Sukses Mendidik Dengan Menjadi Orangtua Pembelajar

Buku Kenali AnakmuJudul        : Kenali Anakmu
Penulis      : Angga Setyawan
Penerbit     : Noura Books
Editor       : Fiore
Tahun Terbit     : Cetakan I, Januari 2015
Jumlah Halaman   : 204 halaman
ISBN       :  978-602-0989-22-8
Peresensi     : Muhammad Rasyid Ridho
Pegiat di Bondowoso Writing Community

Semua orangtua menginginkan anaknya, tumbuh dengan baik dan menjadi orang yang sukses di masa depan. Tetapi mendidik anak, tidak semudah membalik telapak tangan. Ada ilmu dan perlu pembelajaran yang berkelanjutan. Secara alamiah, mungkin sudah menjadi orangtua. Namun, secara mental perlu melengkapi diri dengan beberapa kesanggupan (kemauan + kemampuan), yaitu sanggup belajar, sanggup berpikir, sanggup peduli sehingga akhirnya layak lahir batin disebut orangtua.
Menurut Angga Setyawan penulis buku Kenali Anakmu, dengan tiga kesanggupan di atas, barulah orangtua pantas disebut manusia dewasa. Angga ingin orangtua tidak berhenti belajar menjadi orangtua, karena sejatinya pembelajaran itu sepanjang hayat. Dengan harapan nanti anak-anak yang lahir dan dididik oleh para orangtua menjadi generasi yang bermutu. Seperti motto yang sering dia dengungkan, “Orangtua berilmu, anak Indonesia bermutu.”
Menjadi orangtua adalah sebuah perjalanan, perjalanan yang tiada duanya di dunia ini. Memang perjalanan ini tidak selalu mulus. Justru di situlah letak berkahnya. Kesulitan membuat tersadar bahwa dalam perjalanan hidup ini, orangtua tidak hanya sekadar menjalaninya. Namun, orangtua sedang memberi makna hidup kepada anak-anak yang kelak akan menjalani jalan panjang kehidupan dengan bekal makna hidup yang diberikan oleh orangtua (halaman 1).
Menurut Angga memang tidak ada orangtua yang sempurna, dan tidak perlu menjadi sempurna untuk menjadi yang terbaik bagi anak-anak. Yang terpenting mau menjadi pembelajar selama hidup, itu sudah cukup. Bagi Angga makna sempurna yang harus tertancap di hati orangtua adalah bukan tanpa salah, tetapi kesanggupan (mau + mampu) untuk menyadari dan mengevaluasi diri sendiri saat melakukan kesalahan.
Nah, memiliki kesanggupan, mau dan mampu untuk menyadari dan mengevaluasi saat melakukan kesalahan memang tidak mudah. Angga memberi tips agar orangtua mempunyai kesanggupan tersebut. Pertama, membuang gengsi. Gengsi seringkali menjadi masalah untuk orangtua belajar dan mengakui kesalahan. Karena merasa menjadi orangtua, maka seringkali merasa yang paling benar. Sikap ini tidak benar, karenanya harus dihilangkan perlahan (halaman 4). Seperti kekompakan dan kesamaan visi sebagai orangtua yang juga penting. Jika ada rasa gengsi dan tidak mau mengakui kesalahan, sehingga tidak sevisi dan tidak kompak maka akan sulit mencapai keberhasilan dalam mendidik anak (halaman 100).
Kedua, membekali diri dengan sebanyak-banyaknya ilmu. Tentu sebagai orangtua tahu arti penting ilmu. Tanpa ilmu segalanya akan kacau, dan banyak kesalahan. Begitupun perihal mendidik anak. Akan seringkali salah, dan fatalnya anak yang akan menjadi korban karena salah didikan. Tentu orangtua tak ingin menjadikan anak sebagai korban, karenanya harus ada usaha untuk belajar. Orangtua harus tahu apa sebenarnya yang menyebabkan anak berbohong, dan ternyata Angga mengatakan bahwa anak berbohong salah satunya karena sikap jujurnya oleh orangtua seringkali tidak diapresiasi dan malah dihukum. Sedangkan jika bohong, dia tidak dapat hukuman (halaman 81).
Ketiga, menjadi orangtua yang tidak pelit. Pelit di sini bukan berarti tidak memberi uang saku anak, tidak membelikan apa yang anak-anak butuhkan. Bukan itu, tetapi pelit di sini adalah orangtua pelit untuk mengeluarkan uang untuk belajar ilmu parenting. Baik untuk buku parenting, seminar parenting, tidak mau mengeluarkan uang. Padahal semua itu penting, untuk berkendara saja butuh ilmu, apalagi untuk menjadi orangtua dan mendidik anak yang menjadi amanah dari Tuhan tentu ada ilmunya (halaman 6). Satu hal yang jarang diketahui oleh orangtua yang tidak membaca buku-buku parenting atau tidak mengikuti seminar parenting, adalah tentang perilaku anak. Dalam buku ini Angga menjelaskan bahwa perilaku anak, adalah apa yang dia lihat, dia dengar, dia rasa. Jika sejak kecil anak selalu bersama orangtuanya, berarti perilakunya adalah mencontoh perilaku orangtuanya. Karenanya, menjadi orangtua berarti menjadi teladan bagi anaknya. Anak bagaikan kertas putih tanpa noda, perilaku orangtuanyalah yang mengisi kertas tersebut (halaman 24).
Maka, tak pelak jika buku 204 halaman ini direkomendasikan. Khususnya bagi orangtua dan guru, agar lebih memahami ilmu parenting dan bisa mendidik anak dengan ilmu yang benar. Harapannya, nanti akan lahir generasi bangsa yang bermutu. Semoga!

                                                                                                       —————— *** ——————

Tags: