Sungkono: Ketuhanan YMA Adalah Manivestasi Seluruh Sila

Anggota MPR, H Sungkono di depan warga desa Lajuk, Porong.

Sidoarjo-Bhirawa.
Agama merupakan pilar dalam mempersatukan bangsa Indonesia, jangan mempertajam perbedaan keyakinan karena itu bisa membuat cerai berai. Perbedaan harus ditempatkan sebagai kekuatan untuk menjaga ketahanan bangsa
Anggota MPR RI, H Sungkono, Sabtu (11/11) malam saat melakukan sosialisasi 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara di balai desa Lajuk, Kec Porong, menegaskan sebenarnya dengan menjalani dan mengamalkan sila pertams yang berbunyi, ketuhanan YME, merupakan manivestasi dari seluruh sila yang ada dalam Pancasila.
Karena dengan mengamalkan dan menjalankan agama seperti yang tertuang dalam Sila pertama secara benar sama saja mewujudkan sikap toleransi, keadilan, kemakmuran, persatuan dan seluruh sendi-sendi yang ada dalam tubuh Pancasila. “Ketuhanan YME adalah cermin dari seluruh sila,” tegasnya. Karena strategisnya posisi agama, terutama agama Islam, ia meminta, jangan menggunakan isu agama untuk menyerang lawan, dan jangan agama digunakan untuk bermain politik. Agama sangat mulia dan harus dijaga kesuciannya.
Anggota Komisi V DPR RI ini juga menimpali terjadinya paradok di bidang ekonomi, banyak orang Indonesia yang kekayaannya melimpah ruah namun juga lebih banyak lagi orang Indonesia yang sangat miskin. Pemerintah telah melakukan pembangunan infrastruktur mulai Sabang sampai Merauke untuk mengangkat ekonomi namun ia juga mengkuatirkan akibatnya mengingat beaya pembangunan ini diperoleh dari hutang luar negeri. “Saat ini posisi hutang Negara kita Rp 4.500 triliun, sungguh mencemaskan,” terangnya.
pembangunan memang penting, tetapi jangan sampai rumahnya bagus tetapi penghuninya kelaparan. Jadi pembangunan yang dilakukan harus berimplikasi pada kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Jangan timbul ketimpangan seolah pembangunan itu hanya di pulau Jawa saja. Jawa dan luar Jawa harus dibangun secara proporsional untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Tidak bisa hanya Jawa saja yang enak, tetapi di luar Jawa masih banyak daerah-daerah yang minus.
Contohnya semen satu zak di Papua bisa mencapai Rp 1 juta, selisih harganya terlalu jauh dengan di jawa yang hanya Rp 50 ribu “Mana mungkin orang Papua bisa membangun kalau begini,” ujarnya.
Ia juga meminta pemerintah mewaspadai tenaga kerja asing, terutama dari China. Karena saat dirinya berkunjung ke Sulut, ada laporan setiap bulan terdapat 6000 ribu wisatawan asing dari China yang masuk melalui Sulut. Tetapi tidak ada laporan kapan mereka ke luar kembali ke negaranya,” tanyanya. Patut dicurigai apa yang hendak dilakukan TKA China di Indonesia.(hds)

Tags: