Surati Kemendag, Gubernur Minta Buka Kran Impor Garam

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo mengirim surat ke Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI, agar membuka kran impor garam. Sebab impor menjadi langkah satu-satunya saat ini untuk mengatasi kelangkaan garam yang harganya langsung naik drastis.
“Tidak ada lagi solusi selain impor garam. Apalagi saat ini harganya sudah mencapai lima kali lipat dari harga normal, ini kan tidak masuk akal. Garam kira rusak karena cuaca. Saat garam terkena air akan mencair, itu masalahnya,” kata Gubernur Soekarwo, Rabu (26/7).
Untuk mendesak pemerintah pusat agar segera melakukna impor garam, Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Soekarwo, telah mengirim surat ke Kemendag. “Kalau tidak setuju adanya impor garam, jangan selalu halal dan haram soal impor. Sebaiknya kalau kurang ya impor, kalau lebih ya ekspor,” ujarnya.
Data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Provinsi Jatim menunjukkan, harga garam terus mengalami kenaikan. Jika pada Juli 2014 harga garam konsumsi perkilogramnya Rp2.984; maka pada juli 2015 harganya menjadi Rp3.308. Sedangkan juli 2016 menjadi Rp3.883 dan pada juli 2017 meningkat tajam menjadi Rp5.792.
Mantan Sekdaprov Jatim ini pun tak tahu kapan harga garam akan kembali normal. Sebab jika curah hujan masih tinggi, garam akan tetap rusak. “Kalau saya yang impor, saya tahu kapan harga garam bisa kembali normal. Tapi ini adalah kebijakan pemerintah pusat. Kalau kebijakan saya, akan saya datangkan garam dari Australia Barat, selesai masalah,” ungkapnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf menyatakan, impor garam sebenarnya bisa dilakukan, namun terkendala peraturan pemerintah dimana impor garam hanya bisa dilakukan untuk garam yang kadar Natrium Klorida-nya (NaCL) dibawah 97 persen.
Selama ini, garam dengan kandungan NaCL digunakan untuk garam produksi, sedangkan garam konsumsi kandungan NaCL-nya hanya 94-96 persen. “PT Garam sebagai satu-satunya importir yang bisa mendatangkan garam konsumsi juga kesulitan mencari garam dengan kandungan NaCL di bawah 97 persen,” kata Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf.
Beberapa negara lumbung garam saat ini sudah sangat jarang yang memproduksi garam dengan kandungan NaCL di bawah 97 persen. “Karenannya kami minta pemerintah pusat bisa memberikan diskresi agar importir garam konsumsi bisa mendatangkan garam dengan NaCL 97 persen,” ujar Gus Ipul.
Jika tak segera mendapatkan diskresi, Gus Ipul kawatir kelangkaan garam konsumsi di Indonesia akan semakin terjadi yang akibatnya harga garam konsumsi akan terus melambung dan membebani masyarakat. [iib]

Tags: