Swasembada Gagal, Harga Beras Naik

Oleh :
Agus Samiadji
Wartawan Senior di Surabaya

Karena pemerintah mengalami kegagalan tak tercapai swasembada pangan khususnya beras, maka harga beras merangkak naik di pasaran pasar tradisional, toko peracangan dan di pasar induk. Padahal, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito dan Perum Bulog mempunyai stok beras di gudang 1 juta ton beras cukup untuk keperluan Natal 2017 dan tahun baru 2018.
Ternyata, menjelang Natal pertengahan Desember 2017 harga kebutuhan merangkak naik. Terigu, gula pasir, daging ayam potong. Beras medium yang biasanya Rp 9.500,- per kg menjadi Rp 10.500,- sampai Rp 11.500,- per kg. Beras premium yang banyak digemari konsumen semula hanya Rp 12.000.- naik menjadi Rp 12.500,- per kg tetapi beras kosong di distributor.
Menurut Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito kenaikan beras tersebut masih dalam batas kewajaran tidak melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan pemerintah. Melihat harga beras terus naik sampai akhir Januari 2018, maka semula tidak akan impor beras, maka pemerintah terpaksa impor beras 500.000 ton. Impor beras 500.000 ton tersebut dilakukan oleh Perum Bulog dengan dana sekitar Rp 3,6 trilyun.
Dengan adanya impor beras 500.000 ton tersebut adalah untuk meredam gejolak harga beras di pasaran umum. Karena beras operasi pasar dari Perum Bulog sekalipun dijual dengan harga Rp 8.700,- per kg kepada pengusaha beras tradisional kurang diminati. Mereka tidak berani melakukan oplosan dari beras perum Bulog dengan beras medium, karena dilarang oleh Satgas pangan. Operasi pasar semestinya kepada para RT dan RW, serta para organisasi-organisasi wanita, para toko tani serta para pedagang peracangan di kawasan kampung di Surabaya. dan daerah lain.
Menurut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pada bulan Januari dan Februari 2018 di Jawa dan Bali sudah akan melakukan panen secara beruntun. Sedangkan pada bulan Maret dan April 2018 akan terjadi panen raya sehingga tak akan ada musim paceklik. Harga beras pasti akan turun dan stabil. Areal tanaman padi untuk tahun 2017 sekitar 5 juta hektar diperkirakan akan menghasilkan produksi 18 juta ton. Gabah kering giling sebanyak 18 juta ton bila dijadikan beras menjadi sekitar 60 juta ton. Dengan demikian agar beras sebesar puluhan juta ton tersebut, sebagian bisa dibeli oleh Perum Bulog untuk stok cadangan nasional dan sebagian berada di tangan masyarakat dan pengusaha beras. Dengan demikian maka harga beras sampai akhir tahun 2018 bisa terkendali dan selanjutnya tahun 2019 bisa swasembada pangan beras.
Swasembada Beras
Pemerintah selalu digoyang dengan harga pangan, khususnya beras setiap tahun menjelang Natal dan tahun baru, khususnya menjelang hari raya Idul Fitri. Karena itu, sejak Presiden Jokowi / JK terpilih menjadi presiden sudah meminta agar para menteri yang terkait dengan masalah pangan beras untuk bisa swasembada pangan khususnya beras, pernyataan tersebut sangat penting sekali. Menurut hemat saya kita bisa swasembada pangan karena merupakan negara agraris. Masalah beras, adalah makanan pokok rakyat Indonesia, beras adalah merupakan komoditi strategis, dan produksinya harus ditingkatkan.
Menurut Proklamator Bung Karno pada setengah abad lalu telah menyatakan kita harus menjaga kedaulatan pangan, masalah pangan adalah soal hidup dan matinya. Negara tetangga Malaysia sudah mulai melakukan swasembada pangan dan belajar ke Indonesia.
Kebutuhan pangan bagi suatu bangsa adalah sangat penting dan apalagi Indonesia yang negara agraris, baru bisa swasembada pangan tahun 2009 pada pemerintahan Presiden SBY. Sebenarnya, tahun 2017 kemarin kita bisa swasembada pangan, karena banyak terjadi bencana banjir serta topan dan hama wereng, maka produksi pangan khususnya padi agak menurun.
Sekalipun menurun produksi pada tahun 2017 lebih tinggi dari tahun 2015 lalu dan hanya salah tata niaga beras yang kurang tepat. Perlu perhitungan rencana produksi, cadangan stok pangan yang valid dan tata niaga pangan khususnya beras satu pintu. Sementara Perum Bulog sebagai penampung cadangan pangan nasional khususnya beras juga bertugas menstabilkan harga pangan khususnya beras.
Sekarang Perum Bulog sudah menyiapkan peralatan canggih untuk mengelola gabah menjadi beras dan menyimpan beras di gudang dengan baik. Perum Bulog mempunyai gudang seribu lebih di seluruh Indonesia yang bisa menampung beras sebesar 9,5 juta ton. Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan BPS (Badan Pusat Statistik) harus mempunyai data yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan untuk mengantisipasi harga. Beberapa tahun ini, data produksi dan stok Pangan Nasional di Perum Bulog tidak akurat, akibatnya tahun 2017 terjadi gejolak kenaikan harga beras. Tahun 2018 katanya persediaan cukup sampai akhir tahun ternyata awal Januari 2018 melakukan impor beras untuk menstabilkan karena persediaan beras menipis.
Penulis merasa heran, harga beras di Jawa Timur ikut-ikutan naik, padahal Jawa Timur adalah merupakan lambungan pangan nasional. Perlu diketahui komoditi beras yang melimpah dan cukup di gudang Perum Bulog Jatim tersebut juga untuk memenuhi di luar Jawa Timur. Sementara itu Guru Besar Universitas Lampung Bustanul Arifin menilai bahwa kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium dan beras premium menyebabkan pergeseran penjualan beras medium ke beras premium. Pergeseran penjualan beras medium ke beras premium karena harganya lebih tinggi, sementara konsumen tidak mengerti kualitas beras.
Harian Bhirawa sudah memuat masalah Harga Eceran Tertinggi dimuat pada 8 September 2017, Penentuan Beras Dengan Harga HET Menguntungkan Siapa ? Harga beras dibagi dua kualitas beras medium dengan derajat sosoh 95%, kadar air 14% dan butir patah 25% dengan harga HET Rp 9.838,- per kg. beras kualitas premium derajat sosoh 92%, kadar air 14% dan butir patah 14% dengan harga HET Rp 13.888,- per kg.
Para konsumen tidak mengetahui kualitas tersebut, pokoknya berasnya baik bisa terjangkau pasti dibeli. Bagi pabrik beras, pengusaha penggilingan kecil banyak yang tidak bisa memenuhi persyaratan tersebut dan mereka jual seadanya yang penting laku. Sementara pada penggilingan pabrik beras besar yang mempunyai peralatan lengkap bisa memenuhi persyaratan beras premium apalagi beras medium, sehingga yang memperoleh keuntungan besar adalah para pabrik beras besar saja. Karena usaha perberasan tersebut bisa menguntungkan maka alangkah baiknya Pengusaha UMKM dan koperasi yang besar jumlahnya itu sebagian mengalihkan menjadi pengusaha pabrik beras. Dengan adanya Pengusaha UMKM dan koperasi mengalihkan usaha perberasan, maka bisa membantu menstabilkan harga beras dan menguntungkan pengusaha di daerah dan meningkatkan perputaran keuangan di daerah pedesaan.
Dengan demikian, saat panen raya para pengusaha UMKM dan koperasi bisa membeli harga gabah kering panen dan menjadikan gabah kering giling. Bahkan kalau pemerintah membantu modal kerja para pengusaha UMKM dan koperasi bisa mempunyai pabrik penggilingan pabrik beras, maka keberadaan masyarakat di daerah akan semakin maju. Kerjasama antara pengusaha UMKM dan koperasi dengan Perum Bulog untuk menyediakan beras untuk stok nasional. Kerjasama koperasi dan UMKM lebih mudah karena sudah dilakukan puluhan tahun lalu. Pengusaha UMKM dan Koperasi tidak saja mengelola perberasan, juga menjadi penyalur pupuk ke petani, bibit padi unggul petani agar produksi padi bisa meningkat. Keberhasilan swasembada pangan tersebut yakni persediaan pangan cukup, harga terjangkau rakyat, pengusaha juga untung.

———– *** ————-

Rate this article!
Tags: