Surono Danu Orbitkan Bibit Padi MSP

Ir. Surono Dano (tengah) saat melakukan survei bibit padi jenis MSP yang ditanam dilahan ekstrem, di Desa Lamongan, Kec. Arjasa, Situbondo, kemarin. [sawawi/bhirawa].

Ir. Surono Dano (tengah) saat melakukan survei bibit padi jenis MSP yang ditanam dilahan ekstrem, di Desa Lamongan, Kec. Arjasa, Situbondo, kemarin. [sawawi/bhirawa].

(Wujudkan Kedaulatan Pangan)
Situbondo, Bhirawa.
Saat ini ada bibit padi baru jenis MSP (mari Sejahterakan Petani) yang memiliki keunggulan dengan jenis biasa. Banyak sisi kelebihan dari jenis bibit padi hasil penelitian Ir Surono Danu selama hampir 20 tahun lamanya. Kata Ir. Surono Danu, ia  meneliti benih padi unggul lokal dengan biaya sendiri.
Ini dilakukan karena sudah banyak benih padi lokal Indonesia yang hilang tergantikan dengan padi asal Tiongkok, Malaysia dan India. Pria kelahiran Ceribon 11 September 1951 sejak puluhan tahun lalu hingga sekarang masih getol menyuarakan kedaulatan pangan Indonesia keseluruh petani, termasuk petani di Kabupaten Situbondo, kemarin.
Menurut Ir. Surono Danu, bibit padi MSP yang notabene merupakan hasil penelitiannya itu siap ditanaman dilahan ekstrem. Misalnya saja, sebut dia, dilahan yang pasokan airnya tidak memadai untuk tanaman padi lainnya. “Ini contohnya, lahan milik petani di Desa Lamongan, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo adalah lahan yang tidak mempunyai saluran irigasi. Namun bibit padi MSP bisa hidup ditanam di lahan ini dan sudah menghasilkan panen yang cukup mengembirakan,” terang Surono Danu, dilahan milik Karsumo di Desa Lamongan, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo.
Karena perjuangan Surono Danu sebagai perintis kedaulatan pangan di Indonesia, maka mantan Presiden RI ke 5 (Megawati Soekarnoputri) pernah menyempatkan diri berkunjung ke gubuk Surono Danu di Desa Onoharjo, Lampung Tengah, pada 2 Februari 2008 silam. “Saya berjuang untuk mensejahterakan petani. Bukan atas nama pribadi maupun golongan, namun atas nama anak bangsa. Ini wajar jika mantan Presiden Megawati berkunjung ke gubuk reyot saya,” ujar Danu.
Menurut Surono Danu, satu hektare tanaman padi bibit MSP, dengan perlakuan yang baik, maka akan mampu memproduksi gabah maksimal 14 ton. Benih itu pun tidak memiliki perawatan khusus bahkan tidak membutuhkan suplai air yang memadai. Maka dari itu, kata Danu, ia berani mengemukakan bibit ditanam dilahan ekstrem.
“Justru dengan pasokan air yang lebih banyak, produksi menjadi tidak maksimal. Benih itu juga mampu hidup di berbagai kondisi tanah apa pun. Mau tingkat kebasahan yang tinggi maupun rendah atau pun lahan ekstrem,” tegas Danu.
Dari segi pemupukan, sambung Surono Danu, benih MSP ini hanya membutuhkan paling banyak lima kuintal per hektare dan tahan terhadap hama apa pun seperti hama tikus. Bila batang tanaman padi digigit tikus, batangnya pun mampu menutup luka akibat gigitan hama hanya dalam waktu 24 jam dan tetap bisa tumbuh dengan baik. Benih ini memiliki antibodi sendiri sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit. “Daulat pangan bisa dilakukan di satu titik Provinsi saja. melainkan di seluruh Indonesia harus digarap semua,” tandasnya.
Suami Rohmiati itu menyesalkan hilangnya benih-benih lokal yang asli sebagai sumber kemakmuran bangsa ini. Justru yang muncul adalah perusahaan pembenihan padi asal China dan Malaysia yang menguasai 50 hektare sawah di Subang. Sehingga mengorbankan para petani. “Sudah saatnya kita berjanji untuk mengabdi, bukan mengabdi dulu baru berjanji,” kata Surono Danu. [awi]

Rate this article!
Tags: