Tak Ingin Meninggalkan Seni Budaya Tradisional

M Aldyan Syah menampilkan tari Banyuwangi dengan piawainya yang memukau para penonton

SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo
Sidoarjo, Bhirawa
Pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) umumnya diisi dengan tata tertib sekolah, pengenalan dunia industri dan dunia usaha. Juga pengenalan mengenai tentang kedisiplinan yang sampai melibatkan pihak Kepolisian dan TNI. Namun di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo kegiatan tersebut diperkuat dengan pengenalan seni budaya tradisional, khususnya seni budaya tradisional Jawa.
Para siswa, utamanya siswa baru diajak mengenal jajanan khas Jawa yang dikemas dalam bentuk bazar yang digelar di lapangan sekolah, mereka menjual makanan khas Jawa per Gugus mulai dari tiwul, gethuk, pokis, bikang, rangin, nasari, sawut, putu ayu serta onde-onde.
“Menariknya nama makanan tersebut dibuat sebagai nama Gugus dengan tujuan agar mereka kenal dan tidak lupa akan nama makanan jajanan Jawa tersebut,” ungkap Dra. Emy Susianingati selaku Ketua MPLSPDB SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo.
Bukan hanya sekedar mengenalkan nama-nama makanan khas Jawa mereka juga menggunakan pakaian tradisional. Jadi juga disesuaikan agar lebih mudah untuk diperkanalkan.
“Jadi pada intinya kami walaupun disibukan dengan materi-materi pengenalan secara umum, budaya tradisional juga tetap kami lakukan, tidak kami tinggalkan,” jelas Emy.
Sementara itu, suasana gelar bazarnya cukup meriah karena selain menjual jajanan tradisional Jawa, juga berpakaian Jawa. Mereka juga menampilkan berbagaimana seni yang disukai secara bergantian. Hingga suasana pun meriah, utamanya tentang tari lucu dan menarik sebagai sungguhan yang mengasyikan. Termasuk juga ada tari dan menari hingga pertunjukan drama dan sendratari.
Kondisi pengenalan budaya tradisional tersebut, dari pantuan di lokasi memang sangat cocok sekali diperkenalkan kepada para siswi yang baru. Karena masih ada kakak kelasnya yang tidak mengenal makanan Jawa ‘gethuk’. Ia mengaku baru pernah dengar namanya saja, tapi belum pernah makan apalagi membuatnya. Ketika ditanya, jurusan pariwisata kenapa tidak mengenal seni budaya kita.
“Iya habis ini akan belajar mengenal lebih jauh tentang seni budaya Jawa, bukan hanya seni tarinya, tetapi juga makanannya,” ungkap siswi jurusan pariwisata yang tidak mau namanya di mediakan.
Kegiatan MPLS seluruhnya meliputi materi wawasan Wiyata Mandala, yakni pengenalan lingkungan sekolah, kemudian juga motivasi belajar, etika, jenis ekstrakurikuler, demo ekstrakurikuler diantaranya Paskib, bartender termasuk juga futsal, cheerleader. Tidak ketinggalan pemberian wawasan dari BNN tentang narkoba, karena anak-anak muda di luar sana sudah terdengar terlibat narkoba. “Kemudian juga tata tertib di jalan oleh jajaran Kepolisian, dari Dinas Kesehatan serta juga dari Koramil,” jelas Emy.
Dalam kesempatan tersebut, siswa baru M. Aldyan Syah mendapat kesempatan memperlihatkan keahlianya dalam menari. Tarian mantan SMP YPM 4 Bohar Sidoarjo ini sangat memukau ribuan siswa SMK Negeri 1 Buduran, gaya lenggak-lenggoknya yang dibawakan sudah sangat terampil dan mahir, ternyata bakat narinya sudah terasah sejak SD.
Aldyan yang mengambil jurusan Tata Kecantikan Rambut dan Kulit ini juga sering mengisi menari di beberapa kegiatan seremonial, makanya diterima di SMK Negeri 1 Buduran melalui jalur Japres Seni Budaya.
“Saya berharap teman-teman supaya menyukai budaya leluhur kita. Kalau bukan kita yang melestarikan, terus siapa lagi. Kita harus bangga dengan seni tradisional yang sangat bagus ini, ” jelas Aldyan yang lagi mendalami tari kas Sidoarjoan.

Wajib Mempromosikan Seni Budaya
SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo sebagai sekolah pariwisata tentu wajib mempromosikan atau memperkenlan seni budaya tradisional Jawa, khususnya seni tradisional yang ada di Sidoarjo. Hal tersebut diungkapkan Kepala SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo Dra. Agustina, M. Pd, Rabu(24/7).
Ia juga menuturkan kalau para siswanya juga diberikan pengetahuan langsung dengan lingkungan, diantaranya kegiatan bakti sosial. Juga pengenalan benda-benda bersejarah di Museum Negeri Mpu Tantular. Walaupun museum tersebut tempatnya di dekat dengan lokasi sekolah ternyata banyak anak-anak yang tidak tahu. Begitu juga mengenai makanan tradisionalnya masih banyak anak-anak yang tidak tahu.
“Oleh karena itu, kami wajib mempromosikan serta mengenal seni budaya tradisional kita kepada para generasi penerus bangsa. Jadi kami harus melestarikan, jangan sampai kearifan lokal peninggalan sejarah ini jangan sampai punya,” tutur Agustina. [ach]

Tags: