Suku Tengger Segera Rayakan Kasada 30 Juni 2018 Mendatang

Gelar seni budaya Tenggger setiap Yadnya kasada di laut pasir.

(Bakal Ada Pelantikan Dukun)
Probolinggo, Bhirawa
Perayaan Yadnya Kasada tahun2018 ini jatuh pada Sabtu 30/6 mendatang. Itu, sesuai dengan kalender masyarakat Hindu Suku Tengger. Untuk tahun ini, Yadnya Kasada dipastikan bakal diwarnai prosesi pelantikan Dukun Tengger. Hal itu diungkapkan langsung oleh Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo Bambang S, Senin 11/6.
Menurut Bambang, pihaknya telah lama membuka pendaftaran calon dukun. Tahun ini ada pelantikan dukun. Yang daftar masih satu orang. Sejatinya pembukaan pendaftaran dukun telah dibuka sejak penetapan perayaan Yadnya Kasada. Namun, meskipun sejak lama sudah dibuka, masih sedikit yang mendaftar, katanya.
Hal itu bukan berarti tidak ada peminat untuk mendaftar. Namun, disebutkan Bambang, lebih dikarenakan dukun di daerahnya masih ada. Sehingga, tidak membutuhkan pengganti. “Kalau satu itu, ya pasti di daerahnya tidak ada dukun yang akan diganti. Jadi, tidak memerlukan pendaftaran. Itu seperti tahun lalu, kan setiap desa masih memiliki dukun. Jadi, tidak ada pelantikan dukun pada Kasada tahun lalu,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk menjadi dukun salah satunya harus hafal terhadap sejumlah mantra. Itu, nanti akan diuji saat pelaksanaan Yadnya Kasada. Jika calon dukun itu hafal melafalkan mantra secara fasih, maka akan diangkat menjadi dukun di daerahnya. “Untuk dukun itu ada ujiannya. Ujiannya salah satunya yaitu menghafal mantra pada saat pelaksanaan Kasada nanti,” terangnya.
Khusus calon dukun pandita juga harus memenuhi sejumlah kriteria. Di antaranya, harus lulus ujian dukun atau mulunen, punya guru nabe, mengusai mantra, serta beragama Hindu. Sedangkan untuk syarat administrasi, yakni sehat jasmani, rohani, tidak sedang dicabut haknya. Serta tidak sedang berurusan dengan hukum. “Usia minimal 25 tahun dan yang terakhir tidak melakukan mo limo (perbuatan yang dilarang),” jelasnya.
Selain itu pula tempat penjualan suvenir di kawasan wisata Gunung Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, mendapat perhatian dari wisatawan. Meski telah disediakan tempat, namun masih sepi. Sehingga, wisatawan kesulitan untuk mencari suvenir khas Gunung Bromo.
Keberadaan Rest Area Cemoro Lawang yang disediakan Pemkab Probolinggo, sudah tepat. Namun, pengelolaannya belum maksimal, sehingga banyak yang tutup. “Perlu dikelola dengan lebih baik dan secara khusus agar berjalan baik. Fasilitasnya sudah lengkap, tapi masih banyak yang tutup,” ungkapnya.
Menurutnya, sebenarnya wisatawan banyak yang mencari oleh-oleh atau suvenir khas Gunung Bromo. Sebab, itu akan menjadi pelengkap wisatawan, selain menikmati keindahan alamnya.
“Foto seperti di penanjakan, seruni poin, kawah Gunung Bromo, bukit teletubis, dan pasir berbisik, itu sudah wajib bagi traveler. Tapi, yang tidak kalah wajib itu suvenir dan barang khas dari Gunung Bromo. Itu akan menandakan bahwa telah dari daerah itu,”lanjutnya.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan (Dispora Parbud) Kabupaten Probolinggo M. Sidik Wijanarko mengaku, dalam waktu dekat akan berkoordinasi kembali dengan pemilik stand dan penyedia jasa.
“Upaya kami banyak. Salah satunya rekayasa lalu lintas agar berkunjung ke rest area sudah dilakukan. Tapi, dalam pelaksanaannya masih belum efektif. Karena itu, dalam waktu dekat kami akan terus perbaiki dan evaluasi untuk kemajuan wisata di Kabupaten Probolinggo,” tandasnya.
Selain itu, Pemkab Probolinggo juga menyediakan sejumlah lapak bagi warga yang hendak berjualan oleh-oleh di sana. Termasuk di Rest Area Cemoro Lawang. Namun, sejauh ini para pedagang yang telah mendapatkan izin menempati belum memanfaatkan dengan baik. Sama dengan kawasan Pendapa Agung Desa Ngadisari. Di sana, juga ada sejumlah stand khusus untuk menjual souvenir, tambahnya. (Wap)

Tags: