangi oleh peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Dan, diikutinya tingginya permintaan untuk konsumsi serta berkembangnya industri berbahan baku kedelai menyebabkan kelangkaan pasokan dan mahalnya harga kedelai di Indonesia. Naiknya harga kedelai akhir-akhir ini amat meresahkan masyarakat Indonesia, khususnya bagi para pengrajin tahu-tempe yang menggunakan kedelai sebagai bahan dasar pembuatannya.

Produksi dalam negri belum mampu mencukupi kebutuhan pasokan dalam negeri yang terus meningkat dari waktu ke waktu jauh melampaui peningkatan produksi dalam negri, maka terjadi kesenjangan. Kesenjangan tersebut ditutup oleh pemerintah dengan mengadakan kegiatan impor. Namun, kendati demikian mestinya pemerintah segera mengambil langkah konkret agar persoalan ketergantungan impor kedelai bisa segera berakhir dan tidak menjadikan bangsa ini harus dihadapkan pada ketergantunga impor kedelai secara berkepanjangan. Dan, kini saatnya bangsa dan negeri ini bersatu wujudkan swasembada kedelai.

Menanti keterlibatan pemerintah

Indonesia sebagai konsumsi kedelai terbesar kedua setelah China, sehingga aneh jika komoditas itu berasal dari negara luar. Maka, sudah semestinya Indonesia perlu segera mendorong agar produktivitas tanaman kedelai di dalam negeri meningkat, sehingga tidak bergantung dengan impor. Pasalnya, jika pasokan terhambat, maka bisa mengganggu produksi seperti tahu dan tempe di negeri ini. Terlebih, kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahunnya adalah 3 juta ton, sementara budi daya dan suplai kedelai dalam negeri hanya mampu 500 hingga 750 ton per tahunnya.

Melihat realitas yang demikian tentu pemerintah tidak bisa tinggal diam. Saatnya pemerintah perlu mengurangi ketergantungan impor. Salah satunya dengan menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, khususnya pada pasal 54 ayat (3), pemerintah dapat membatasi impor barang dengan alasan untuk membangun, mempercepat, dan melindungi industri tertentu di dalam negeri, atau untuk menjaga neraca pembayaran maupun neraca perdagangan.

Tentu saja pembatasan impor tersebut harus diimbangi dengan peran pemerintah untuk dapat meningkatkan produksi kedelai dari dalam negeri, sehingga kebutuhan kedelai untuk industri dapat dipenuhi tanpa harus impor. Detailnya, berikut inilah beberapa langkah masukan untuk menurunkan dan menstabilikan harga kedelai sekaligus solusi agar bangsa dan negeri tidak ketergantungan terhadap kedelai impor.

Pertama, pemerintah perlu segera mengambil langkah taktis jangka pendek dan panjang untuk mengintervensi isu kedelai yang setiap tahun terus terjadi di Indonesia. Salah satunya, dengan mendorong agar jumlah produksi ditingkatkan, jangka pendeknya pemerintah perlu menyiapkan ketersediaan kedelai itu sendiri sesuai dengan kebutuhan pasar, terlebih kedelai ini menyangkut kebutuhan mendasar dari pangan rakyat.

Kedua, perlu ada kebijakan politik agar produktivitas kedelai dalam negeri meningkat. Misalnya, Indonesia perlu memberikan insentif kepada petani untuk menanam kedelai sebagai upaya mewujudkan program swasembada kedelai dalam negeri. Pasalnya, sekarang ini petani kedelai menghadapi biaya yang tinggi jika mereka menanam komoditas itu di dalam negeri. Harusnya, pemerintah memiliki starategi yang terukur melalui peningkatan produksinya dalam setiap tahunnya.

Ketiga, Kementerian Pertanian (Kementan) harus membuat perencanaan untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Agar menghasilkan bibit unggul yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Apalagi pemerintah sebenarnya memiliki balai penelitian yang harusnya mampu menemukan varietas kedelai yang bisa ditanam di negara tropis dengan tingkat produktifitas yang tinggi. Harus segera membuat perencanaan mulai dari penanaman serentak, penyediaan lahan, bibit unggul yang sesuai kebutuhan pasar Indonesia, tenaga pendamping hingga sejumlah alat produksi pasca panen.

Keempat, Kementerian Perdagangan (Kemendag) perlu melakukan langkah dalam mendorong ketersediaan kedelai di pasaran. Salah satunya, Kemendag harus segera menstabilkan harga melalu tata niaganya dalam jangka panjangnya melalui Bulog atau yang lainnya. Mengingat harga akan kembali stabil apabila pasokan kedelai tersedia dan mudah didapat.

Melalui keempat langkah masukan agar bangsa dan negeri ini tidak ketergantunagn terhadap kedelai impor tersebut diatas, jika diimplemetasikan maka besar kemungkinan bangsa dan negeri bisa menuju swasembada kedelai dengan begitu kebutuhan kedelai untuk industri dapat dipenuhi tanpa harus impor.

———- *** ———–

Rate this article!
Tags: