Sumiati, Pembuat Sirup Belimbing Asal Bojonegoro

Pembuat sirup belimbing asal Desa Ngeringinrejo, Bojonegoro Sumiati menunjukan hasil olahan sirup belimbing yang sudah dikemas. [achmad basir]

Tingkatkan Ekonomi Kreatif, Masih Kesulitan Soal Pemasaran
Bojonegoro, Bhirawa
Buah belimbing adalah buah berair yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari kalangan anak-anak hingga kalangan dewasa. Mengkonsumsi buah belimbing memang sangat menyegarkan jika dikonsumsi pada siang hari. segarnya buah belimbing ini memang dapat menghilangkan rasa dahaga Anda.
Tetapi di tangan kreatif Sumiati, buah belimbing diolah menjadi suatu olahan makanan maupun olahan minuman. Salah satunya, menjadi sirup yang sangat segar. Bahkan Sumiati, warga Desa Ngeringinrejo, Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro ini menyebut sirup buatannya dengan label ‘Matoh’ lebih segar dari sirup kemasan yang ada di pasaran.
“Ini benar-benar segar dan alami karena tak ada campuran bahan-bahan lain selain buah dan gula,” kata Sumiati saat ditemui di rumahnya.
Ibu rumah tangga 52 tahun itu merupakan pembuat sirup belimbing yang masih aktif produksi di desa setempat. Ia mulai membuat sirup belimbing sejak tahun 2000 hingga sekarang. Rumah produksinya cukup sederhana. Di rumah berdinding tembok berlantaikan keramik, ibu dua anak itu memproduksi sirup belimbing segar.
Tak banyak yang membantunya. Sumiati sendirian saat mengolah belimbing matang segar itu menjadi sirup. Warna sirup belimbing kuning keemasan. Warna khas belimbing desa setempat. “Bahan bakunya dari belimbing warga sekitar,” ujarnya disela-sela pembuatan sirup.
Berawal, pada tahun 1999, Sumiati berfikir bagaimana belimbing dapat dijadikan olahan lain. Seperti sirup belimbing. Akhirnya, Sumiati berseta teman-temannya pun sepakat membuat sirup. Beberapa pelatihan pembuatan sirup pun diikutinya. Misalnya, pelatihan pembuatan sirup di Nganjuk dan Malang. “Hasil dari pelatihan, kami praktekan di rumah,” ceritanya.
Nah, dari situlah, Sumiati mendapat inspirasi baru supaya sirup buatannya sempurna. “Saat itu, benar-bernar senang dengan hasilnya, dan tidak sia-sia mengikuiti pelatihan,” katanya.
Proses pembuatan sirup, puluhan belimbing yang tersedia dicuci bersih dengan air bersih. Setelah itu, pangkal belimbing dikupas satu persatu. Setelah di kupas, belimbing dipotong-potong menjadi beberapa bagian berukuran kecil. Setelah itu diblender sampai halus dan disaring ampasnya. “Satu kilogram belimbing, menghasilkan tiga botol berukuran 800 mili liter sirup,” katanya sembari menunjuk botol sirup.
Sebelum direbus, sari buah belimbing itu dimasukan di dalam panci. Beberapa resep tambahan pun dimasukan ke dalam panci. Racikan sirup komplit. Proses perebusan memakan waktu sekitar 30 menit. “Direbus dan sesekali diaduk, supaya adonan sirup menyatu,” ucapnya.
Setelah 30 menit, panci berisikan sirup itu diangkat dan diletakkan di lantai. Beberapa botol sirup pun dipersiapkan. Beberapa menit kemudian, sirup hangat pun dimasukan botol satu persatu. “Setelah semuanya beres, baru kita kemas. Cara pengemasan pun masih manual,” katanya sembari memasukan sirup kedalam botol.
Harga satu botol sirup buatannya, dibandrol seharga Rp20.000 hingga Rp30.000. Sementara, bahan baku 1 kg belimbing, seharga Rp7.500. Olahan sirup milik Sumiati, selain di beli masyarakat setempat, beberapa pejabat Bojonegoro pun pernah membeli sirup miliknya.
Kendati demikian, Sumiati mengaku, kendala dalam yang dirasakannya saat ini adalah pemasaran. Terkait bahan baku tidak menjadi kendala. “Berharap pemerintah dapat membantu lebih terkait pemasaran produk sirup belimbing ini. Sehingga, ekonomi kreatif pun bisa cepat tumbuh,” pungkasnya. [Achmad Basir]

Tags: