Tak Ada HPP, Bulog Jatim Belum Beli Jagung Petani

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Bulog Jatim  hingga kini masih belum membeli jagung dari petani karena terkendala belum adanya HPP (harga patokan pembelian) dari pemerintah pusat. Sehingga penyerapan jagung lokal dari petani belum dilakukan.
“HPP jagung belum ada. Jadi perusahaan hanya melakukan pengadaan dari impor saja sesuai penugasan dari pemerintah melalui Kementerian Perdagangan untuk stabilisasi harga pasar saat terjadi lonjakan harga seperti saat ini,” kata Wakadivre Perum Bulog Jatim, Dedi Supriyadi, Selasa (9/2).
Dari proses pengadaan melalui impor, Perum Bulog menerima penugasan membeli jagung milik importir yang sudah terlanjur dipesan sebanyak 445.000 ton. Bulog juga telah meneken kontrak untuk membeli jagung asal Argentina dan Brasil sebanyak 260.000 ton. Alhasil pada kuartal I-2016 ini, Bulog akan punya jagung sebanyak 705.000 ton.
Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti mengatakan, Bulog bakal kebanjiran stok jagung pada kuartal I-2016. Selain harus menyerap jagung importir,  kontrak impor dengan Argentina dan Brasil tak mungkin dibatalkan. “Jika dibatalkan, ada biaya yang harus dikeluarkan,” ujar Djarot.
Terkait kelebihan volume impor ini, Djarot mengaku telah menyampaikan secara lisan kepada Kementerian Perdagangan (Kemdag), namun belum ada keputusan untuk menambah kuota impor dalam penugasan ini atau membatalkan impor dengan konsekuensi biaya pembatalan.
Sementara itu, untuk menyerap jagung milik para importir, Bulog bakal memborongnya sesuai dengan biaya yang dikeluarkan para importir tersebut. Importir itu adalah produsen pakan besar, seperti Japfa Comfeed Indonesia Tbk, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, dan PT Malindo Feedmill Tbk, serta beberapa importir kecil.
Perusahaan pelat merah tersebut bakal membeli jagung seharga Rp 3.200 per kilogram (kg). Setelah itu, Bulog akan menjualnya ke sejumlah industri pakan ternak dengan harga rata-rata Rp 3.500 per kg jagung curah dan Rp 3.600 per kg untuk jagung karung.
Harga itu naik dari harga di pelabuhan karena Bulog harus mengeluarkan biaya transportasi, sewa gudang, dan pengemasan. Meski begitu, harga jual jagung impor dari Perum Bulog diklaim lebih murah ketimbang harga jagung lokal di pasar yang saat ini berkisar Rp 6.500–Rp 7.000 per kg.
Asal tahu saja, harga jagung dunia di bursa Chicago Board of Trade pada pertengahan November 2015 untuk pengiriman Desember 2015 dan Januari 2016 relatif stabil di kisaran US$ 3,8 per busel (25,4 kg) atau sekitar Rp 2.020 per kg dengan kurs Rp 13.500 per dollar AS. Itu belum termasuk pengiriman dan transportasi ke pabrik. [ma,kmf]

Tags: