Tak Cukup Konversi dan Radikalisasi Produksi, tapi Juga Sinergi

Pemerintah menetapkan petani tebu sebagai pilot project penerima kartu tani. Diharapkan program ini dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pasokan tebu ke pabrik gula yang akhirnya bermuara pada tercapainya swasembada gula.

Pemerintah menetapkan petani tebu sebagai pilot project penerima kartu tani. Diharapkan program ini dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pasokan tebu ke pabrik gula yang akhirnya bermuara pada tercapainya swasembada gula.

Mempercepat Swasembada Gula Bersama PTPN XI (bagian 2 – habis)

Mahalnya harga gula dipasaran pada Ramadan 2016 lalu yang mencapai Rp17 ribu per kilogram, menjadi bukti dampak belum terwujudnya swasembada gula. Untuk itu, target mewujudkan swasembada gula tak boleh hanya sebatas target semu.

Zainal Ibad, Wartawan Harian Bhirawa

Salah seorang yang sempat dibuat gerah dengan mahalnya gula itu adalah Gubernur Jawa Timur, Dr H Soekarwo. Maklum, mahalnya harga gula itu terjadi saat permintaan gula sedang tinggi-tingginya, yaitu bulan Ramadan. Jika sampai harga gula tetap melangit, otomatis akan mengganggu perekonomian Jatim.
Tak heran jika Pemprov Jatim mengeluarkan kebijakan-kebijakan khusus seperti melakukan operasi pasar, pasar murah dan menekan PTPN untuk menjual harga gulanya dengan murah. Bahkan Gubernur Soekarwo pun sempat melayangkan surat protes ke Menteri BUMN agar menata ulang kebijakan lelang di PTPN (PT Perkebunan Nusantara).
Tak cukup sampai disitu, Pakde Karwo, sapaan lekat Gubernur Soekarwo, bahkan sempat mengadukan mahalnya harga gula tersebut kepada Presiden Joko Widodo. “Sebenarnya, stok gula di Jatim aman. Tapi ada tata niaga yang tidak berjalan dengan baik. Makanya harga gula dipasaran bisa mencapai Rp17 ribu,” ungkapnya kala itu.
Sementara itu, menurut Wakil Gubernur Jawa Timur Drs H Saifullah Yusuf, ada tiga kunci sukses dalam menangani komoditas gula agar terus berkontribusi bagi masyarakat. Ketiga kunci sukses tersebut yakni pabrik gula (PG), petani tebu dan kebijakan pemerintah harus berjalan bersinergi.
“Kita tahu bahwa Jatim dikenal sebagai basisnya gula. Dahulu, orang mengenal tebu pasti berasal dari Jatim. Begitu halnya dengan tembakau pasti membicarakan Pulau Madura dari Jatim,” ungkapnya.
Gus Ipul sapaan akrab Saifullah Yusuf mengatakan, kata kunci dari kesuksesan pergulaan maupun pertebuan di Jatim adalah sinergitas. Pabrik gula, petani dan kebijakan pemerintah akan menentukan perkembangan gula di Jatim. Tidak boleh ketiganya tidak bersinergi atau jalan sendiri-sendiri. Semuanya harus berkomitmen berjalan bersama-sama memajukan pergulaan maupun pertebuan.
Menurutnya, pemerintah tidak boleh membuat kebijakan yang merugikan petani maupun pabrik gula. Atau petani yang memberatkan pabrik dan menyulitkan pemerintah. “Tiga kunci sukses ini harus bersinergi, tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Kompetisi yang menggunakan teori dagang saat ini banyak ditinggalkan. Akan tetapi, saat ini banyak perusahaan yang memilih untuk bermitra dan bergabung untuk melakukan kerjasama,” jelasnya.
Jadi Pilot Project
Mengurai permasalahan pergulaan yang terus terulang, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah gebrakan. Seperti dengan meluncurkan kartu tani. Terobosan bersama antara BUMN pergulaan dengan BUMN perbankan ini menuai banyak harapan.
“Kami berharap dengan adanya kartu tani ini berpengaruh dalam peningkatan pendapatan petani. Sehingga mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pasokan tebu mereka ke pabrik gula, dan bermuara pada tercapainya swasembada gula,” kata Direktur Utama Holding PT PTPN, Elia Massa Manik.
Agar swasembada gula bisa tercapai, kata Elia, PG di lingkungan BUMN harus mendongkrak skala produksinya hingga dua kali lipat. Jika saat ini produksi gula BUMN hanya 1,5 juta ton, dengan revitalisasi yang terus dilakukan produksinya bisa mencapai tiga juta ton. Dengan target lonjakan produksi gula yang sangat signifikan ini, butuh dukungan peningkatan pasokan tebu dari petani.
Diluncurkannya kartu tani ini disambut baik petani tebu. Menurut Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) H M Arum Sabil, terobosan kartu tani ini memang sangat menarik. Sebab melalui program ini kesejahteraan petani yang notabene jumlahnya lebih separuh dari total penduduk Indonesia.
Ke depan, kartu tani ini akan dikembangkan bukan hanya untuk petani tebu, tapi petani berbagai komoditi, juga peternak dan nelayan. “Memang pilot project petani tebu, yang jumlahnya ada sekitar 1,2 juta orang. Dari jumlah itu, hampir separuhnya ada di Jatim,” ujar Arum, yang juga Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Petani di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Pusat.
Dengan adanya kartu tani, banyak kemudahan yang didapat. Bukan hanya dalam hal pengumpulan data, tapi juga pendanaan karena kartu tani tersebut akan berfungsi sebagai ATM. “Kita sampaikan ke petani, kalau mereka akan terdata, termasuk akan mendapatkan berbagai fasilitas lainnya. Dan diharapkan kartu tani ini tidak disalahgunakan karena bantuan serta program pemerintah nantinya adalah basis datanya kartu tani,” jelasnya.
Konversi dan Radikalisasi
Agar swasembada gula 2018 terealisasi, PTPN XI bersama APTRI juga membuat program radikalisasi tanaman. Dengan adanya program ini diharapkan ada lonjakan produksi tebu dari kisaran 76 ton per hektare menjadi 100 ton per hektare. “Saya sudah bicara dengan petani dan Pak Arum Sabil soal radikalisasi produksi tebu di 40 ribu hektare di lingkungan PTPN XI,” jelas Diretur Utama PTPN XI, Dolly P Pulungan.
Menurut Dolly, perusahaan atau produsen gula yang tergabung dalam Asosiasi Gula Indonesia (AGI) menargetkan produksi gula kristal putih (GKP) atau gula pasir buatan pabrik gula BUMN bisa tercapai 1,6 juta ton pada 2016. Angka ini meningkat 10 persen dari realissi produk tahun lalu 1,455 juta ton.
Lelaki yag juga sebagai Ketua Badan Pengarah AGI ini mengatakan, selain mengandalkan produksi gula perusahaan plat merah. Kebutuhan gula pasir dalam negeri juga akan dipasok oleh perusahaan swasta sekitar satu juta ton.
Dolly menyatakan, AGI ingin membantu pemerintah untuk menciptakan swasembada gula pada 2018. Pada saat itu, diharapkan, produksi GKP bisa mencapai tiga juta ton per tahun. Untuk mencapai itu, perusahaan gula BUMN tengah didorong untuk melakukan konversi lahan seluas 30.150 hektare secara bertahap menjadi lahan tanaman tebu. “Lahannya dari tanaman karet, hutan tanaman keras, dan lahan yang terawat,” ujarnya.
Konversi lahan ini mendesak untuk segera diwujudkan mengingat lahan tanaman tebu yang terus berkurang setiap tahun. Sebab para petani tebu mulai enggan menanam tebu. Hal itu disebabkan adanya keterbatasan biaya dan adanya risiko rugi dari harga gula yang fluktuatif. Selain itu, kebutuhan pupuk juga sempat sulit terpenuhi.
Sementara itu, terkait realisasi produksi gula di Jatim sepanjang 2015 lalu, berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Jatim, dari total lahan seluas 201.972 hektare, produksi gula mampu mencapai 1.217.332 ton. Produktivitas hablur pada 2015 meningkat dibanding 2014. Jika pada 2014 hany 5,75 ton per hektare, pada 2015 naik menjadi 6,03 ton per hektare atau naik 4,87 persen.
Begitu pula dengan rata-rata rendemen 2015 jauh lebih baik dibanding rata-rata rendemen 2014 yang hanya 7,65 persen. “Dari 31 pabrik gula di Jatim, rata-rata rendemennya 8,4 persen. Seperti PG Wonolangan dan PG Asembagus milik PTPN XI rendemennya 8,65 persen dan 8,62 persen,” kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jatim Samsul Arifien.
Membaiknya rendemen tebu ini, menandakan teknologi budidaya tebu yang dilakukan petani dan pihak terkait seperti PTPN semakin berkembang. “Kami berharap pada 2016 ini rendemen akan lebih tinggi lagi,” kata Samsul yang juga menjabat sebagai Komisaris PTPN XI ini.
Dengan hasil ini, dia optimis dapat mewujudkan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2012 tentang Peningkatan Rendemen dan Hablur Tebu, serta penerapan Peraturan Gubernur Jatim Nomor 87 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Provinsi Jatim Nomor 17 Tahun 2012 tentang Peningkatan Rendemen Hablur Tanaman Tebu.
Salah satu pabrik tebu di bawah kepemilikan PTPN XI, PG Semboro menargetkan 70-75 ribu ton atau meningkat 10-12 persen dari musim giling 2015. “Di awal Giling bulan Mei lalu memang ada kendala curah hujan yang masih tinggi, kita berharap curah hujan kembali normal. Sebab jika curah hujan berlanjut dapat berpengaruh pada pencapaian produksi,” kata General Manager PG Semboro, Ir Imam Cipto Suyitno MM.
Meski penuh tantangan pada musim giling tahun ini, PG Semboro akan tetap bekerja keras mewujudkan target agar turut andil merealisasikan swasembada gula. “Kami harus bersinergi mengejar target. Baik dari PTPN XI selaku pemilik PG, petani tebu maupun pemerintah sebagai salah satu stakeholder vital dalam mengeluarkan kebijakan. Jika bersinergi baik, terciptanya swasembada gula bukan pepesan kosong,” tandasnya.

                                                                                                                    ———– *** ———–

Tags: