Strategis-nya PON Remaja

PON REMAJAJawa Timur telah ditunjuk menjadi tuan-rumah penyelenggaraan PON Remaja yang pertama. Penunjukan sebenarnya telah cukup lama, sejak 2011, tetapi tidak terurus, dan terundur-undur terus oleh pusat. Boleh jadi, dianggap tidak penting. Padahal PON Remaja memiliki “hierarkhis” di tingkat Asia (Asian Youth Games) maupun tingkat dunia (Youth Olympics). Diharapkan melalui PON U-18 ini atlet yunior akan terkatrol masuk tim Puslatda menjadi bagian kontingen pada PON XIX 2016.
Kini sudah dibentuk PB (Pengurus Besar) PON Remaja, diketuai oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf. Sebenarnya, penunjukan sebagai tuan-rumah cukup membanggakan, tetapi sekaligus juga beban daerah. Diantaranya, paradigma tentang arti strategis PON Remaja, pada tingkat Kementerian Olahraga, serta Pemprop Jawa Timur. Terbukti dari alokasi anggaran yang disediakan.
PON Remaja akan diselenggarakan pada bulan Desember, bersamaan dengan libur panjang sekolah. Untuk itu Jawa Timur memperoleh bantuan dana (APBN) sebesar Rp 10 milyar, serta Rp 7 milyar dari PB PON untuk bonus dan hadiah atlet peraih medali. Minimalisnya alokasi anggaran tidak mungkin ditutup melalui tiket nonton pertandingan. Karena dari 15 cabang olahraga yang dipertandingkan, seluruhnya akan di-gratiskan.
Karena itu pengelola venue tempat pertandingan harus lebih aktif mencari sponsor iklan. Begitu pula Pengurus Besar (PB) PON Remaja, dan Panitia Pelaksana Daerah harus aktif mencari mitra untuk pembiayaan. Inipun tidak akan seberapa. Karena ideal-nya, PON Remaja membutuhkan pembiayaan sekitar Rp 100-an milyar.
Maka tidak bisa tidak, Pemerintah Propinsi mesti mengucurkan dana. Bahkan nilai anggaran-nya jauh lebih besar (sampai dua kali lipat dibanding bantuan dari Pemerintah pusat). Tapi itulah konsekuensi sebagai tuan-rumah penyelenggaraan even olahraga tingkat nasional. Karena itu anggaran yang dikeluarkan dari kas daerah (APBD Jawa Timur) harus  “dibayar” dengan kesuksesan. Terutama sukses penyelenggaraan, sukses prestasi, dan sukses pertanggungjawaban.
Sukses prestasi, khususnya kontingen Jawa Timur wajib diutamakan (target juara umum). Sebagai kenangan, Jawa Timur pernah menjadi juara umum PON dua kali berturut-turut. Yakni, ketika menjadi tuan rumah pada tahun 2004, dan pada perhelatan PON XVII di Kalimantan Timur 2008. Kenangan pada penutupan PON XVII (17 Juli 2008), bertambah-tambah manis, karena diikuti sukses dalam pertandingan cabang olahraga yang paling ditunggu-tunggu: sepakbola (melawan Papua dengan skor tipis 1-0).  Sukses pada PON XVII seolah paripurna.
Sebagai juara umum, Jawa Timur memperoleh total 363 medali, terdiri dari 139 emas, 113 perak dan 111 perunggu. Sedangkan pada PON XVIII tahun 2012 di Riau, yang dapat diraih hanyalah sebanyak 258 keping medali (terdiri 87 emas 88 perak dan 83 perunggu). Prestasi (kegagalan) itu jauh dibawah jika dibandingkan dengan kesertaan pada PON XVII di kalimantan Timur, hanya sekitar 71%-nya.
Sehingga Jawa Timur harus memperbaiki pola pembinaan prestasi, termasuk melalui beberapa kejuaraan nasional single even dan PON Remaja. Lebih lagi jika menilik jejak ke-prestasi-an PON, menunjukkan bahwa Pakde Karwo sebagai Gubernur belum pernah membawa pulang tropi juara umum PON. Karena itu target juara umum PON Remaja, bukanlah muluk-muluk. Salahsatunya, keuntungan sebagai tuan rumah.
PON Remaja, tak boleh di-sepele-kan. Juga tidak kalah gengsinya karena menjadi titik-tolak prestasi. Juga terdapat hierarkhis hingga tingkat Asia dan tingkat dunia. Sebagai pertimbangan, China, Jepang dan Korea Selatan, meng-anggap strategis kejuaraan yunior. Kenyataannya, hampir seluruh atlet peraih medali pada Asian Games dan Olympiade, merupakan alumni even serupa tingkat remaja.
Tetapi memang kita kurang pintar menghargai prestasi olahraga. Terbukti dari konsistensi pembinaan, terutama yang berupa kesejahteraan atlet masih jauh dari layak.

———   000   ———

Rate this article!
Strategis-nya PON Remaja,5 / 5 ( 1votes )
Tags: