Sumenep Jadi Tuan Rumah Safari Jurnalistik PWI Pusat

21-foto safari jurnalistik-sul-1 (foto D)Sumenep, Bhirawa
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat menggelar Safari Jurnalistik 2014 di Kab Sumenep sejak tanggal 20-21 September. Selain dari PWI Pusat dan PWI Jatim sebagai narasumber, pada pembukaan Safari Jurnalistik juga hadir Bupati Sumenep, A Busyro Karim sekaligus membukanya.
Safari Jurnalistik yang terpusat disalah satu hotel di jalan Lingkar Barat Sumenep ini diikuti 50 orang anggota PWI dari berbagai media di Madura. Baik wartawan lokal, regional dan nasional. Mereka sangat antusias saat mengikuti acara.
Ketua PWI Jatim, Ach Munir mengatakan, menjaga profesi dengan baik merupakan khittah PWI. Seorang wartawan harus profesional dalam menjalankan tugas kejurnalistikan setiap harinya. Tuntutan masyarakat terhadap kiprah para jurnalis untuk membangun bangsa ini sangat besar, Maka profesionalitas jurnalis terutama yang tergabung dalam PWI harus terus ditingkatkan.
”Khittoh PWI itu menjaga profesi dengan baik. Profesi wartawan itu sangat mulia, jadi tugas mulia itu harus kita jaga,” kata Ach Munir, di Sumenep, Minggu (21/9).
Menurutnya, untuk menjaga profesi dengan baik, PWI telah mengadakan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) terhadap anggotanya. Anggota PWI Jatim sekitar seribu orang. Dari seribu wartawan yang tergabung dalam PWI itu, mayoritas telah lulus UKW.
Munir juga menegaskan, dapat dikatakan seorang wartawan itu menjaga profesi dengan baik, salah satunya lebih memikirkan bagaimana kemajuan dan pemerataan pembangunan di daerah tempat bertugas. Dengan tulisan atau pemberitaan dimedia massa pembangunan bisa dilakukan, sebab informasi bisa diakses melalui media massa. ”Media bisa mengontrol kebijakan pemerintah sehingga pemerataan pembangunan berjalan sesuai harapan rakyat. Itu tugas wartawan didaerah,” urainya.
Sementara itu, Bupati Sumenep, A Busyro Karim meminta, pola pikir seorang wartawan boleh sama dengan pemerintah. Sebab, terkadang ada kebijakan pemerintah yang tak sesuai dengan keinginan rakyat bawah sehingga yang ada hanya ketimpangan.
“Warna baju boleh sama, tapi kalau pola pikir tak boleh sama. Jika wartawan dipaksa harus sama dengan pemerintah, dipastikan kontrol akan mati dan pembangunan akan stagnan. Makanya dengan tulisannya, seorang wartawan harus bisa mengontrol kebijakan itu,” kata Bupati Sumenep, A Busyro Karim.
Ditambahkan Bupati, diawal reformasi bangsa Indonesia ini tidak terlepas dari kekuatan wartawan, sebab gerakan rakyat diberbagai tempat pasti disuarakan melalui media massa. Jadi pengaruh media sangat besar bagi perubahan ini.
Dia juga meminta, seorang wartawan tidak hanya bisa menjual berita, tapi bisa menjual solusi. Persoalan yang ada dimasyarakat tidak hanya ditulis, tapi bagaimana wartawan bisa mencarikan solusinya sehingga wartawan tidak hanya terkesan melempar isu, tapi bagaimana menyelesaikan persoalan. Safari Jurnalistik 2014 di Sumenep resmi ditutup hari ini (kemarin, red). Penutupan acara PWI Pusat ini dilakukan Wakil Ketua PW Jatim, Ainur Rohim yang didampingi Lutfi Hakim dan Ketua PWI Sumenep, Moh Rifa’i. [sul]

Tags: