Sungai di Pasuruan Meluap, Delapan Rumah Hanyut, Nenek dan Cucu Meninggal

Alat berat dibantu petugas saat membersihkan puing-puing rumah rata dengan tanah akibat terjangan air banjir, Kamis (4/2). [Hilmi Husain]

Pasuruan, Bhirawa
Bencana banjir terjadi di Kabupaten Pasuruan, tepatnya di Dusun Genuk Watu, Desa Kepulungan, Kecamatan Gempol, Rabu (3/2) malam. Akibatnya, delapan rumah hilang hanyut diterjang banjir, dua warga yang sebelumnya hilang, ditemukan meninggal.
Korban meninggal itu adalah seorang nenek dan cucunya, yaitu Sri Susminanti (60) dan Nanda Zeni Sekar Arum (18). Keduanya ditemukan oleh Tim SAR dan para relawan dilokasi yang berbeda pada Kamis (4/2).
Jasad Sri Susminanti (60), ditemukan pukul 06.00 usai pencarian di Sungai Dusun Betas belakang SMKN 1 Gempol. Jarak ditemukannya nenek itu di aliran sungai berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah korban. Sedangkan, untuk jenazah cucunya yang bernama Nanda Zeni Sekar Arum (18), ditemukan di Dusun Tempel, Desa Legok, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan pukul 07.30.
Banjir di Kepulungan terjadi usai Sungai Kambeng meluap. Luapan air sungai tersebut membuat jalan raya tergenang air dan meluber ke jalan nasional jurusan Surabaya-Malang sekitar pukul 17.40.
Bersamaan dengan hal itu, delapan rumah warga di Genuk Watu, Desa Kepulungan, Kecamatan Gempol mendadak ambruk dan hanyut diterjang banjir. Lokasinya berada di sebrang Sungai Kambeng, tepatnya di sisi timur jalan nasional.
“Dari 32 rumah yang terdampak, ada delapan rumah permanen hilang serta hanyut di terjang banjir, 17 rumah mengalami rusak parah dan 15 rumah rusak sedang. Dua warga yang terseret arus banjir sejak tadi malam sudah ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Kami ikut berbela sungkawa atas kejadian yang menimpa keduanya,” ujar Plt Kepala BPBD Kabupaten Pasuruan, Ridwan Harris dilokasi kejadian.
Sedangkan untuk korban luka yang dilarikan ke rumah sakit ada dua orang. Ke dua korban luka itu saat ini dirawat di RS Asih Abyakta dekat dengan lokasi. Kedua korban luka itu adalah Muslikha (80) dan Siti Khotija (50).
Meski air banjir sudah surut, hingga berita ini diturunkan, sejumlah warga Dusun Genuk Watu masih mengungsi di Balai Dusun Kabunan, Desa Kepulungan akibat rumah yang masih rusak dan atau hilang terseret banjir.
“Hari ini, ada 52 orang yang mengungsi. Kebanyakan warga yang mengungsi itu rumahnya hilang dan rusak berat atau pun sedang,” jelas Ridwan Harris.
Banjir juga terjadi di wilayah Kecamatan Bangil dan ada delapan desa tergenang, yakni di Desa Kalirejo, Tambakan, Kalianyar, Manaruwi, Ledok, Mendalan, Kolursari dan Desa Masangan. Sedangkan di Kecamatan Kraton terdapat dua desa terdampak, yakni Desa Sidogiri dan Desa Tambakrejo.
Di Kecamatan Winongan, air banjir juga menggenangi Desa Bandaran, Prodo, Winongan Lor dan Winongan Kidul.
Peristiwa banjir tersebut masih menyisahkan trauma dibenak warga. Salah satunya adalah Hendra Rastra Pusara (35), menyatakan air mendadak datang setinggi 2,5 meter menerjang deras selama 20 menit di permukiman yang berada 7 meter di bawah jalan Raya Surabaya-Malang.
“Saat santai di dalam rumah, tiba-tiba air bah masuk ke dalam rumah. Dalam hitungan menit langsung tinggi. Adik saya terseret air, langsung hanyut dan untungnya tersangkut plafon sehingga terselamatkan,” kata Hendra Rastra Pusara.
Sementara itu, Moch Suryo (27) harus nekad melawan arus untuk menyelamatkan istri, anak dan ibunya. Istri ditemukan karena tersangkut pohon dan anak serta ibunya tersangkut di pagar tetangga depan rumah. “Dengan sekuat tenaga saya nekat melawan arus untuk menyelamatkan keluarga saya. Saat itu saya pasrah dan akhirnya selamat semua,” kata Moch Suryo. [hil]

Tags: