Tak Ada Lagi Subsidi, Premium Cepat atau Lambat Akan Dihapus

Ibnu Chouldum

Surabaya, Bhirawa
PT Pertamina (Persero) MOR (Marketing Operation Region) V memastikan cepat atau lambat BBM jenis premium akan dihapus. Itu artinya masyarakat diminta beralih konsumsi Pertalite dan sejenisnya. Ketiadaan subsidi untuk premium menjadi pemicu dihilangkannya BBM jenis ini dari pasaran secara bertahap.
General Manager Pertamina MOR V Ibnu Chouldum menjelaskan sejak dua tahun lalu, Pertamina telah mengambil kebijakan untuk mengurangi pasokan premium ke 6 ribu SPBU miliknya yang tersebar di Indonesia, termasuk wilayah kerja MOR V.
“Sejak dua tahun lalu, pasokan premium di wilayah kerja kami sudah dikurangi 20%. Dan kebijakan pengurangan ini akan terus dilakukan bertahap hingga nantinya benar-benar sudah tidak ada lagi premium,” katanya dalam acara media gathering Pertamina Group Area Jatimbalinus di Bali, Selasa (20/2). Media gathering yang dihadiri sejumlah media di wilayah Jatim dan Jateng ini berlangsung selama dua hari, sejak Senin (19/2).
Sejak dua tahun terakhir memang di berbagai SPBU di Surabaya premium mulai langka dan kondisi ini sempat dikeluhkan konsumen. Tidak semua SPBU menjual premium. Kalaupun masih ada yang menjual, pasokan premium terbatas. Biasanya hanya menyediakan satu nozzle sehingga kadang memicu antrean di sejumlah SPBU. Sedangkan dua nozzle disediakan SPBU untuk pertalite dan pertamax dan BBM non subsidi lainnya.
Pengurangan nozzle premium di jalur motor dan mobil ini dilakukan untuk meningkatkan konsumsi pertalite dan BBM non subsidi.
Ibnu mengatakan dalam menjual BBM penugasan seperti premium, perseroan menjalankan apa yang tertera dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 191 Tahun 2014, di mana penjualan BBM penugasan diwajibkan di wilayah luar Jawa, Madura, dan Bali (Jamali). “Itu karena premium tak lagi BBM bersubsidi. Premium dikategorikan sebagai bahan bakar penugasan,” katanya.
Sementara itu terkait dengan target kinerja pada 2018, Ibnu mengatakan pihaknya menargetkan adanya peningkatan rata-rata konsumsi BBM mencapai 20 persen.
“Target tentu harus lebih tinggi dari 2017. Karena pada tahun lalu, untuk pertalite saja berhasil mengalami kenaikan konsumsi hingga 1.000 persen dari rata-rata konsumsi BBM di Pertamina MOR V yang sebesar 2.111.028 KL,” paparnya.
Berbanding terbalik dengan pertalite, penurunan konsumsi terjadi pada bahan bakar jenis premium. Ibnu mengatakan, premium mengalami penurunan konsumsi sekitar 10-11 persen.
“Terhitung pada akhir 2017 lalu, khususnya sejak adanya program Pertamina Lucky Swipe, konsumsi premium turun rata-rata dari 197.202 KL menjadi 175.919 KL per bulannya,” jelas dia. [tis]

Tags: