Sunan Kalijaga dan Semangat Dakwah

Buku Sunan KalijagaJudul    : Sunan Kalijaga
Penulis   : Yudi Hadinata
Penerbit   : DIPTA
Terbit   : 2015
Tebal    : 252 Halaman
ISBN     : 978-602-296-107-9
Peresensi   : Novita Ayu Dewanti
Mahasiswa Pendidikan Matematika di UNS

Sunan Kalijaga termasuk salah satu tokoh sentral dalam penyebaran Islam di tanah Jawa. Di antara anggota Wali Sanga, namanya lebih terkenal ketimbang yang lainnya. Padahal, ia lahir dan menjadi anggota dewa Wali Sanga pada periode keempat setelah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati, bersama dengan Sunan Derajat, Sunan Giri, serta Sunan Bonang. Meskipun termasuk wali termuda di antara wali-wali lainnya, namanya cepat terpatri di hati masyarakat Jawa.
Hal itu tidak lain karena peran, pendekatan, serta metode dakwahnya mengena segenap lapisan masyarakat yang dilakukan Sunan Kalijaga. Bahkan, ia sangat memahami kondisi masyarakat Jawa, sehingga strategi khusus penyebaran agama Islam. Ia juga sangat akrab dengan masyarakat kecil, sehingga ia tidak membedakan status ataupun keyakinan.
Dalam dakwahnya, Sunan Kalijaga selalu melihat keadaan masyarakat sekitar. Saat penyebaran Islam awal di Nusantara, Sunan dihadapi keadaan masyarakat Jawa yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Selain itu, masyarakat Jawa juga sudah dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya Hindu dan Budha yang berasal dari India. Dengan demikian, keadaan masyarakat Jawa saat itu masih sangat erat dengan kebudayaan dan ada istiadat sangat jauh dari nilai-nilai ajaran Islam.
Melihat keadaan masyarakat Jawa sebelum Islam masuk tersebut, maka tampaklah jelas bahwa dakwah yang dilakukan oleh Wali Sanga menghadapi tantangan yang besar yakni berupa ragam aliran kepercayaan  dan tradisi yang telah mengakar di masyarakat. Kepercayaan dan tradisi-tradisinya telah menghunjam serta mengakar kuat dalam batin masyarakat Jawa. Karena itu, dalam dakwah para Wali Sanga memiliki strategi tersendiri (halaman 89).
Sunan kalijaga memiliki strategi yang unik dan berbeda dengan beberapa wali lainnya. Konon, dirinyalah yang memelopori pendekatan populis dan lunak terhadap tradisi masyarakat saat itu berkembang. Di samping itu, ia juga menyebarkan Islam melalui jalur kesenian dan kebudayaan. Banyak karya seni, budaya, dan alat musik yang telah ia lahirkan dalam upaya pendekatan kepada masyarakat.
Tujuan tidak lain dalam pendekatan masyarakat agar tertarik dan terpikat terlebih dahulu, baru kemudian menanamkan ajaran-ajaran kepada mereka secara perlahan. Karena itu, Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali dengan cakupan paling luas dan pengaruh paling besar di masyarakat. Jiwa seni dan ide kreatifnyalah yang membuat dirinya menjadi tidak hanya sekedar sebagai pendakwah/penceramah, melainkan juga sebagai dalang, pencipta tembang, tukang dongeng, desainer pakaian, perancang alat-alat pertanian, perancang permainan untuk anak-anak, penari topeng, penasehat sultan, dan guru ruhani.
Dalam dakwah Sunan Kalijaga, ia tidak segan-segan mengkolaborasikan antara kebudayaan lokal dan nilai-nilai Islam. salah satunya menggunakan pertunjukan kesenian wayang lengkap dengan gamelannya. Wayang sendiri merupakan budaya leluhur agama Hindu yang mengambil lakon pewayangan dari epos Ramayana dan Mahabharata. Oleh Sunan Kalijaga, seni tersebut diramu menjadi sedemikian rupa sehingga wayang-wayang yang sebelumnya terbentuk mirip gambar manusia kemudian berubah menjadi bentukan-bentukan dekoratif dengan proporsi tubuh yang tidak mirip dengan manusia.
Selain itu, Sunan Kalijaga juga memunculkan tokoh-tokoh lain di luar Ramayana dan Mahabharata, seperti Dewa Ruci, Mustakaweni, Dewi Srani, Pandu Bargola, dan Punakawan. Dengan demikian, tokoh-tokoh yang dibawakan Sunan Kalijaga dalam pergelaran-pergelarannya bukanlah lakon-lakon Hindu macam Mahabharata dan Ramayana. Meskipun tokoh-tokoh yang digunakan sama, Sunan Kalijaga mengubah sendiri lakon-lakonnya, semisal Layang Kalimasada dan Lakon Petruk Jadi Raja yang semuanya memiliki ruh Islam yang kuat. Karakter-karakter wayang yang baru pun bernafas islami. Salah satunya, penggunaan istilah-istilah dalam pewayangan yang merujuk pada bahasa Arab  (halaman 217).
Cerita-cerita yang ada dalam lakon pewayangan Sunan Kalijaga tersebut diramu dengan butiran-butiran tuntunan agama Islam dan diselingi dengan syair-syair Jawa yang mengandung ajaran Islam. Dengan demikian, masyarakat yang menonton dan mendengarkan cerita wayang yang dipertunjukkan oleh Sunan Kalijaga tersebut tidak merasakan bahwa diri mereka telah mulai dimasuki ajaran Islam. Di samping itu, metode penyampaian Islam melalui pertunjukan wayang dan seni lainnya menyesuaikan kebudayaan yang berkembang di wilayah tersebut. Sehingga membuat dakwah Sunan Kalijaga lebih cepat diterima masyarakat.

                                                                                                       —————- *** —————

Rate this article!
Tags: