Sukses Ribangun Bambang Zakaria dalam Inovasi Jasa Pemotongan Ayam

Ribangun Bambang Zakaria menunjukkan dua alat inovasinya yang berhasil lolos dalam program Iptek Bagi Masyarakat (IBM) Kemenristek-Dikti. [adit hananta utama]

Ribangun Bambang Zakaria menunjukkan dua alat inovasinya yang berhasil lolos dalam program Iptek Bagi Masyarakat (IBM) Kemenristek-Dikti. [adit hananta utama]

Menarik Perhatian Dikti karena Mudah Diaplikasikan UMKM
Kabupaten Sidoarjo, Bhirawa
Menjadi akademisi tidak lantas anti bergaul dengan masyarakat di lapisan bawah. Karena dari sana, berbagai ide brilian justru muncul hingga menjadi bahan penelitian yang menarik. Seperti yang dilakukan Ribangun Bambang Zakaria, dosen Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang berhasil menciptakan inovasi alat pemotong ayam untuk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).
Sekilas inovasi yang lahir dari buah pemikiran Ribangun terlihat cukup sederhana. Namun dari sisi manfaat, alat pemotong ayam sekaligus pembersih bulunya itu cukup aplikatif dan mudah diterapkan oleh pelaku UMKM. Itu pula yang menjadi alasan mengapa inovasi tersebut dapat lolos dalam penilaian Kemenristek-Dikti melalui program Iptek Bagi Masyarakat (IBM).
Dalam proyek penelitian itu Ribangun menciptakan dua alat sekaligus. Pertama pemotong ayam tradisional dan pembersih bulu ayam. Keduanya memiliki kelebihan mampu melokalisir dampak limbah dari pemotongan dan pencucian daging ayam. “Alat pemotong ini langsung terintegrasi dengan sanitasi. Sehingga, darah ayam bisa langsung mengalir ke pembuangan akhir atau ditampung sementara ke wadah khusus,” terang dia.
Begitu pula dengan alat pembersih bulu ayam karyanya. Limbah yang keluar dari proses pembersihan berupa bulu ayam dan air dapat terpisah secara langsung. Air panas bekas pencucian dialirkan ke pembuangan, sedangkan bulu ayam tertampung dalam penyaring yang telah disiapkan di lambung mesin. “Bulu ayam bisa langsung ditiriskan dengan memutar penyaring yang sudah tersambung dengan dinamo berkapasitas 1 PK,” tutur Bambang.
Dari proses itu, tidak hanya limbah yang terlokalisir, tetapi bulu ayam juga segera bisa dimanfaatkan. “Pada jasa pemotongan ayam, bulu itu masih laku dijual kembali. Biasanya proses ini harus melalui penjemuran dulu. Dan itu baunya bisa menjadi polusi udara yang tidak bagus untuk lingkungan,” terang dia.
Ribangun mengaku, alat tersebut sengaja dibuat untuk diterapkan bagi pelaku UMKM. Begitu juga hasil penelitiannya yang menghabiskan biaya sekitar Rp15 juta itu juga akan dihibahkan langsung ke pelaku usaha. “Saya memang harus terjun langsung ke jasa pemotongan ayam tradisional. Dari situ saya belajar langsung bagaimana proses pemotongan dan pembersihan bulu ayam sampai akhirnya melahirkan inovasi ini,” kisahnya.
Dalam proses pembuatan alat itu, Ribangun tidak sendiri. Dia dibantu sejumlah mahasiswa yang mengerjakan proses implementasi dari konsep menjadi produk jadi. Salah satunya ialah Herman, mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo itu mengaku sempat mengalami sejumlah kesulitan dalam pengerjaan alat. Bahkan desain dari yang semula direncanakan sempat diubah hingga tiga kali. “Kesulitannya pada penyesuaian rotasi fabel pada dinamo. Sebab harus benar-benar presisi antara peniris dengan lambung pembersih bulu ayam,” kata dia.
Sebenarnya, untuk memudahkan pengerjaan alat bisa memposisikan peniris bulu ayam dalam posisi vertikal. Namun, hal itu dikhawatirkan itu tidak akan bertahan lama. “Sebenarnya pengering bisa dibuat seperti mesin cuci tabung. Tapi khawatir porosnya tidak akan awet. Sehingga peniris kita buat membujur secara horizontal,” pungkas Herman. [Adit Hananta Utama]

Tags: