Surabaya Masih Belum Butuh Tunnel

Kemacetan lalulintas menjadi pemandangan sehari-hari di Kota Surabaya. Kondisi ini memunculkan wacana dari Pemkot Surabaya untuk membangun tunnel di Jl Mayjend Sungkono, namun pengamat tata kota memandang itu tak perlu.

Kemacetan lalulintas menjadi pemandangan sehari-hari di Kota Surabaya. Kondisi ini memunculkan wacana dari Pemkot Surabaya untuk membangun tunnel di Jl Mayjend Sungkono, namun pengamat tata kota memandang itu tak perlu.

Pemkot, Bhirawa
Kota Surabaya masih belum membutuhkan tunnel atau jalan terowongan yang rencananya akan dibangun di daerah Jl Mayjend Sungkono. Hal ini diungkapkan oleh Pakar Tata Kota sekaligus dosen arsitektur Universitas Kristen Petra Benny Poerbantanu ketika menjadi narasumber dalam diskusi dengan tema Kesiapan Infrastruktur Jalan di Surabaya dalam Mendongkrak Investasi di ruang ATCS gedung Jimerto, Kamis (4/6).
Menurut Benny seharusnya Pemkot Surabaya mengaktifkan jalur frontage road dan MERR dengan membuat jalur tembus yang baik. ”Surabaya tak cocok membangun jalan terowongan atau underpass yang terlalu panjang hanya untuk mengatasi kemacetan. Jika hanya membangun jalur pendek saja, itu tak masalah karena hanya menjadi pengurai macet. Jalan terowongan itu butuh kajian yang banyak,” katanya.
Salah satu persoalan menurut dosen arsitektur Universitas Kristen Petra ini diantaranya tentang bagaimana mengatur pembuangan airnya, sebab tak ditampik jika kota ini masih banyak terjadi genangan.  ”Mungkin 20 tahun ke depan, jalan terowongan dibutuhkan Surabaya. Surabaya ini belum separah kota besar lainnya di dunia,” jelas Benny.
Dari hasil kajiannya, Surabaya hanya butuh jalan tembus yang menghubungkan jalur frontage road dan MERR.  Saat ini MERR juga macet, ini karena di MERR itu belum banyak memanfaatkan jalan tembusnya. Jika jalan tembus di jalur alternatif itu sudah ditata apik, pasti jalur seperti MERR atau frontage road bakal lancar.
Benny juga mengapresiasi positif gagasan Dinas Bina Marga dan Pematusan (DBMP) untuk menjadikan jalan-jalan tembusan sebagai alternatif mengurai kemacetan. Namun, dia menegaskan bahwa jalan baru tidak sekadar dibangun.
“Tetapi juga diperhatikan jalan tersebut membuat kemudahan bagi manusia dan barang dapat berpindah tempat dengan aman, murah, cepat dan nyaman,” tegasnya,
Sementara itu Kepala Bidang Perancangan dan Pemanfaatan Dinas Bina Marga dan Pematusan (DBMP) Kota Surabaya Ganjar Siswo Pramono mengatakan, di Surabaya memang akan dibangun jalan terowongan atau underpass. Namun sifatnya bukan menjadi jalur utama, tapi jalur pengurai kemacetan.
“Termasuk juga dengan membangun jalan-jalan baru seperti frontage road dan Jalur Lingkar Luar Timur (JLLT) dan Jalur Lingkar Luar Barat (JLLB) demi mendorong kenyamanan investasi,” ujar Ganjar.
Underpass di Surabaya menurut Ganjar hanya bersifat spot atau titik. Rencananya akan dibangun di Mayjend Sungkono sampai HR Muhammad. Estimasinya tahun ini pembangunan sudah bisa dijalankan, ada anggaran Rp 60 miliar.  “Konsepnya tanggung jawab bersama, karena melibatkan sejumlah pengembang di sekitarnya. Jalur itu sepanjang 500 meter, jalannya hanya diturunkan 4 meter dari jalan yang ada saat ini,” ujarnya Gandjar.  [dre]

Rate this article!
Tags: