Sumur Bor Kurangi Debit Sumber Darmi dan Sumber Kasinan Kota Batu

Dewan Daerah Walhi Jatim, Purnawan Dwikora Negara saat memberikan paparan tentang sumber air di Kota Batu, Kamis (13/8).

Kota Batu, Bhirawa
Dua sumber air masing- masing di Desa Oro Oro Ombo dan Kelurahan Pesanggrahan yang dikelola PDAM atau Perumdam Among Tirto Kota Batu mengalami penurunan debit. Setelah ditelusuri, ternyata banyak warga kedua desa tersebut yang membuat sumur bor.

Diketahui dua sumber yang mengalami penurunan debit air ini adalah Sumber Darmi di Desa Oro-Oro Ombo, dan Sumber Kasinan di Desa Pesanggrahan. “Dari beberapa sumber yang dikelola Perumdam Among Tirto, ada dua sumber yang mengalami penurunan debit, yakni sumber Darmi dan Kasinan,” ujar Choirul Anam, Kasi Pelanggan Perumdam Among Tirto, Kamis (13/8).

Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2014 debit Sumber Darmi sebesar 45 lps, Tahun 2016 42 lps dan sekarang tinggal 37 lps. Sementara itu, untuk sumber Kasinan awal Tahun 2019 masih 4,2 lps, kini tinggal 3,5 lps.

“Khusus di Kasinan Pesanggrahan, salah satu penyebab turunnya debit air karena di sana ada pembangunan salah satu objek wana wisata,” jelas Choirul.

Adapun penurunan debit air itu terjadi karena penangkap murni air permukaan itu tergantung dari sungai bawah tanah. Selama tidak terganggu sumur bor atau gangguan alam, maka kondisinya tetap normal. Namun, jika banyak sumur bor maka akan turun. Untuk mengatasi persoalan ini, perumdan mengimbau warga untuk tidak membuat sumur bor di sekitar area sumber.

Ditambahkan, Perumdam Among Tirto juga telah mengambil langkah penting dengan cara membuat sumur resapan di cacthment area dan pembuatan sumur resapan.

Terpisah, Dewan Daerah Walhi Jatim, Purnawan Dwikora Negara mengatakan bahwa Kota Batu terus mengalami penyusutan jumlah sumber air. Jika sebelumnya kota ini memiliki 115 sumber, kini hanya tersisa 57 sumber saja.

Dengan fakta ini maka Walhi merekomendasi untuk melakukan kajian tata ruang terkait seberapa banyakk sumber mata air yang masih bisa diselematkan. Dan hal ini harus diimbangi dengan memperbesar ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Batu.

Secara ekologis ada beberapa perubahan yang memperburuk eksistensi sumber. Di antaranya adanya geotermal, dan adanya pengeboran yang berpotensi menyebabkan adanya bencana.

“Kita harus menghitung potensi ancaman ini untuk mengeliminir adanya bencana alam seperti pergeseran tanah dan tanah longsor,”ujar Purnawan.

Ia berharap demua Desa/ Kelurahan di Kota Batu yang memiliki sumber ar menjadi kawasan perlindungan. Hal ini menyusul adanya catatan hanya 18 desa yang masuk desa perlindungan. Padahal seharusnya lebih dari itu. “Desa Beji yang memiliki sumber air, ternyata tidak tercatat sebagai desa perlindungan. Kenapa harus dipilih- pilih?,”tanya Purnawan.(nas)

Tags: