Tak Boleh Goyah Taklukan Gelanggang

Naura Dzarrin

Naura Dzarrin
Mengikuti proses belajar mengajar di kelas sekaligus berlatih pencak silat mengisi hari-hari Naura Dzarrin di SMA Muhammdiyah 10 Surabaya. Dia adalah pelajar sekaligus atlet yang baru saja sukses mengalungi medali emas di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) jenjang SMA se Jawa Timur.
Naura cukup bangga dengan apa yang dia capai tersebut. Sebab, selain memenangi juara tingkat provinsi, dia pun segera melaju ke tingkat nasional membawa nama Jawa Timur. Dia berangkat untuk cabor seni pencak silat tunggal putri. “Target saya memang harus bisa ke tingkat nasional. Sehingga saya bisa membanggakan orangtua,” tutur Naura.
Meski hanya berlomba untuk pertunjukan seni pencak silat, Naura mengaku butuh persiapan yang matang untuk mencapai hasil maksimal. Khususnya saat tampil di gelanggang, gerakan baku yang ditunjukkan tak boleh sekalipun terlihat goyah.
“Waktu tampil di tingkat provinsi itu sempat goyah. Persisnya saat menunjukkan permainan tangan kosong. Pada saat melakukan tendangan nyaris kehilangan keseimbangan,” kata dia. Dalam pertunjukkan seni, lanjut dia, dia harus menampilkan tiga jenis gerakan. Yaitu dengan tangan kosong, menggunakan golok dan toya.
Selama satu bulan menjelang pertandingan, Naura sudah mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk tampil di gelanggang. Bahkan saat memasuki bulan puasa, setiap pagi dan malam dia selalu berlatih. “Pagi latihan di sekolah, malam latihan lagi di sekolah. Jadi pas jam pertama dan kedua saya izin tidak ikut pelajaran,” kata dia.
Persiapan matang itu dilakukan untuk tiga hal yang harus dia kuasai. Yaitu wiraraga yang berarti kekuatan ledakan, wirarama atau kecepatan gerakan dan wirarasa atau ekspresi dalam menampilkan seni pencak silat. “Meskipun seni pencak silat, kita tetap butuh kekuatan yang cukup. Karena kita harus menunjukkan daya ledak dan kecepatan yang maksimal,” terang siswi yang tinggal di Jalan Kapasan, Surabaya tersebut.
Selama mempersiapkan diri menghadapi pertandingan, Naura mengaku cukup besar mendapatkan suport dari sekolah maupun orangtua. Khususnya dalam menghadapi pelajaran yang kerap dia tinggalkan. Sekolah memiliki fasilitas e-learning yang bisa dia manfaatkan untuk mengejar materi pelajaran. “Bahkan saat ulangan sekolah kita boleh izin untuk bertanding,” tutur dia.
Sementara keluarga dan orangtua, diakuinya cukup mendukung pilihan Naura menjadi atlet pencak silat. Sebab, dia sendiri lahir dari keluarga yang juga gandrung di dunia pencak silat.
“Paman ku, tante ku, mama ku, kakek ku semuanya pesilat. Jadi semuanya mendukung saya ikut pencak silat,” tandasnya. [tam]

Rate this article!
Tags: