Tak Ada yang Menarik dari ISIS

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Jakarta, Bhirawa
Pengamat politik Timur Tengah dan dunia Islam Hasibullah Satrawi mengatakan sebenarnya tidak ada yang menarik dari paham Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), tetapi selama ini dibuat menarik melalui kebijakan yang tidak bersinergi dan pemberitaan yang masif di media massa.
“Di kalangan kelompok-kelompok jihadi, baik di Timur Tengah maupun di Indonesia, sebenarnya tidak kompak terhadap kelompok ISIS,” kata Hasibullah Satrawi dihubungi di Jakarta, Minggu (29/3) kemarin.
Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA) itu mengatakan kelompok ISIS masih relatif baru bila dibandingkan dengan kelompok-kelompok jihadi yang lain yang sudah beroperasi di Timur Tengah maupun di Indonesia selama bertahun-tahun.
Karena itu, kelompok ISIS belum dianggap dan diterima oleh kelompok-kelompok jihadi yang lain. Apalagi, di Indonesia belum ada satu pun tindak kriminal maupun teror yang terbukti didalangi oleh ISIS.
“Kalau ISIS diterima oleh kelompok-kelompok jihadi yang lain, gerakannya pasti jauh lebih dahsyat daripada sekarang,” ujarnya.
Yang kemudian membuat ISIS menjadi menarik adalah penanganan radikalisme yang dilakukan oleh lembaga-lembaga penegak hukum dan keamanan di Indonesia yang selama ini tidak saling bersinergi. Selain itu, pernyataan pejabat-pejabat yang menangani radikalisme justru seolah memberi panggung bagi ISIS di media massa.
“Banyak pernyataan pejabat negara ini yang sepertinya seolah yang penting masuk media tetapi tidak menyentuh substansinya. ISIS terlalu dibesar-besarkan, tetapi paham nasionalisme Negara Kesatuan Republik Indonesia justru tidak disentuh,” tuturnya. Hasib mengatakan paham ISIS dan radikalisme lainnya, pada dasarnya adalah antitesis terhadap NKRI. Bila pemahaman terhadap NKRI diperkuat, paham radikal yang anti-NKRI tidak akan muncul.
Garda Bangsa Siapkan Tim Siber
Gerakan Pemuda Kebangkitan Bangsa (Garda Bangsa), organisasi sayap Partai Kebangkitan Bangsa, menyiapkan tim siber untuk menghadang penyebaran ideologi “Islamic State of Iraq and Syria” (ISIS) melalui dunia maya.
“Kita sudah konsolidasikan anggota kita, terutama dari kalangan pemuda dan mahasiswa yang melek teknologi untuk menghadapi ISIS di siber,” kata Sekretaris Jenderal Garda Bangsa, Abdul Malik Haramain di sela-sela peringatan ulang tahun Ke-16 Garda Bangsa di Jakarta, Jumat malam.
Malik mengatakan, penyebarluasan paham radikal ISIS melalui dunia maya dan media sosial yang memang sangat massif tidak boleh didiamkan jika tidak ingin banyak warga Indonesia, terutama generasi muda, yang terseret gerakan radikal asal Timur Tengah itu.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merilis bahwa pada tahun 2014 teridentifikasi sekitar 9.800 website mempropagandakan terorisme “ISIS yang berbahaya bukan hanya gerakannya, tetapi juga paham keagamaannya yang mengatasnamakan Islam namun justru mencoreng Islam,” kata Malik.
Sementara, ratusan warga Muslim Solo mengadakan apel mendukung aparat keamanan dengan menolak adanya ajaran “Islamic State of Iraq and Syria” (ISIS), di Mako 2 Gendengan Polresta Surakarta, Minggu. Ratusan warga Umat Muslim tersebut terdiri dari Satuan Tugas (Satgas) Majelis Tafsir AlQuran (MTA) dan Banser Nahdlatul Ulama (NU), yang berada di Kota Solo. [ant.ira]

Rate this article!
Tags: