Tak Ingin Orang Tua Terluka

Anak Agung Ngurah Surya Laksmana

Anak Agung Ngurah Surya Laksmana

Ke khawatirannya terhadap kondisi dan keadaan orangtuanya yang menginjak usia manula, membuat Anak Agung Ngurah Surya Laksmana memikirkan solusi terbaik untuk bisa membantu memantau kondisi dan kesehatan kedua orangtuanya. Ia mengungkapkan, rasa sayangnya kedapa kedua orangtuanya membuatnya berpikir keras dalam membuat sebuah teknologi yang dapat memantau kedua orangtuanya namun berdasar dengan keilmuan yang dia geluti.
“Saya mikir, apa sih cara yang bisa memantau orangtua saya tapi berdasar keilmuan saya. Dan kemudian saya wujudkan ini” Ungkapnya.
Laki-laki berdarah Bali ini, menambahkan jika sistem pemantauan koneksi manula yang dinamakan ‘Aplikasi Robot untuk Memantau Kondisi dan Aktivitas Manula’ ini menggunakan konsep teknologi Teknologi of Think (IOT). “Sistem pemantauan koneksi manula ini, menggunakan Turtlebot sebagai gateway dengan Wearable” katanya.
Jadi, lanjutnya, ada dua komponen yang saya gunakan disini. Yaitu komponen hardware yang dinamakan Wearable Device yang berfungsi untuk menangkap data manula, termasuk mendeteksi detak jantung (ECG) manula permenitnya untuk diproses pada database. Sedangkan yang kedua adalah komponen Turtlebot (Robot) yang berfungsi sebagai pemantau kondisi dan kesehatan manula. Turtlebot akan menangkap kondisi manula berupa gambar yang kemudian akan dikirimkan secara otomatis pada notifikasi line, jelasnya. “Notifikasi atau pemberitahuan berita manula berbentuk line akan dikirmkan kepada keluarga manula yang terdaftar pada ID Wearable ” tutunya.
Kemudian, jelasnya secara mendasar, beberapa software juga ia gunakan untuk mensikronkan antara peran hardware dan software yang ia gunakan. Diantaranya, ada software untuk pemantau, software untuk admin (Pemerintah, Instansi kesehatan seperti Rumah sakit, Panti Werdha),
Laki-laki kelahiran Medan, 11 Februari 1996 ini memaparkan cara kerja teknologi aplikasi yang dibuatnya. Di mana wearable device nantinya akan digunakan manula, seperti mengenakan sebuah sabuk. Ketika manula terjatuh atau melakukan aktivitas yang terlalu tinggi maupun rendah, secara otomatis Wearable akan mengirim sinyal pada Turtlebot. Sehingga, Turtlebot akan menghampiri lokasi manula terjatuh dan menangkap kondisi manula berupa gambar yang nantinya akan dikirimkan melalui notifikasi line keluarga.
Sehingga, lanjutnya, dengan begitu keluarga dapat memantau manula dari sebuah aplikasi yang digunakannya. Anak ke empat dari lima bersaudara ini mengatakan jika dalam simulasi uji tanggap penanganan manula, pihaknya mengyatakan bahwa simulasi notifikasi paling lama sekitar 6 detik, tergantung pada koneksi internet (WiFi) yang ada dimasing-masing Device maupun rumah.
Dalam membuat aplikasi ini, Agung sapaan akrab anak agung membutuhkan waktu selama satu tahun, mulai dari perencanaan hingga pembuatan aplikasi tersebut. Dana yang dihabiskan oleh agungpun tidak sedikit, sekitar 15 hingga 16 juta dalam pembuatannya. Namun, ia mengakui jika dana tersebut juga disokong oleh pihak Departemen Teknik Komputer ITS.
Jika tidak ada kendala, bukan tantangan namanya dalam membuat sebuah inovasi. Peraih IPK 3.75 dan mahasiswa terbaik mengakui jika dalam proses pembuatan aplikasinya ia juga menemukan kendala yang cukup banya. Salah satunya adalah ketika dia mengumpulkan literature dan jurnal international untuk mendukung penelitiannya. “Dalam inovasi, saya tidak ingin apa yang saya buat ini, sudah pernah dibuat sebelumnya” tegasnya.
Mahasiswa Departement Teknik Komputer ITS ini berharap agar pemerintah lebih memperhatikan dan menindak lanjuti teknologi semacam ini. Mengingat menurutnya, salah satu penilaian keberhasilan pemerintahan adalah dari angka harapan hidup masyarakat Indonesia. Sementara itu, ia juga mengajak pada seluruh developer agar secara bersama-sama untuk mengembangkan teknologi yang dibutuhkan masyarakat Indonesia. [ina]

Rate this article!
Tags: