Sulap Barang Bekas Jadi Produk Ekonomis dan Mewah

Kepala Program Study Desain Produk Yosep Richo kepada pengunjung yang datang di Pameran Mahasiswa Desain Produk Stikom, beberapa waktu yang lalu.

Surabaya, Bhirawa
Manfaatkan barang-barang bekas agar bernilai ekonomis, mahasiswa Desain Produk Intitute Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya mengadakan pameran yang bertajuk Desprogress 2018.
Para mahasiswa yang merupakan habungan dari semester 1 hingga 6 ini mempersembahkan 50 hasil karya terbaik mereka yang mayoritas berbahan limbah tak terpakai. Kepala Program Studi Desain Produk Stikom, Yosep Richo mengungkapkan jika pihaknya ingin mengedukasi kepada masyarakat luas, bahwa barang yang dinilai ‘limbah’ bisa bernilai mahal dan elegan.
“Kita berusaha mengenalkan ini kepada masyarakat. Jika limbah-limbah ini tak melulu merugikan bagi mereka, namun juga bermanfaat dan menguntungkan bagi yang mengerti bagaimana cara mengolahnya” ungkap dia
Di sisi lain, ia juga ingin melatih para mahasiswa untuk berwirausaha. Adapun hasil olahan limbah yang dimanfaatkan adalah limbah kayu, limbah besi, sepatu bekas dan drum minyak.
“Beberapa karya mahasiswa ada ukiran kayu untuk hiasan dinding, tempat lampu dan kursi” jelas dia.
Untuk kursi sendiri, sambung dia, pihaknya menekankan harus ada unsur kearifan lokal pada kursi yang dibuat.
Salah satunya adalah Ahmad Fadhil, mahasiswa semester 5 jurusan Desain Produk Stikom yang mengusung tema suku Banjar pada desain kursi buatannya. Menurutnya, perpaduan konsep desain modern dan tradisional sangat menarik jika digunakan dalam sebuah desain kursi. Misalnya, seperti kursi yang ia buat, ia mengusung konsep rumah Suku Banjar dan sedikit sentuhan modern pada tempat duduknya.
“Untuk sandaran leher saya modifikasi dari bentuk atap rumah Suku Banjar. Sedangkan untuk kakinya saya modifikasi dari tiang rumah, namun agak sedikit saya kasih ukuran aksen modern pada kursi” Jelas dia.
Sehingga, lanjut dia, perpaduan antar keduanya menghasilkan bentuk perisai pada posisi dudukan kursi. “Kita juga membuat desain tidak hanya berdasar kebutuhan melainkan juga melihat kondisi budaya dan adat istiadat lokal” tutur dia. [ina]

Tags: