Sudah Dikorting, Persaingan SMA Kawasan Tetap Longgar

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Nilai Rata-rata Minimal Jadi 75
Dindik Surabaya, Bhirawa
Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya lagi-lagi harus mengorting passing grade sekolah kawasan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Ini lantaran sebaran nilai Ujian Nasional (UN) SMP/MTs di atas rata-rata yang sudah ditetapkan terlalu kecil persaingannya.
Kepala Dindik Surabaya Ikhsan menuturkan melalui berbagai pertimbangan grade sekolah kawasan harus diturunkan. Dari yang ditetapkan sebelumnya rata-rata nilai UN minimal 85 menjadi 75. Selain dikorting, nilai minimal per mata pelajaran juga tidak diberlakukan. “Tahun lalu grade sekolah kawasan juga diturunkan 80 dari  85. Dari berbagai masukan yang ada, tahun ini kita tetapkan nilai rata-rata minimalnya 75,” tutur Ikhsan saat ditemui di Kantor Dindik Surabaya, Senin (13/6).
Ikhsan mengakui penurunan syarat minimal dilakukan untuk memperluas kesempatan siswa masuk sekolah kawasan. Kendati demikian, tingkat keketatan masih tergolong longgar. Sebab, dengan dipatok minimal 75, jumlah siswa asal Surabaya yang bisa mendaftar hanya 7.554. Sementara jumlah pagu SMA kawasan yang diperebutkan mencapai 4.256 kursi. Dengan demikian, persaingan kurang dari satu banding dua. “Memang tidak ketat, karena itu kita berharap orangtua bisa menentukan pilihannya berdasar jarak rumah dengan sekolah,” tutur dia.
Karena jika pendaftar tetap terpusat di satu-dua sekolah tertentu saja, maka persaingan justru akan timpang. Sebagian sekolah keketatannya tinggi, sebagian lain justru sepi.
Ikhsan menuturkan, meski nilai minimal yang dipatok cukup rendah, pihaknya tetap yakin tentang kualitas siswa yang akan masuk sekolah kawasan. Sebab, integritas nilai UN kini semakin diakui. Selain itu, para pendaftar juga akan mengikuti Tes Potensi Akademik (TPA).
Tahun ini, Ikhsan kembali menegaskan, formulasi masuk sekolah kawasan berubah tidak lagi mengacu nilai UN 40 persen dan TPA 60 persen. “Kita tetapkan fifty-fifty antara nilai UN dan TPA. Kita ingin menghargai kerja keras dan kejujuran siswa lewat UN,” tutur Ikhsan.
Jika nilai UN sudah berintegritas, untuk apa TPA? Tim Psikologi dari Universitas Airlangga Dimas Aryo menjelaskan TPA merupakan tahap penyaringan lanjutan pada siswa yang masuk sekolah kawasan. Sebab, sekolah kawasan merupakan sekolah percontohan yang siswanya diharapkan bisa jadi contoh bagi siswa sekolah lainnya.
TPA bukannya meragukan integritas yang telah diperoleh 100 persen dalam UNBK. Namun lebih pada pemetaan siswa untuk mengukur kemampuan dasar berfikir siswa. “TPA ini murni logika belajar siswa, tidak perlu latihan soal dan tidak ada rumus-rumus seperti halnya matematika,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Surabaya Agustin Poliana menambahkan passing grade sekolah kawasan yang turun bukan merupakan bentuk penilaian prestasi siswa. Melainkan mengadaptasi kemampuan rata-rata tiap siswa. “Ini murni capaian siswa yang jujur, tidak ada nilai dari mencontek,” lanjutnya.
Karena itu, pihaknya mendukung langkah Dindik Surabaya yang melakukan penyesuaian passing grade dengan sebaran nilai UN. “Dengan begitu, kita berharap kesempatan masyarakat semakin besar masuk sekolah kawasan,” tutur dia.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Surabaya Johanes Mardijono menjelaskan dengan diturunkan passing grade ini maka kompetitor akan semakin banyak. Sehingga menurutnya akan membantu terpenuhinya kuota semua SMA kawasan. “Kami yakin, meski nilai UN nya rendah, potensi calon peserta didik tidak akan kalah dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena ini kemampuan yang pasti jujur,” pungkas Johanes. [tam]

Seputar PPDB SMA Kawasan 2016
– Rata-rata nilai UN minimal   : 75
– Pagu                                         : 4.256 kursi
– Peraih rata-rata UN               : 7.554
– Tingkat keketatan                  : 1 : 1,7
– Formulasi seleksi                  : TPA 50 % – Nilai UN 50 %
– Pendaftaran                            : 25-27 Juni
– Pelaksanaan TPA                 : 30 Juni
– Pengumuman                       : 1 Juli

Tags: