Sumber Air Mengecil, Kartini Sobo Alas Selamatkan Lingkungan

Istri Bupati Pasuruan Hj Lulis Ratnawati Irsyad menanam pohon durian di lokasi dekat sumber air bendo di Dusun Bulakombo Desa Candiwates Kecamatan Prigen, Senin (1/5). Gerakan tanam pohon ini sengaja dilakukan para wanita. [hilmi husain]

Pasuruan, Bhirawa
Kebanyakan peringatan Hari Kartini biasanya selalu berlenggak-lenggok di atas panggung menggunakan kebaya.
Namun, di Kabupaten Pasuruan, tepatnya di Desa Candiates Kecamatan Prigen memperingati Kartini dengan menyelamatkan sumber air dengan menanam pohon yang bertemakan Kartini Sobo Alas.
Tentu saja, perjuangan Kartini bagi para wanita merupakan wujud tekat serta semangat dan tingkah laku yang bisa mengayomi sekaligus menjaga lingkungan.
“Peduli lingkungan adalah bagian yang tak terpisahkan dari makna perjuangan Kartini. Karena kecantikan wanita, bukanlah terletak pada sebuah wajah, melainkan perilaku serta seluruh tindakan. Kegiatan ini wujud konkrit kepedulian wanita terhadap lingkungan,” ujar istri Bupati Pasuruan Hj Lulis Ratnawati Irsyad, Senin (1/5).
Diakui Lulis, dengan sentuhan tangan-tangan wanita, diyakini akan memberikan dampak yang luar biasa untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Ketua Karang Taruna Candiwates Ahmad Soim menyampaikan makna di balik Kartini Sobo Alas, berawal dari keprihatinan atas menurunnya debit air dan matinya sejumlah mata air di Candiwates dan desa-desa lainnya di lereng Gunung Arjuna. Seperti menurunnya sumber air bendo di Dusun Bulakombo, Desa Candiwates.
Di sumber air bendo, duhulu airnya melimpah dan dimanfaatkan warga untuk berbagai keperluan rumah tangga hingga irigasi pertanian.
Namun, saat ini seiring berkembangnya zaman, sumber itu terus mengecil. Lantaran akibat pemanfaatan yang berlebihan, tanpa diimbangi perbaikan dengan menjaga lingkungan sekitarnya.
“Ketika saya masih kecil, mata air di sumber itu selalu meluber hingga keluar dari sumber penampungannya. Tapi, saat ini debit airnya tinggal 10 persen saja. Bahkan, jika musim kemarau, warga di sini harus bergantian untuk pemanfaatannya,” kata Ahmad Soim.
Mengecilnya mata air bendo, kata Ahmad, dikarenakan pemanfaatan yang berlebihan tanpa diimbangi dengan perbaikan lingkungan melalui penanaman pohon di kawasan lereng Arjuna.
Misalnya, banyaknya pemanfaatan air curah tangki melalui pengeboran atau artesis yang diduga ilegal, maupun pendirian perusahaan yang memanfaatkan air tanah.
Di lereng Gunung Arjuna Kecamatan Prigen banyak dijumpai artesis untuk pengisian air curah tangki. Setiap harinya diperkirakan sekitar 2.600 truk tangki yang mengambil air untuk didistribusikan dan dijual ke daerah lain.
“Pemanfaatan air untuk masyarakat sudah wajar, karena air memang berkah. Tapi, perlu diketahui bersama, bahwa lingkungan harus tetap dijaga pula agar air bisa menjadi lestari.  Mereka tak bisa mengeruk keuntungan terus menerus. Lingkungan sekitarnya juga harus diperhatikan dengan menjaga secara bijaksana,” imbuh Ahmad Soim. [hil]

Tags: