Sucikan Diri, Ribuan Umat Hindu Gelar Upacara Melasti

Ribuan umat Hindu  memulai persembahyangan Melasti sebagai rangkaian upacara Hari Raya Nyepi 1937 Saka di Pura Jagat Agung Karana, Minggu (15/3).

Ribuan umat Hindu memulai persembahyangan Melasti sebagai rangkaian upacara Hari Raya Nyepi 1937 Saka di Pura Jagat Agung Karana, Minggu (15/3).

Surabaya, Bhirawa
Ribuan umat Hindu berjalan beriringan menuju lokasi upacara Melasti di kompleks Akademi Angkatan Laut, Perak Pura Agung Jagat Karana Surabaya, Minggu (15/3) pagi. Umat Hindu dari seluruh pura di Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Lamongan dipimpin Pedanda memulai persembahyangan Melasti sebagai rangkaian upacara Hari Raya Nyepi 1937 Saka.
Masyarakat Hindu memaknai Melasti sebagai bagian dari penyucian diri pribadi serta penyucian seluruh aspek kehidupan alam yang ada, sebelum memasuki Tapa Catur Brata Nyepi. Termasuk menyucikan kembali berbagai benda suci yang ada di pura.
” Oleh karena itu, Melasti selalu dilaksanakan atau digelar di tepi laut, di tepi sungai. Karena makna sejatinya adalah penyucian. Penyucian terhadap diri pribadi serta seluruh aspek kehidupan,” terang Wayan Suraba selaku Pengurus Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Surabaya ditemui di sela-sela acara.
Dan pada pelaksanaan Melasti, umat Hindu yang datang dari berbagai penjuru Kota Surabaya dan sekitarnya, akan membawa berbagai barang atau benda-benda suci yang ada di masing-masing pura tempat umat bersembahyang.
” Kami masyarakat Hindu menyebutnya pratima, adalah alat-alat suci atau perlengkapan persembahyangan yang biasanya memang digunakan umat saat bersembahyang di pura. Disucikan kembali sebelum Nyepi,” tambah Wayan Suraba.
Pantauan Bhirawa, setelah melakukan rangkaian prosesi penyucian diri dan pratima, umat Hindu di pantai AAL menjalani Tirta Wasupadha yaitu pemercikan tirta (air) suci oleh para pemangku adat sebagai simbol harapan kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar memberikan anugerah di Tahun Baru Saka 1937.
Rangkaian kegiatan Melasti ini ditutup dengan bersembahyang bersama di Pura Agung Jagat Karana. Pratima kembali disunggi. Arak-arakan umat kembali ke pura membuat beberapa ruas di Jalan Tanjung Sedari ditutup. Kemacetan pun sempat terjadi.
Di dalam pura, umat berkumpul di Mandala Utama, bagian utama pura. Kembali dipimpin oleh Pedanda, umat bersembahyang Mepamit bersama, yakni untuk berpamitan kepada Betara Betari yang melinggih di Pura Agung Jagat Karana.
Ketua PHDI Jatim Ketut Sudiarta  mengatakan tema penyelenggaraan Nyepi kali ini adalah penyucian diri dan alam semesta untuk meningkatkan kinerja. Penyucian diri, terutama penyucian jiwa yang sejalan dengan revolusi mental.
” Salah satu disiplin yang harus diterapkan dalam hidup ini adalah disiplin terhadap jiwa. Karena itu tema Nyepi kali ini sejalan dengan program pemerintah, revolusi mental,” ujarnya dalam sambutan kegiatan Melasti menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1937.
Rangkaian acara menyambut Nyepi ini akan dilanjutkan dengan upacara Tawur Agung yang merupakan simbol penyucian alam semesta di Tugu Pahlawan, Jumat (20/3) besok. Arak-arakan ogoh-ogoh akan diadakan di hari itu, dianjutkan dengan pembakaran ogoh-ogoh pada malam hari.
Kasat Sabhara Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya  AKP Wayan Sumantra mengatakan lalu lintas di wilayah sekitar Jalan Lumba-lumba dan Krembangan kemarin sedikit terganggu, karena peserta upacara berkeliling di areal Pura Agung Jagad Karana.
” Kemarin, Sabtu (14/3), kami sudah mendapat surat dari pengurus pura. Kami menerjunkan 30 personel untuk mengamankan, terutama akses jalan yang kecil. Kami mohon maaf pengguna jalan di sekitar lokasi Melasti sedikit terganggu,” kata Wayan. [geh]

Tags: