Sukses Turunkan Kemiskinan, Khofifah dapat Anugerah Perempuan Satu Digit

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa saat menerima Anugerah Perempuan Satu Digit di YPPII Kota Batu, Rabu (6/3/2019)

Kota Batu, Bhirawa
Selama menjabat sebagai Menteri Sosial, Dra. Khofifah Indar Parawansa dinilai berhasil menurunkan angka kemiskinan di Indonesia melalui program-programnya.
Hal ini melatar belakangi Badan Musyawarah Antar Gereja-Lembaga Keagamaan Kristen Indonesia (Bamag-LKKI) untuk memberikan penghargaan kepada Gubernur Jawa Timur periode 2019- 2024 ini sebagai ‘Perempuan Satu Digit’ yang diberikan di Balai Persekutuan Bukit Zaitun, YPPII, Kota Batu, Rabu (6/3/2019) sore.
Berdasarkan data BPS tanggal 15 Januari 2019, program yang dibuat Khofifah saat menjabat Mensos berhasil menurunkan angka kemiskinan di Indonesia sebesar 1 digit. Karena itu pula penghargaan yang diberikan kepada Sang Gubernur diberi nama ‘Perempuan Satu Digit’.
Dan kalangan Gereja menilai program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh Khofifah saat masih menjabat sebagai Menteri Sosial tahun 2014 hingga tahun 2018 berhasil menurunkan angka kemiskinan.
Hadir dalam pemberian penghargaan tersebut Wali Kota Batu, Dra Hj Dewanti Rumpoko MSi, Kapolres Batu, AKBP Budi Hermanto Sik MSi, Ketua DPRD Kota Batu, Cahyo Edi Purnomo dan Ketua umum YPPII DR Ronald M Octavianus TH.
“Kenapa penghargaan ini tidak kita berikan waktu masih menjadi Mensos, karena kita ingin obyektif, bahwa hasil itu baru bisa diketahui sesudah menjabat, sehingga hasilnya obyektif tidak ada KKN,” ujar Ketua BAMAG-LKKI, Ir Agus Susanto MSc.
Ia menjelaskan bahwa penghargaan ini diberikan lewat sebuah kajian mendalam selama beberapa tahun. Hasil kajian ini menunjukkan indikator bahwa selama menjadi Mensos RI, program-program Khofifah mengenai dan berhasil menurunkan angka kemiskinan.
Selain itu ada beberapa pertimbangan kenapa Khofifah layak mendapatkan penghargaan ini. Di antaranya, Khofifah bisa merumuskan ulang indikator kemiskinan, dimana di era pemerintahan sebelumnya hanya satu indikator saja, yakni ekonomi.
Sementara Khofifah melihat kemiskinan dari 5 indikator yakni, Ekonomi, Sosial, Bisnis, Budaya dan Politik. Dengan indikator tersebut semua penyebab kemiskinan bisa terpetakan dengan baik dan pemerintah bisa melakukan pendekatan penanganan.
Pertimbangan lain adalah pertimbangan program, dimana Khofifah mampu membuat program yang benar-benar mampu mengentas kemiskinan. Seperti program Desa Sejahtera Mandiri (DSM), Program Keluarga Harapan (PKH) dimana tercatat tahun 2014 ada 2,7 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM), tahun 2015 menjadi 3,5 juta penerima manfaat, tahun 2017 menjadi 6 juta KPM dan tahun 2018 menjadi 10 juta KPM.
Program lain adalah E-Warung dimana program pengentasan kemiskinan ini sinergi dengan PKH dan KUBE. “Jadi dalam konsep program ini, sesama fakir miskin melakukan transaksi jual beli, pasti tidak ada yang pernah berpikir seperti Ibu Khofifah,” jelas Agus.
“Kalau Indonesia tidak memberikan penghargaan untuk Bu Khofifah, World Bank akan memberikan penghargaan. Kita salah kalau sampai tidak memberikan penghargaan kepada Putri terbaik Bangsa dalam membebaskan dari zona miskin,” tambah Agus.
Menanggapi hal ini, Khofifah mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan.
“Satu pesan yang diberikan oleh Pendeta Octavianus kepada saya adalah urip itu urup, itu yang menjadi landasan saya membuat program. Dan program itu harus memberikan kehidupan dan menghidupkan,” ujar Khofifah.
Khofifah mengaku surprise (tidak menyangka) kalau Bamag-LKKI mencatat perjalanan kinerjanya saat menjadi Menteri Sosial RI. Dan dalam kaitannya sebagai Gubernur Jatim, saat ini masalah kemiskinan di Jatim khususnya di Desa masih tertinggi di Indonesia.
“Jadi itu adalah tantangan saya mencari solusi efektif, kongkrit, percepatan penurunan kemiskinan di desa di Jatim mengurangi disparitas, gini rasio antara Kota dan Desa, gini rasio antara Jatim Utara dan Jatim Selatan,” pungkas Khofifah. [nas].

Tags: