Sukses Tim Codename SMP SAIM Ikuti Kejuaraan SEACC 2018

Salman Adinata Roseno bersama kedua anggotanya Keysha Humairah Savitri, Hanandira Tsany Zahira saat mempresentasikan nutrisi nasi basi yang mereka buat di SMP SAIM, Rabu (25/4).

Berbekal Inovasi Pupuk Organik Berbahan Dasar Nasi Basi
Surabaya, Bhirawa
Upaya mengembangkan kreatifitas murid dalam peingkatan kemampuan agriculture telah di buktikkan oleh SMP Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM). Hal itu ditunjukkan melalui prestasi lima peserta didik SAIM dalam kompetisi tingkat Asia Tenggara SEA Creative camp 2018 (SEACC) Urban Agriculture Modern Hospitality and Online Business.
Kelima siswanya yaitu Salman Adinata Roseno, Keysha Humairah Savitri , Zaki Yudhistira Candra, Bimo Baihaqi Candra dan Hanadira Tsany Zahira. Mereka sukses menduduki peringkat ketiga dalam kompetisi tersebut. Kelima siswa SMP SAIM yang menamai dirinya codename improve tersebut mampu mengalahkan peserta dari berbagai negara di Asia Tenggara yang di dominasi mahasiswa dan siswa SMK berlatar belakang pertanian dan perikanan. Diungkapkan anggota Codename Salman Adinata Roseno, bukanlah hal yang mudah menyingkirkan pesaingnya dengan skala international dan didominasi oleh mahasiswa dan siswa SMK.
“Dianatara para peserta kami yang berasal dari SMP. Sebenarnya ada dua, namun yang masuk sepuluh besar dan mampu menduduki peringkat tiga adalah SMP kami” ungkapnya.
Salman menuturkan, dalam kompetisi tersebut timnya menawarkan ide dalam pembuatan nutrisi organik yang berbahan dasar nasi basi. “Kami menawarkan nutrisi nasi basi untuk menjadi pupuk organic tanaman hidroponik.Konsep menanam ini menjadi nilai jual tersendiri di lingkungan perkotaan” tuturnya.
Dalam pembuatan nutrisi, salman membutuhkan bahan empat genggaman nasi sisa makanan, setengah gram gula, dan satu liter air sumur. Jika bahan sudah terkumpul, lanjutnya, nasi sisa bisa didiamkan selama empat hari dengan penutup hingga warna berubah menjadi orange. “Penutupnya bisa dari apa saja, asal di kasih rongga untuk udara biar proses fermentasi atau penjamurannya sempurna” lanjutnya. Setelah itu, ditempat terpisah air sumur dan gula di masak hingga mendidih yang kemudain bisa dicampur dengan nasi basi yang telah didiamkan selama empat hari.
“Jika semua proses dilakukan, kita bisa menggunakannya pada tanaman hydroponic untuk pupuk cairnya. Pemberian pupuk cair ini bisa dilakukan setiap sepuluh hari sekali” tambahnya.
Dalam pemberian nutrisi nasi basi ini lanjut dia, timnya menggunakan perbandingan 1:5. Satu liter nutrisi nasi basi di campur lima liter air. Salman berpendapat, penggunaan nutrisi organik jauh lebih bagus dan aman untuk sebuah tanaman yang di konsumsi manusia karena terbebas dari zat kimia.
Diakuinya, inspirasi pembuatan nutrisi berbahan nasi basi datang dari salah satu situs website. Meskipun pihaknya mengadopsi pembuatan tersebut. Namun, dia juga melakukan beberapa eksperimen untuk mengetahui tingkat kecepatan pembentukan kompos organik.
“Kita mengadopsi dari internet. Namun kita juga lakukan beberapa eksperimen seperti permainan komposisi gula untuk mengetahui pengaruhnya dalam pembentukan kompos cair” paparnya.

Jadi Ajang Dalam Pemahaman Agrikultur
Prestasi membanggakan yang diraih lima siswa SMP SAIM pada SEACC 2018 ‘Urban Agriculture Modern Hospitality and Online Business’ tidak lepas dari peran Dwi Setyaningsih sebagai pebimbing. Diungkapkan Dwi, keikutsertaan siswanya dalam ajang tersebut merupakan peluang yang bagus bagi siswanya dalam memahami urban agriculture.
Hal itu karena tanaman hydroponic sangat dibutuhkan bagi lingkungan, kesehatan dan masa depan mereka. terlebih lagi mayoritas siswa kami hidup di perkotaan. Guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP SAIM ini menjelaskan jika inti dari keikutsertaan siswanya dalam ajang International tersebut merupakan fokus pengembangan urban agriculture. Di mana ia menilai jika latar belakang Surabaya sebagai perkotaan, dengan semakin banyaknya penduduk yang tinggal menjadikan lahan untuk pertanian atau perkebunan semakin sempit. Di lain sisi, kita juga membutuhkan lahan hijau untuk keseimbangan hidup kita. “Ini yang coba kita pahamkan kepada anak-anak kita” sahutnya.
Dengan kondisi terbatas, lanjut dia, pihaknya berusaha menumbuhkan kecintaan anak-anak kepada alam melalui urban agriculture. “Kebutulan yang sudah diterapkan di SAIM adalah tanaman hydroponic” imbuhnya.
Terkait inovasi nutrisi tumbuhan, Dwi menjelaskan bahwa terobosan pembuatan ‘nutrisi nasi basi’ tersebut selian menghasilkan nutrisi bagi tanaman hydroponic juga mengurangi limbah sisa makanan. Diakuinya, penggunaan ‘nutrisi nasi basi’ yang bersifat cair ini lebih aman dan sehat dibanding penggunaan nutrisi atau pupuk kimia. Karena pada dasarnya, ‘nutrisi nasi basi’ bersifat organik dan tidak ada campuran kimia.
“Sayangnya, hingga saat ini kami belum mengetahui secara kualitas kandungan apa yang dimiliki nutrisi nasi basi ini. Namun, dalam waktu dekat kami akan uji lab kan di UNAIR” tuturnya. Pihaknya berharap, penggunaan nutrisi nasi basi bisa diterapkan secara berjangka di SMP SAMI yang kemudian akan di ‘tularkan’ ke sekolah-sekolah lainnya, maupun lingkungan masyarakat. [ina]

Tags: