Strategi Ketahanan Pangan Saat Normal Baru

Ketahanan pangan menjadi fokus utama berbagai negara di belahan dunia selama masa pandemi corona. Oleh sebab itu, mau tidak mau dibutuhkan peningkatan inovasi guna menjaga ketahanan pangan itu sendiri. Salah satunya adalah melalui strategi bertani itu sendiri. Bertani setidaknya bisa menjadi pilihan yang tepat, guna menjanjikan untuk kehidupan yang lebih baik. Terutama demi ketahanan pangan.

Demi ketahanan pangan memulai new normal saat ini, Kementerian Pertanian terus berupaya melakukan berbagai strategi penguatan pangan. Salah satunya melalui peningkatan nilai tukar petani (NTP) yang akan dilakukan lebih masif. Salah satunya, melalui cara dengan menaikkan harga jual gabah sehingga target penambahan NTP menjadi 103 poin, lebih tinggi dari NTP pada Maret 2020 sebesar 102,09 poin. Selajutnya, Badan Pusat Statistik yang sebelumnya memproyeksikan beberapa komoditas pangan akan mengalami surplus hingga Juni 2020, (wartaekonomi.co.id, 21/6)
Upaya tersebut, sekiranya bisa dikatakan sebagai suatu strategi khusus agar pasokan bahan pokok masyarakat tersedia. Langkah konkretnya, bisa dilakukan melalui penyusunan agenda darurat yang kemudian bisa dilakukan melalui pengembangan pasar dan toko tani, jaring pengaman sosial bagi petani, dan menjaga stabilitas harga. Semua itu, perlu mendapat perhatian mengingat ke depannya ketahanan pangan masih dihadapkan pada berbagai tantangan, baik dari supply maupun demand. Oleh karena itu, diperlukan integrasi lintas sektor.

Selain itu, upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan setidaknya bisa dilakukan melalui tiga hal. Pertama, ketersediaan pangan atau seberapa cukup pangan tersedia. Kedua, keterjangkauan, artinya seberapa mampu pangan bisa diakses. Ketiga, pemanfaatan pangan. Melalui tiga upaya dalam mewujudkan ketahanan pangan tersebut tentu diperlukan transmigran petani yang siap bertani dalam berbagai kondisi. Setidaknya, melalui kesadaran penuh dan kerja keras untuk mengawal pertanian agar lebih produktif dengan berbagai strategi itulah, semoga negeri kita ini dijauhkan dari bayang-bayang defisit atau kuranya ketersediaan pangan di tengah era new normal saat ini.

Gumoyo Mumpuni Ningsih
Pengajar Universitas Muhammadiyah Malang

Tags: