Strategi Meningkatkan Minat Baca Siswa

Oleh :
Drs Sudjono, MM
Pustakawan Ahli Utama pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur 

Budaya baca merupakan merupakan persyaratan yang sangat penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara apabila ingin menjadi bangsa yang maju. Melalui budaya baca, mutu pendidikan dapat ditingkatkan sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Melalui budaya baca pulalah pendidikan seumur hidup (life long education) dapat diwujudkan, karena dengan kebiasaan membaca seseorang dapat mengembangkan dirinya sendiri secara terus menerus sepanjang hidupnya. Hanya ironisnya, kondisi minat baca di lingkungan pendidikan khususnya siswa masih belum menggembirakan. Logikanya, jika yang menyandang status pelajar atau bergelar mahasiswa saja belajarnya (baca bukunya) seperti ini, maka apatah lagi mereka yang tidak dalam masa belajar, seperti para pekerja kantoran yang sehari-hari berkutat dengan administrasi, para buruh pabrik dan masyarakat umum?
Minat Baca Siswa Rendah
Minat baca dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi kepada sesuatu sumber bacaan tertentu. Sedangkan budaya baca adalah suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Seseorang yang mempunyai budaya baca adalah orang yang telah terbiasa dalam waktu yang lama di dalam hidupnya selalu menggunakan sebagian waktunya untuk membaca.
Banyak faktor yang menyebabkan minat baca bangsa kita rendah, termasuk di kalangan pelajar maupun mahasiswa. Di antaranya adalah faktor lingkungan. Tidak bisa dipungkiri bahwa faktor lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian seseorang, orang yang tumbuh di lingkungan yang tingkat literasinya tinggi akan sangat mudah mengembangkan minat bacanya, karena kebiasaan orang-orang yang ada di sekitarnya akan berpengaruh terhadap kebiasannya. Demikian pula sebaliknya.
Faktor lingkungan yang dimaksud di sini adalah kebiasaan orang-orang yang ada di sekitar orang tersebut. Seperti keluarga, sekolah, tetangga dan teman-teman yang memiliki tingkat interaksi sangat intens dengannya. Pihak keluarga misalnya, ketika kedua orang tua dan saudara-saudaranya tidak suka membaca dan tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap dunia literasi, maka akan sulit bagi anak yang tumbuh di keluarga itu untuk memiliki kebiasaan gemar membaca, karena sudah memiliki kebiasaan lain selain membaca, dan kebiasaan itulah yang akan dilakukannya.
Begitu juga dengan peran sekolah atau kampus, tempat yang semestinya menjadi penggerak para pelajarnya untuk memiliki minat baca tinggi, namun, karena sistem pengajaran yang diterapkan di sekolah-sekolah dan kampus-kampus ini lebih banyak menjelaskan, bercerita dan memberi nasihat daripada memberikan peluang kepada para pelajar untuk meneliti, alhasil mereka enggan mencari sendiri apa yang mereka butuhkan.
Hal yang sama terjadi pula pada pengaruh tetangga dan teman. Ketika anak bosan tinggal di rumah, biasanya tujuan selanjutnya adalah ke rumah tetangga atau ke rumah teman-temannya. Sementara, tetangga dan teman-teman yang dikunjunginya juga tidak memiliki minat membaca buku, sehingga klop-lah pertemuan mereka yang kemudian mencari kebiasaan-kebiasaan lain yang lebih menghibur daripada membaca buku.
Faktor lain yang menjadi penyebab rendahnya minat baca di Indonesia adalah keterbatasan sarana literasi, seperti minimnya bahan bacaan yang tersedia di perpustakaan-perpustakaan yang ada di lingkungan sekitar masyarakat. Hal ini, berkelindan dengan tingginya harga bahan bacaan (buku), sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat luas. Faktor ini menjadi penyebab genting, karena tidak hanya mengurangi motivasi seseorang untuk membaca buku, tapi juga bisa menghilangkan motivasi yang sudah ada.
Selanjutnya, tingginya kegandrungan masyarakat pada dampak negatif gadget juga ikut menyumbang peran pada menurunnya minat baca. Dampak negatif gadget yang dimaksud di sini adalah bermedia sosial yang tidak sehat dan nir-manfaat, bermain game, baik offline maupun online. Kemampuan gadget yang bisa menyediakan banyak hal yang kita butuhkan, baik informasi, hiburan, kesenangan, maupun ilmu pengetahuan menjadikan buku bacaan kurang diminati bahkan cenderung dihindari.
Berbagai faktor tersebut di atas lebih bersifat eksternal yang menjadi penyebab rendahnya minat baca masyarakat Indonesia secara umum, dan para pelajar secara khusus. Sementara faktor internalnya lebih pada rasa malas dan ketiadaan minat untuk berkutat dalam dunia literasi dan penelitian.
Dan semua faktor penyebab rendahnya minat baca ini lebih banyak bersumber pada poin terakhir ini, artinya, ketika seseorang bisa melawan rasa malasnya, maka semua faktor penghambat minat bacanya (lebih-lebih faktor yang bersifat eksternal) bisa dicarikan solusinya. Faktor-faktor eksternal seperti lingkungan yang tidak kondusif tidak akan banyak berpengaruh terhadap orang yang memiliki kemauan tinggi (melawan rasa malas) untuk membaca.
Begitu pula faktor minimnya sarana baca dan pengaruh negatif gadget. Faktor minimnya sarana baca misalnya bisa diatasi dengan mengakses buku-buku gratis dalam bentuk digital, atau dengan memanfaatkan relasi pertemanan. Sedangkan pengaruh negatif gadget hampir tidak bisa mempengaruhi orang yang memiliki komitmen tinggi dalam dunia literasi. Bahkan sebaliknya, pengaruh negatif gadget itu bisa diubah menjadi pengaruh positif bagi dirinya.
Namun pada hakikatnya, minat baca masyarakat (termasuk di dalamnya para pelajar) Indonesia tergolong rendah ketika kategorisasi objek bacaannya dikhususkan pada literatur-literatur yang memiliki bobot ilmiah. Tapi, ketika membaca dimaknai secara umum sebagai yang tertuang dalam KBBI, yakni, “Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan maupun hanya dalam hati)”, tanpa mempertimbangkan bahan bacaannya, maka minat baca masyarakat Indonesia tidak termasuk kategori rendah. Karena sejatinya masyarakat Indonesia termasuk masyarakat yang aktif dalam bermedia sosial, dan tentunya dalam bermedia sosial mereka membaca SMS, membaca pesan WA, membaca status di FB, membaca cuitan di Twitter dan Instagram.
Peran Pemerintah
Dalam situasi sekarang dimana kemauan dan kemampuan beli masyarakat masih rendah, maka peranan pemerintah akan sangat menentukan berhasil tidaknya mengembangkan kegiatan dan minat baca.
Salah satu kebijakan pemerintah yang cukup penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yaitu meningkatkan minat baca melalui Gerakan Membaca Nasional. Gerakan membaca ini dicanangkan mulai dari tingkat nasional sampai ke tingkat kabupaten dan kota. Program ini berupaya merubah budaya masyarakat dari budaya tutur kepada budaya baca. Untuk kepentingan tersebut tidak perlu setiap individu di dalam masyarakat harus memiliki/membeli setiap buku yang diterbitkan. Yang diharapkan adalah tumbuhnya minat baca dan adanya kesempatan bagi setiap individu dalam masyarakat untuk dapat membaca dan memngembangkan kebiasaan membaca. Kesempatan ini dapat diusahakan oleh pemerintah dengan penyelenggaraan perpustakaan.
Kebiasaan membaca perlu dimulai dari usia dini sejak di rumah, di sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan atas hingga perguruan tinggi. Tanpa kebiasaan membaca, maka akan sangat sulit untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang kesemuanya berada dalam buku-buku.
———– *** ————

Tags: