Tak Ada Dana, Sedekah Bumi di Kota Probolinggo Ditiadakan

Larung sedekah bumi atau Petik Laut di Pelabuhan Pelelangan Ikan (PPI) kota Probolinggo tahun 2016 lalu.

Kota Probolinggo, Bhirawa
Acara Larung sesaji sedekah bumi yang biasanya digelar di awal bulan Muharam batal dilaksanakan Pirukunan Purwo Ayu Mardi Utomo (PPAMU), lantaran kekurangan dana. Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata(Disbudpar) kota Probolinggo yang biasanya  membantu anggaran, tahun ini tidak menyediakan sumbangan bagi acara budaya tersebut.
Pimpinan pirukunan G. Bambang Suripono S, Selasa (26/9) menyebut , acara sedekah bumi yang rencananya digelar pada Senin (25/9) sekitar pukul 13.00, tidak bisa dilaksanakan lantaran dana yang dimiliki panitia habis untuk acara tiga hari sebelumnya..
Memang tiga hari sebelumnya PPAMU menggelar serangkaian acara, diantaranya, Pagelaran Reog Suranatan, Gebyar Seni dan Macapatan yang diselenggarakan, Sabtu (23/9 ) mulai pagi hingga malam. Hari kedua, Minggu (24/9 ) pagi sampai malam Ruwatan Massal, Pujian, Selamatan Tapel Adam dan Pagelaran Wayang Kulit semalam Suntuk. Dan hari ketiga Senin 25/9 pukul 13.00 Larung sesaji Bumi.
Hanya saja, kegiatan ketiga yang biasanya digelar di Pelabuhan Pantai Mayangan batal, lantaran dananya sudah habis dipakai membiayai kegiatan selama dua hari. Dari kegiatan yang diselenggarakan Sabtu dan minggu itu menghabiskan dana sekitar Rp. 70 juta. Dana tersebut didapat dari iuran jamaah dan sumbangan yang tidak mengikat. “Wayangnya saja, Rp. 22 juta. Dalangnya dari Jepara,” katanya.
Pria yang bergelar Raden Tumenggung Bambang Suripono Hadipuro ini menyebut, perayaan suroan atau muharaman tahun lalu menghabiskan dana sekitar Rp. 60 juta. Sebanyak Rp.20 juta sumbangan dari Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Probolinggo. Tahun 2017 ini tidak mendapat bantuan dari lima kali penyelenggaraan sedekah bumi.
“Kami tidak tahu alasannya. Yang saya dengar, dana disbudpar sebagian dipakai untuk kesehatan dan pendidikan,” ujarnya..
Mbah Guco panggilan Bambang, tidak mempermasalahkan perayaan yang jatuh tiap tanggal 4 Muharram itu setiap tahun, tidak dilaksanakan. Hanya saja ia khawatir dikemudian hari ada petaka yang menimpa Kota Probolinggo.
“Mudah-mudahan tidak ada. Jika Memang pemkot benar-benar tidak memiliki dana, kami tidak mempermasalahkan. Mudah-mudahan tahun depan kami dibantu,” tandasnya.
Kepala Disbudpar Agus Effendi menginginkan tradisi lokal seperti yang dilakukan Pirukunan Purwo Ayu Mardi Utomo (PPAMU) terus diadakan. Ia tidak inggin, tradisi yang dipelihara dan ditumbuh kembangkan oleh PPAMU memudar, bahkan musnah. Hanya saja, karena tahun ini di dinasnya tidak ada anggaran untuk itu, pihaknya tidak memberi sumbangan.
“Memang dananya tidak ada. Tapi di tahun depan (2018) pasti ada. “Kami ajukan. Karena tradisi lokal harus didukung,” paparnya.
Sebenarnya, di P-APBD atau PAK 2017 piahaknya akan mengajukan dana untuk kegiatan PPMU. Namun karena penyelenggaraannya mengawali rapat banggar yang membahas P-APBD, maka kegiatan tersebut diurungkan. Perayaan Suroan PPAMU diselenggarakan akhir September. Sedang Pembahasan PAK (PAPBD) pembahasannya dimulai akhir September. Pembahasan PAK baru dimulai, tandasnya.
Pihaknya tidak menganggarkan kegiatan yang dimotori mbah Guco, karena memang tidak ada dananya. Dana sekitar Rp. 4,3 miliar yang ada di dinasnya tahun 2017, pas untuk membiayai gaji pegawai dan sejumlah kegiatan. Tahun sebelumnya Disbudpar mengalokasikan dananya untuk PPAMU, karena di 2016, dana Disbudpar sebanyak Rp. 7 miliar. “Tahun ini dipangkas Rp. 3 miliar. Jadi PPAMU, tidak kebagian,” tambahnya.(Wap)

Tags: