Sudjiwo Tedjo : Tahun Politik, Sangat Penting ‘Ngregani’ Perbedaan Keyakinan

Budayawan ‘Nyentrik’, Sujiwo Tedjo saat tampil di Ponpes Kyai Mojo, Tembelang, Jombang, Kamis malam (14/12). [Arif Yulianto/ Bhirawa Jombang]

Jombang, Bhirawa
Mengahadapi tahun politik 2018 dan 2019 mendatang, bangsa indonesia harus menyiapkan ‘ketauhidan’ agar tidak terkoyak oleh moment politik yang rentan terjadinya praktik adu domba antar anak bangsa.
Hal itu di sampaikan ‘Sang Presiden Jancukers’ saat menjawab pertanyaan koran ini usai acara kongkow kebudayaan bertajuk ‘Mikul Dhuwur Mendem Jero’ di Pondok Pesantren (Ponpes) Kyai Mojo, Tembelang, Jombang, Kamis malam (14/12).
“Yang perlu di siapkan Bangsa Indonesia adalah tauhid, karena kalau ketauhidan, kemanunggalan bahwa Tuhan itu Maha Esa dan menduduki semuanya, maka nanti yang muncul adalah politik sektarian,”ungkap Tedjo kepada Bhirawa sekitar pukul 01.00 WIB Jumat (15/12) usai acara.
Masih menurut budayawan ‘Nyentrik’ tersebut, jika yang terjadi adalah politik sektarian, maka akan tergantung agama-agama, dan toleransi hanya menjadi slogan tanpa bisa di lakukan karena setiap agama merasa paling benar.
“Makanya, pengajian yang seperti ini, ketauhidan, ketasawufan, sehingga ‘Ngregani’ orang yang beda keyakinan itu yang paling penting, kalau ‘nggak’ ini nanti bisa di adu domba antar anak bangsa,”beber Tedjo menegaskan.
Tedjo datang sebagai narasumber acara budaya dengan beberapa budayawan lainnya seperti KH. Agus Sunyoto, Malang (Ketua Lesbumi PBNU) dan KH. Budhi Hardjono, Semarang.
Karya-karya populer Sudjiwo Tedjo yang akrab di telinga pecinta budaya dan para Jancukers di tampilkan pada acara tersebut, di antaranya adalah lagu ‘Sugih Tanpo Bondo’, ‘Jancuk’, dan ‘Titi Kolo Mongso’ yang di pertontonkan di hadapan ratusan santri Ponpes Kyai Mojo dan penggemarnya.(rif)

Tags: