Sulap Limbah Pabrik Tahu Jadi Biogas untuk Masyarakat

1 dari lima pabrik tahu di kota Probolinggo sulap limbah menjadi biogas. [wiwit agus pribadi]

Pelita Si Abah Kota Probolinggo Menuju I-Sim for Cities
Kota Probolinggo, Bhirawa
Limbah seolah hanya menyisakan masalah. Tetapi di tangan Pemkot Probolinggo, limbah bisa menjadi berkah. Buktinya, melalui program Pelita Si Abah (Pemanfaatan Limbah Tahu sebagai Alternatif Bahan Bakar), limbah pabrik tahu mampu disulap sebagai bahan utama energi baru terbarukan.
Inovasi Pelita Si Abah yang telah berjalan sejak tahun 2015 itu, kini tengah diajukan Pemerintah Kota Probolinggo pada tim penilai Program Integrated Sustainability Indonesia Movement (I-SIM) for Cities. Ini setelah Pelita Si Abah masuk dalam 15 besar PT. Surveyor Indonesia dan APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia).
Mewakili Wali Kota Probolinggo, Sekda Kota Probolinggo drg. Ninik Ira Wibawati membeberkan keunggulan inovasi Pelita Si Abah. Program ini dikembangkan lantaran kesulitan pabrik tahu Proma di Kelurahan Kedung Asem, Kota Probolinggo untuk membuang limbah agar tidak mencemari lingkungan.
Dari permasalahan tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat mencari upaya untuk mencarikan solusi. Karena banyaknya limbah tahu yang terbuang, akhirnya inovasi Pelita Si Abah muncul untuk mengola limbah tahu menjadi sumber energi terbaru yang dapat dirasakan manfaatnya oleh warga sekitar.
“Pelita Si Abah masih berjalan di kawasan tersebut dan telah berhasil direplikasi di dua pabrik tahu lainnya. Kedua pabrik terletak di Jrebeng Kidul, yakni Pabrik Tahu Sumber Baru dan Pabrik Tahu Asri. Dari 3 pabrik tahu tersebut terdapat 150 warga telah merasakan manfaatnya,” ujar Ninik, Kamis (24/11).
Kepala DLH Kota Probolinggo Rachmadeta Antariksa menambahkan, program tersebut akan dikembangkan dan direplikasi ke seluruh wilayah Kota Probolinggo. “Tentu akan dikembangkan, namun karena anggaran tahun depan sudah berjalan, kita akan rencanakan di tahun selanjutnya,” jelasnya.
Untuk diketahui, I-sim for cities yang telah di-launching pada Agustus 2022 lalu merupakan skema pemeringkatan dan penganugerahan sebagai solusi transformatif dalam pengembangan kontinyu, kolaborasi dan kesadaran akan keberlanjutan untuk mencapai akselerasi ketercapaian SDGs Kota dan mendorong pengembangan kapabilitas pemerintahan kota terhadap standar kota berkelanjutan internasional.
I-sim for cities telah dikembangkan bersama partner-partner strategis antara lain APEKSI sebagai implementing partner, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan GRI (Global Reporting Initiative) sebagai methodology partner serta Kementerian Dalam Negeri sebagai dialogue partner.
Kota Probolinggo termasuk salah satu dari 74 Kota yang terdaftar dalam program I-sim for cities. Terdapat aplikasi web dari program tersebut, dimana Bappeda Litbang Kota Probolinggo telah mengisi beberapa indikator dari 17 tujuan di aplikasi tersebut. 17 tujuan tersebut sebagai bahan penilaian bagaimana suatu kota dapat mengembangkan dan memanfaatkan sumber energi terbarukan untuk kesejahteraan warganya, jelasnya.
Pengelolaan limbah tahu menjadi biogas di Kota Probolinggo merupakan komitmen pemerintah kota setempat menuju kota ramah lingkungan dan kota berketahanan iklim.
“Itu merupakan komitmen kami menuju Kota Ramah Lingkungan dan Kota Berketahanan Iklim yang diimplementasikan dalam berbagai program kegiatan, salah satunya adalah pengelolaan limbah tahu menjadi biogas,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Rachmadeta Antariksa.
Ia mengatakan Pemerintah Kota Probolinggo membangun berbagai kerja sama dan jejaring untuk dapat melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara optimal salah satunya dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). “Kerja sama itu diwujudkan dalam pembangunan instalasi biogas limbah tahu yang pertama kali di pabrik tahu Proma di Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo,” tuturnya.
Tahu merupakan salah satu bahan makanan pokok yang termasuk dalam 4 sehat 5 sempurna yang digemari masyarakat Indonesia dan jumlah industri tahu yang ada di Kota Probolinggo terdapat tujuh industri kecil menengah (IKM) yang langsung membuang air limbahnya ke badan air dan berpotensi mencemari lingkungan.
“Limbah cair industri pengolahan tahu mengandung bahan organik yang tinggi sehingga dapat menurunkan kualitas air sungai jika tidak diolah terlebih dahulu,” katanya.
Selain itu juga akan menimbulkan gas metan dan meningkatkan emisi GRK (Gas Rumah Kaca) yang jika lepas ke udara akan berakibat terjadinya perubahan iklim, sehingga limbah tahu menjadi prioritas untuk dijadikan sebagai sumber energi alternatif biogas.
“Sampai dengan tahun ini, pengolahan limbah tahu menjadi biogas di Kota Probolinggo telah dilakukan di tiga pabrik tahu di Kota Probolinggo,” ujarnya.
Tiga dari lima pabrik tahu itu yakni Pabrik tahu “Proma” di Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih dengan penerima manfaat biogas sebanyak 25 rumah tangga, Pabrik tahu “Sumber Baru” di Kelurahan Jrebeng Kidul di Kecamatan Wonoasih dengan penerima manfaat 47 rumah tangga, dan Pabrik tahu “Asri” di Kelurahan Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih dengan penerima manfaat 46 rumah tangga.
“Semoga keberadaan biogas limbah tahu menjadi salah satu pemacu dan pemicu bagi masyarakat Kota Probolinggo untuk mengelola limbah yang ramah lingkungan sebagai salah satu bagian dari kegiatan mitigasi perubahan iklim, tambahnya. [Wiwit Agus Pribadi]

Tags: