Tak Konsisten,Pariwisata Kab.Malang Bisa Tertinggal

Pasir putih Pantai Kondang Merak yang sangat bersih dan eksotis di sore hari

Pasir putih Pantai Kondang Merak yang sangat bersih dan eksotis di sore hari

Kab.Malang, Bhirawa
Pengembangan pariwisata Kabupaten Malang saat ini lebih diarahkan kepada wisatawan yang berjiwa allocentris, yakni wisatawan yang suka tantangan dengan fasilitas yang tidak modern. Namun dalam perjalanannya, arah pengembangannya kurang jelas karena belum dibarengi dengan masterplan yang baik.
“Masterplant cenderung berubah-ubah sesuai keinginan masing-masing Bupati Malang yang menjabat, sehingga pengembangan pariwisata kabupaten Malang tidak konsisten dan tidak terintegrasi dengan pengembangan sarana prasarana pendukung pariwisata,” ungkap Ketua Prodi Pariwisata dan Perhotelan Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Malang, A Faidlal Rahman, kepada Bhirawa, Minggu (13/9).
Saat ini misalnya, kabupaten Malang mendeklarasikan Sentra Agrowisata. Namun agrowisata belum mengkarakter dan menunjukan ciri khas pariwisata kabupaten Malang, agar memiliki daya tarik yang kuat.
“Tidak ada daya tarik yang kuat untuk ditawarkan kepada wisatawan. Padahal potensi produk pertaniannya cukup banyak,” tutur Faidlal.
Tidak hanya itu, tidak adanya sinergitas pengembangan pariwisata dengan destinasi wisata di daerah sekitarnya yaitu Kota Batu dan Malang yang sudah maju menjadikan pariwisata kabupaten Malang semakin tertinggal.
Padahal kabupaten Malang bisa menjadi pelengkap, bahkan jauh lebih bisa mengungguli kedua destinasi wisata tersebut dengan menawarkan diversifikasi produk-produk agro.
Oleh karenanya dinas-dinas terkait, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang perlu memfasilitasi stakeholder pelaku wisata dalam pengembangan potensi wisata yang begitu banyak dan memiliki potensi untuk dikembangkan.
Untuk bisa mewujudkan ini semua, dibutuhkan komitmen yang tinggi dari Bupati Malang dan sekaligus mengganti pejabat-pejabat yang tidak serius bekerja dengan keras dan mampu menterjemahkan visi Bupati.
“Bupati yang baru harus memiliki komitmen tinggi terhadap pariwisata. Seluruh kepala SKPD terkait juga dituntut mampu menerjemahkan keinginan Bupati, kalau tidak bisa sudah seharusnya ditata ulang,” tegas Faidlal.
Dia kemudian mengambil contoh bagaimana tidak selarasnya pengembangan pariwisata dengan pengembangan sarana jalan. Banyak jalan ke lokasi wisata rusak, sempit dan tanpa dilengkapi rambu-rambu penunjuk. Selain itu pembinaan stakholder pariwisata juga tidak jalan, bahkan hampir-hampir tidak ada. “Poncokusumo itu potensinya lebih bagus dibanding Kota Batu. Pantai di sepanjang Malang Selatan juga jauh lebih indah dari pantai-pantai di Bali. Tetapi karena kurang konsisten dan serius, potensi wisata yang indah tersebut tidak bisa dikembangkan,” tandasnya. [sup]

Tags: