Strategi Pembelajaran untuk PTM Terbatas

Oleh :
Kurniawan Adi Santoso
Guru SDN Sidorejo, Kecamatan Krian, Sidoarjo

Setelah libur Lebaran ini banyak sekolah yang melakukan uji coba pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Uji coba dapat dilaksanakan setelah terpenuhi persyaratan wajib. Seperti memenuhi indikator penerapan protokol kesehatan (prokes) sesuai pedoman pengawasan dan pembinaan penerapan protokol kesehatan bagi satuan pendidikan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Dalam perjalanan uji coba PTMT, ternyata tidak sedikit guru yang masih bingung untuk menyajikan pembelajarannya. Hal ini tentu akan berdampak tidak efektifnya pembelajaran, juga bisa membuat motivasi belajar siswa menurun saat mengikuti PTMT. Karena itu, di luar persyaratan teknis prokes, sesungguhnya yang lebih penting adalah bagaimana strategi pembelajaran yang tepat untuk PTMT.

Guru harus punya strategi pembelajaran agar PTMT bisa berjalan efektif. Mengajar dalam situasi pandemi seperti sekarang ini tentu jauh berbeda dengan kondisi normal. Apalagi anak didik sudah setahun lebih tidak belajar di sekolah. Maka, strategi itu setidaknya untuk menghadapi dua hal. Pertama, sisi psikologis siswa. Kedua, model pembelajarannya.

Kita tahu anak didik kita sudah terlalu lama terkungkung dalam bingkai pandemi Covid-19. Mereka terpaksa tidak belajar di sekolah. Tetapi belajarnya di rumah dengan sistem daring yang sudah lebih setahun ini. Selama itu, mereka hanya “disuapi” setumpuk tugas dari sekolah. Mereka menjadi kurang bersentuhan dengan nilai-nilai sosial di lingkungan sekolah.

Selama pandemi, siswa juga jarang berjumpa dan main dengan teman-temannya. Tentu mereka sangat rindu untuk bertemu dengan teman dan main bersama. Kerinduan yang tinggi untuk bertemu teman, menimbulkan gairah yang tinggi untuk saling bertemu, bersentuhan, dan saling membangun kedekatan.

Karena itu, di awal pembelajaran sebaiknya guru tak langsung tancap gas memberi materi pelajaran. Ia perlu membangkitkan sisi sosial anak yang hilang selama pandemi. Ini bisa dilakukan guru dengan cara, misalnya strategi komunikasi, bercerita humor, bernyanyi, bermain semacam ice breaking, dan sebagainya.

Penting bagi guru lebih aktif dalam membantu proses sosialisasi anak didik agar kembali berjalan akrab dan tetap sehat. Di satu sisi perlu memberikan kebebasan siswa untuk mengungkapkan kerinduan bermain dengan teman. Di sisi lain, perlu memperhatikan protokol kesehatan agar tetap terjaga baik.

Mungkin bagi guru yang tak mau ribet, ada kecenderungan kurang menghiraukan proses sosialisasi anak. Misalnya, guru melarang siswa bermain, siswa hanya belajar di kelas lalu pulang. Cara ini jelas tidak membantu siswa untuk dapat melepaskan kerinduannya bersosialisasi dengan teman mereka, suatu pengalaman yang hilang selama pandemi.

Makanya, anak didik harus tetap diberi ruang untuk bermain. Ini selaras dengan jiwanya yang masih doyan bermain. Konsekuensinya nanti, guru perlu lebih banyak bergaul dengan siswa di luar jam pelajaran. Ini dilakukan untuk memantau situasi dan membantu agar siswanya tetap bersosialisasi, namun dengan menjaga protokol.

Guru sendiri perlu memberi teladan bagaimana dapat dekat dengan siswa di luar kelas, namun tetap menjaga protokol. Lewat keteladanan itu pelan-pelan siswa akan belajar bagaimana bergaul yang meriah dan menyenangkan dengan teman sekaligus tetap menjaga kesehatan mereka. Guru juga dapat mengingatkan bila ada siswa yang kurang menjaga protokol secara bijak.

Blended learning

Kemudian, soal model pembelajaran pada PTMT. Guru bisa menggabungkan keunggulan dan pengalaman pembelajaran daring yang telah dialami siswa dan pembelajaran tatap muka yang mau dibuat. Penggabungan pembelajaran semacam ini biasa disebut dengan metode blended learning (pembelajaran campuran). Jadi, guru menyampaikan materi pelajaran secara tatap muka, sekaligus memanfaatkan aplikasi belajar melalui jaringan internet.

Penerapan blended learning ini akan memberikan manfaat bagi siswa. Di antaranya, dapat menciptakan kemandirian belajar dan tanggung jawab akademis siswa. Menyiapkan siswa untuk menghadapi dunia yang berpusat pada teknologi. Meningkatkan kemampuan kolaboratif. Serta memicu keterlibatan secara penuh (fisik dan sosio emosional) peserta didik dalam proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan (Serevina, 2021).

Dengan metode blended learning sesungguhnya guru bisa mengeksplorasi kemampuan siswa soal pemanfaatan internet yang dulu pernah dilakukan dalam pembelajaran daring. Dan terkendala banyak hal. Di kelas, siswa boleh menggunakan gadget saat belajar. Bagi yang tidak punya gadget bisa bergabung dengan temannya.

Melalui gadget, diharapkan siswa dapat belajar banyak informasi lewat internet. Dan mereka menjadi kreatif dalam memecahkan persoalan yang terbuka. Untuk itu, siswa diberi kesempatan secara mandiri untuk menggali dan mencari materi pembelajaran lewat internet.

Dalam hal ini, beberapa cara sederhana berikut dapat diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran campuran (blended learning), antara lain: Flipped Classroom, mengintegrasikan media sosial ke dalam ruang kelas, Khan Academy, menggunakan Project Based Learning, Moodle, Schoology.

Melalui cara tersebut diperoleh keuntungan, peserta didik dapat mengakses informasi belajar, meningkatkan keterampilan teknologinya, serta anak didik dapat menyimpulkan sendiri solusi atau merangkum pemahaman konsep tentang materi yang akan dipelajari. Sehingga inti dari pembelajaran akan lebih diterima, karena telah melakukan brainstorming atau menemukan ide-ide baru serta mengasah kreativitas siswa.

Akan tetapi, yang perlu jadi catatan, dalam penerapan metode blended learning, guru harus memperhatikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, serta menentukan aktifitas mana yang relevan dengan pembelajaran konvensional dan aktifitas mana yang relevan untuk online learning. Karena komposisi penyajian materi untuk tatap muka dan online dapat menentukan keefektifan pembelajaran dan minat belajar siswa (Kenney & Newcombe (2011: 49).

Akhir kata, dengan strategi belajar yang tepat, diharapkan pelaksanaan PTMT akan jauh lebih efektif. Pun siswa menjadi bersemangat belajar, gembira bersosialisasi dengan teman, dan tetap menjaga kesehatan. Semoga.

——– *** ———

Tags: