SVP Pertamina Raih Doktor Teknologi Kelautan ITS


Mulyono mempresentasikan hasil disertasinya di hadapan penguji di ITS, Kamis (26/1) [adit hananta utama]

Rancang Sistem Transportasi Laut yang Efektif dan Pacu Produktivitas Kinerja
Kota Surabaya, Bhirawa
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali membidani lahirnya seorang doktor di bidang kemaritiman. Kali ini, Senior Vice President (SVP) Shipping Pertamina Dr Mulyono yang sukses meraih gelar doktornya dengan predikat sangat memuaskan.
Disertasi yang diajukannya pada program pasca sarjana Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS ini berhasil mengembangkan model terintegrasi berbasis Theory of Constraints (TOC). Fungsinya, berguna dalam efektivitas dan produktivitas kinerja sistem transportasi laut. Mulyono menuturkan, penelitian-penelitian yang ada sebelumnya masih berfokus untuk mengoptimalkan komponen-komponen dari sistem pengangkutan laut secara terpisah, atau disebut local optimum.
“Jadi belum ada yang mengintegrasikan antara variabel strategis dan operasional dari sistem transportasi laut secara komprehensif,” tutur pria kelahiran Bojonegoro, 11 September 1967 ini usai mengikuti sidang doktor terbuka di gedung rektorat ITS, Kamis (26/1).
Konsep terintegrasi berbasis TOC pada sistem transportasi laut dijelaskan Mulyono, meliputi integrasi komponen sistem, integrasi ukuran kinerja, integrasi Time Horizon, dan integrasi Output. Mulyono menambahkan, setiap sistem dalam sistem terbuka merupakan gabungan dari sub sistem. Dalam satu sub sistem yang berantai minimal ada satu konflik.  “Output dari sistem bukan mengikuti yang kuat, tapi yang lemah,” ujar doktor ke-35 FTK ITS ini.
Ayah dua puteri ini lantas melakukan penelitian untuk mendefinisikan dan merumuskan ulang goal dari sistem transportasi laut. Selain itu, ia juga melakukan penerjemahan beberapa terminologi TOC. “TOC itu merupakan suatu tahapan,” kata Mulyono.
Tahapan yang dimaksud, lanjut Mulyono, dimulai dari mendefinisikan goal sistem, kemudian menentukan ukuran kinerja pada TOC. “Pada tahap ini, saya melakukan pendefinisian ulang untuk ukuran kinerja TOC, meliputi throughput, inventory, operating expense, productivity, dan net benefit,” ungkap pria 57 tahun ini.
Tahapan selanjutnya pada TOC ialah mendefinisikan system’s constraint. “Metode penelitian yang saya lakukan disini ada tiga, yakni process map, identifikasi constraints berbasis uji statistik, dan identifikasi biaya constraint,” ulas suami dari Ir Primarini MT ini.
Mengenai penelitian constraint yang dilakukan Mulyono pada sistem transportasi laut PT Pertamina, constraint diidentifikasi dengan cara standardisasi satuan sistem menjadi KL/hari, diketahui penyebab constraint adalah terbatasnya kapasitas dermaga, kargo, pompa, dan pelabuhan. “Apabila kapasitas constraint tidak ditingkatkan,biaya kemacetan, deadfreight, dan pemompaan lambat akan membebani kinerja perusahaan tersebut,” jelasnya.
Maka solusi yang ditemukan oleh Mulyono adalah dengan meningkatkan kapasitas dermaga dari dua menjadi tiga unit, meningkatkan kapasitas kedalaman dari 4,5 meter menjadi enam meter, dan meningkatkan kapasitas pompa kargo dari 500 KL per jam menjadi 550 KL per jam. “Itu solusi jangka pendek,” kata dia.
Sementara itu untuk solusi jangka panjang, lanjut Mulyono, dengan cara meningkatkan kapasitas dermaga menjadi lima unit, kapasitas pelabuhan menjadi enam meter, dan pompa kargo menjadi 550 KL/jam. [Adit Hananta Utama]

Tags: