Suku Tengger Bromo Rayakan Hari Raya Karo

Suku tengger bromo rayakan hari raya karo.

Suku tengger bromo rayakan hari raya karo.

Kab.Probolinggo, Bhirawa
Setelah melaksanakan Kasodo masyarakat  suku Tengger Gunung Bromo merayakan ritual tradisi Hari Raya Karo, Minggu (18/9) siang. Perayaan Yadnya Karo ini adalah tradisi tahunan yang diawali dengan tarian ritual Sodoran sebagai wujud rasa syukur kepada para leluhur.
Arak-arakan berkeliling desa menjadi awal perayaan Hari Raya Yadnya Karo Tahun 1938 Saka Suku Tengger. Dua arak-arakan kemudian bertemu layaknya sepasang pengantin pria dan wanita. Namun, dalam perayaan ini peran mempelai wanita digantikan oleh seorang lelaki.
Usai menggelar arak-arakan di jalan desa, mereka menuju balai Desa Jetak Kecamatan Sukapura. Yadnya Karo sendiri diikuti 3 desa di Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo. Meliputi, Desa Jetak, Desa Wonotoro dan Desa Ngadisari.
Di balai desa sudah disiapkan berbagai perlengkapan upacara perayaan. Utamanya tombak sodoran yang didalamnya berisi aneka biji-bijian khas daerah Tengger sebagai simbol benih kelahiran manusia.
Ritual ini dilanjutkan dengan tarian Sodoran yakni ritual suci yang melambangkan pertemuan dua bibit manusia laki-laki dan perempuan yang mengawali kehidupan di alam semesta. Pertemuan dua manusia yakni Joko Seger dan Lara Anteng inilah yang dipercaya sebagai cikal bakal tumbuhnya masyarakat Tengger.
Simbol tarian Sodoran ditandai dengan sebuah tongkat bambu berserabut kelapa yang didalamnya terdapat biji-bijian palawija. Di kalangan masyarakat suku Tengger, biji-bijian yang dipecahkan dari dalam tongkat ini dipercaya akan memberikan rejeki keturunan bagi pasangan keluarga yang belum memiliki anak.  Hal ini diungkapkan sesepuh Suku Tengger Supoyo, Minggu (18/9) malam usai perayaan.
Diakhir acara ritual Sodoran, para wanita masuk ke ruangan dengan membawa makanan dari rumah. Makanan ini disantap bersama oleh kaum pria yang telah mengikuti ritual selama sehari penuh. “Mereka sudah sejak pagi mengikuti ritual ini. Kami berharap selalu diberi kejahteraan dan keselamatan oleh Sang Hyang Widi,” ujarnya.
Diharapkan upacara bakti kepada Tuhan dan arwah leluhur ini dapat memberikan keselamatan dan kesejahteraan kepada seluruh warga Suku Tengger yang berada dikawan lereng Gunung Bromo. “Selain di Kecamatan Sukapura, perayaan Yadnya Karo juga dilakukan suku Tengger yang bermukim di Kecamatan Tosari dan Puspo Kabupaten Pasuruan,” tandasnya.
Usai acara tarian ritual sodoran, sejumlah wanita dan anak-anak membawa rantang ke lokasi tarian sodoran. Isinya, nasi, lauk-pauk, lengkap dengan buahnya. Tradisi seperti itu dimaksudkan kau wanita atau ibu, anak-anak cinta dan sayang terhadap suami (Bapak), yang telah mendidik dan menafkahi mereka. “Keharmonisan dan keutuhan keluarga selalu dijaga. Itulah inti dari perngatan karo,” ungkapnya.
Sodoran selesai, dilanjutkan upacara Santi atau suci di rumah masing-masing menghormati para leluhur. Keesokan harinya, masyarakat Tengger merayakan hari raya Karo dengan melakukan unjung-unjung (anjang sana) kepada kerabat dan sanak saudara yang kemudian dilanjutkan “sesandingan”, berkumpul bersama keluarga. “Saling bermaaf-maafan dan bersilaturahmi kepada tetangga dan kerabat,” tambahnya. [wap]

Tags: