Swasta Berperan Turunkan Kasus TB

Surabaya, Bhirawa
Untuk menekan jumlah penderita TB, diharapkan sektor swasta mengambil peran dalam upaya pemberantasannya.
Kepala Dinkes Jatim dr Harsono.menyampaikan  peran swasta diperlukan untuk melengkapi atau mendukung upaya yang dilakukan sektor publik atau pemerintah. Sebagai pengambil kebijakan pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam menyelesaikan masalah TB, sehingga diperlukan kerjasama dengan banyak pihak atau stakeholder.
”KIta akan berkerja sesuai dengan Tupoksi masing-masing sehingga penurunan kasus TB dapat dipercepat,” ucapnya.
Dikatakannya, swasta bisa mengandeng Dinkes atau rumah sakit dalam menemukan dan memberikan obat pada penderita TB. Dengan jumlah relawan TB dari sektor swasta pencapaian penemuan penderita TB akan lebih mudah. Jika dilihat hingga saat ini masih banyak penderita TB yang belum ditemukan, sehingga diperlukan kerja keras dalam menemukannya
Harsono mengungkapkan, dari beberapa evaluasi menunukkan angka penemuan kasus baru deteksi dini kasus TB pada tahun 2014 mencapai 55 persen, pada tahun ini Pemprov Jatim menargetkan 70 persen penemuan kasus baru dengan lebih menggiatkan kepedulian masyarakat.
“Kita mempunyai suatu komitmen bahwa petugas kita dilapangan itu harus mencari temuan penderita baru, jadi kriteria yang batuk 2 minggu harus ditemukan, kemudian di periksa, dari aktifnya petugas kita dilapangan penyakit paru di Jatim ini dapat diketahui,” katanya,
Selain itu kata Harsono, pihaknya juga menyiapkan seluruh Puskesmas di Jatim dan layanan kesehatan lainnya untuk mampu mengobati TB dengan standard internasional, Diakuinya, sebagai provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 38 juta jiwa, penyebaran penyakit di Jatim sangat tinggi, ini dipengaruhi perilaku hidup sehat masyarakat Jatim belum semuanya baik. Banyak penyakit yang terjadi di masyarakat sebagian besar disebabkan rendahnya tindakan preventif (pencegahan) masyarakat.
Lebih lanjut Harsono menjelaskan hasil evaluasi diketahui, Surabaya menjadi kota terbanyak penderita penyakit TB pada tahun 2014 dengan jumlah penderita sebanyak 4.982 orang. Kemudian disusul Kabupaten Jember 3.114.penderita dan Pasuruan 2.042 penderita.
“Indikasi daerah rawan penyebaran penyakit bisa dilihat dari, kerapatan wilayah, kepadatan penduduk, dan buruknya lingkungan,” jelasnya. [dna]

Rate this article!
Tags: