Sulit untuk Makan, Hanya Ditemani Ayam dan Kucing Liar di Gubuknya

Di usia 100 tahun lebih nenek Surami dalam kesendirian.

Di usia 100 tahun lebih nenek Surami dalam kesendirian.

Derita Nenek Usia 100 Tahun Lebih
Probolinggo, Bhirawa
Perjalanan hidup memang susah untuk diprediksi seperti apa lika-liku ke depannya. Itu juga dialami nenek Surami.  Nenek yang tinggal di  sebelah timur Candi Jabung itu hidup  sebatangkara dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Bahkan, nenek berusia sekitar 100 tahun ini hanya ditemani beberapa ekor ayam peliharaan dan beberapa kucing liar di rumahnya.
Hidup nenek Surami alias Suparyo, warga Dusun Candi, Desa Jabung Candi, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo ini memang miris. Hidup tanpa sanak saudara di sebuah gubuk yang nyaris ambruk. Gubuk itu pun juga sempit, berukuran hanya sekitar 3×5 meter. Tak hanya kondisi rumah yang memprihatinkan, isi di dalam rumah si nenek malang ini hanya terdapat barang bekas tanpa tempat tidur dan barang berharga lainya.
Kondisi di dalam gubuknya sangat berantakan, karena tidur pun harus kumpul dengan ayam dan kucing liar saja. Sementara rumah yang ia tempati, lahannya milik orang, yang sewaktu-waktu bisa diambil oleh pemiliknya.
Lantaran hidup seorang diri bertahun tahun lamanya, Nenek Surami menjalani hidup bersama hewan peliharaannya. Tak hanya saat tidur, saat makan puluhan ekor ayam dan kucing tersebut terus menemani bagaikan keluarga. Saat media ini menemuinya, nenek Surami tampak duduk seorang diri  sambil makan lontong dari pemberian orang, itupun lontong yang dimakannya sisa semalam yang ia simpan.
Dengan logat Madura ia mengatakan,” ghuleh de’er eberrik oreng nak (saya makan dikasih orang nak),” keluhnya dengan nada sedih kemarin.
Dalam kesehariannya ia makan menunggu dari pemberian tetangga dan orang yang melintas di depan rumahnya, bahkan ia berusaha berpuasa ketika sudah tidak ada lagi makanan untuk dimakan.
Nenek malang ini mengaku, dirinya tidak pernah tahu orangtuanya sejak ia kecil. Karena sejak kecil dia sudah tinggal seorang diri. Dari pengakuannya, nenek Surami ini pernah menikah dua kali  semasa mudanya dulu. Selama ia menikah dua kali itu semua kandas ditinggal suaminya dan tidak dikaruniai anak.”Saya tidak pernah tahu kedua suami saya itu masih ada, apa sudah meninggal, karena sejak meninggalkan saya tidak pernah ada komunikasi,” katanya.
Nenek Surami mengaku sudah terbiasa hidup sendiri sejak dulu. Untuk  makan sehari-hari di usia  sekitar 100 tahun ini hanya dapat berharap dari belas kasih tetangga. Dia tidak pernah meminta apapun dari tetangga, meskipun  kekurangan untuk makan. Bahkan dia masih berusaha untuk memberi kepada tetangga kalau dirinya mempunyai kelebihan dari pemberian orang. Sedangkan soal penerangan lampu di gubuknya juga dikasih tetangga.
Hatijah (50) tetangga nenek Surami yang memberi aliran listrik mengatakan dia salut dengan nenek Surami ini. Sejak tinggal di desa itu selama 40 tahun, nenek Surami bertekat untuk berjuang dengan hidupnya tanpa banyak mengeluh. “Dia  tidak pernah mengeluh atas kondisinya itu kepada tetangga, bahkan ia berusaha untuk memberi dengan segala keterbatasan yang dia miliki,” katanya.
Air untuk  diminum nenek Surami dan mandi Hatijah yang menimba dari sumur. Karena daerah itu memang kesulitan air.  “Saya yang biasa menimbakan air di sumur setiap 3 hari sekali, itupun dia masih ingin membayar saya dengan uang sebesar 5 ribu rupiah. Setiap dia minta bantuan tetangga pasti dia mau memberi upah, tapi tidak mungkin tetangga sini mau menerima pemberiannya,” ujar Hatijah.
Dijelaskan Hatijah, sejak puluhan tahun silam nenek Surami sabar dan tabah dalam menjalani hidupnya. Bahkan saat dia tidak mampu lagi untuk berjalan, semangatnya untuk menjalani hidup apa adanya tetap tinggi. [Wiwit Agus Pribadi/bhirawa]

Tags: