Sudjono Resmi Dikukuhkan sebagai Pustakawan Ahli Utama

Drs Sudjono MM saat dikukuhkan sebagai Pustakawan Ahli Utama di Aula Perpustakaan Nasional RI, Salemba, Jakarta, Senin (02/12). [dok Istimewa]

Tiada Kenal Lelah Terus Tumbuhkan Minat Baca Masyarakat
Jakarta, Bhirawa
Proses peralihan status dari pejabat struktural sebagai Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jatim menjadi pejabat fungsional sebagai Pustakawan Ahli Utama setahun lalu berjalan relatif lancar. Namun tidak halnya dengan proses pengukuhan. Sudjono harus rela menunggu hingga lebih dari setahun untuk bisa dikukuhkan sebagai Pustakawan Ahli Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Wajah ceria dan lega begitu terlihat usai Sudjono menyelesaikan prosesi pengukuhan sebagai Pustakawan Ahli Utama yang digelar di Aula Perpustakaan Nasional RI, Salemba, Jakarta, Senin (2/12) kemarin. Kelegaan itu wajar adanya, mengingat proses ini sempat beberapa kali mengalami penundaan. Butuh waktu lebih dari setahun bagi Sudjono untuk bisa dikukuhkan sejak turunnya SK pengangkatan sebagai pejabat fungsional September 2018 lalu.
“Alhamdulilah akhirnya bisa dikukuhkan juga,” ungkap Sudjono sambil tertawa lebar. Keceriaan yang ditunjukkan Sudjono tidak berlebihan mengingat untuk dapat dikukuhkan sebagai Pustakawan Ahli Utama membutuhkan kesabaran dan persiapan yang tidak mudah.
“Saya sempat berpikir gak usah dikukuhkan nggak apa. Mau dikukuhkan saja syaratnya kok seperti mau jadi profesor saja,” kata Sudjono. Namun berkat dukungan dan orang-orang di sekitarnya yang tak pernah henti memberi motivasi akhirnya prosesi itu bisa diselesaikan juga.
“Alhamdulillah saya banyak dibantu dengan teman-teman di Perpustakaan maupun teman teman di kampus yang ikut-ikut membantu saya utamanya dalam menyusun orasi ilmiah,” kata Sudjono lagi.
Dalam orasi ilmiah yang mengambil tema Inovasi Peran Perpustakaan dan Pustakawan dalam Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat di Era Milenial, Sudjono mengingatkan bahwa membaca adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula informasi yang kita dapatkan.
Menurut Sudjono,banyak orang mengatakan bahwa buku jendela dunia. Mengapa demikian? Karena dengan membaca buku dapat membuka wawasan yang sangat membantu menghargai hasil karya orang lain. Namun sangat disayangkan, pada zaman sekarang ini, jarang kita temukan generasi muda yang gemar membaca.
Kebanyakan dari mereka disibukkan berswa foto, lebih memilih bermain games, tak jarang terlihat tertawa sendiri layaknya “orang gila”. Dari sekian pesatnya perubahan konvensional bermigrasi ke sistem online, masih ada juga sebagian dari anak muda yang menanamkan sikap gemar membaca buku.
“Menumbuhkan kebiasaan membaca pada masyarakat adalah sebuah proses panjang, yang butuh konsistensi,” terang pria kelahiran Nganjuk ini
Menurutnya, peranan perpustakaan juga harus melakukan pembaharuan, bukan semata menambah buku-buku baru, tapi mengubah tata kelola yang sesuai dengan perkembangan dan situasi sekarang, serta selera generasi millenial saat ini. Bahkan melalui perpustakaan ada kesempatan dan dukungan untuk melahirkan kreatifitas.
Menurut Sudjono, meskipun proses menuju pengukuhan begitu rumit dan melelahkan namun dirinya masih bersyukur karena kedepannya akan lebih berat lagi.
“Bisa jadi untuk pengukuhan pustakawan ahli utama tahun depan akan lebih berat syarat dan prosesnya,” kata Sudjono lagi.
Secara khusus, dengan proses pengukuhannya tersebut dirinya semakin terpacu untuk mengembangkan tugas barunya sebagai sebagai Pustakawan Ahli Utama.
“Tugas utama yang diembankan dari Perpustakaan Nasional adalah bagaimana membangun jaringan dalam mengembangkan perpustakaan dan budaya baca di Jawa Timur,” jelas Sudjono. Selama ini, dirinya terus melakukan komunikasi dan kerjasama dengan berbagai kalangan dalam mengembangkan minat baca masyarakat.
“Mulai dari kampus, masyarakat hingga kalangan pondok pesantren saya datangi untuk mengembangkan budaya literasi,” jelas Sudjono. Apalagi saat ini, Perpusnas sedang mengampanyekan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
“Perpustakaan tidak lagi sekadar menyediakan buku bacaan, tetapi juga harus berpikir agar koleksi baca yang dimiliki berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat,” tegas Sudjono.
Harapannya kemudian, perpustakaan ikut berperan dalam mengurangi angka kemiskinan di masyarakat. Beberapa kolega dan teman dekat Sudjono terlihat hadir memberikan support dalam prosesi pengukuhan tersebut. Proses pengukuhan dipimpin oleh Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando yang juga bertindak sebagai Ketua Majelis Pengukuhan dalam Sidang Terbuka Pengukuhan Pustakawan Ahli Utama. Bersaman dengan Sudjono, Pustakawan Ahli Utama yang ikut dikukuhkan, yaitu Dra. Titiek Kismiyati, M.Hum dari Perpustakaan Nasional RI. [Wahyu Kuncoro SN]

Tags: