900 Ribu Ton Gula Menumpuk di Gudang PG Jatim

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Industri gula di Jatim hingga kini masih menyisakan persoalan yang belum terpecahkan. Hasil produksi gula Jatim hingga kini masih menumpuk di gudang. Hingga pertengahan Oktober lalu total produksi mencapai lebih dari 900 ribu ton dan hampir seluruhnya tidak terserap pasar dan menunggu pembeli.
“Terjadi penumpukan gula di gudang-gudang milik PG di Jatim menambah kegelisahan petani tebu. Dari harga lelang gulanya jatuh akibat tak terserap ke pasar hingga adanya rembesan gula rafinasi ke pasar konsumsi yang telah menyebabkan mandegnya gula petani di gudang,” kata Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Moch Samsul Arifien, Selasa (2/12).
Samsul mengkhawatirkan, usulan impor gula sebesar 3,2 juta ton di tahun 2015, naik 14,28% dari impor tahun 2014 bakal menambah daftar kegeleisahan petani tebu. Menanggapi hal tersebut, ia berharap keputusan yang diambil nantinya tepat. “Seyogyanya stok gula Jatim dihabiskan dulu, barulah kita membicarakan masalah impor gula rafinasi,” katanya.
Jika impor dilakukan, lanjutnya, sementara gula Jatim masih menumpuk, niscaya akan menambah terpuruknya nasib industri gula Jatim. Hal itu, kata Samsul, menimbulkan rasa saling curiga melanda petani, PG bahan baku tebu, PG rafinasi dan industri makanan minuman. “Diperlukan kejujuran, kearifan dan audit independen untuk menjawabnya,” ujarnya.
Jatim sebagai provinsi yang menghasilkan gula mencapai 47 % produksi gula nasional sangat berharap pada tata niaga gula yang tepat. Selama ini produksi gula Jatim yang surplus sekitar 800 ribu ton dijual ke wilayah Indonesia Timur untuk mencukupi kebutuhan gula di sana. Namun tahun 2014 ini nampaknya menjadi tahun yang berat akibat tak banyak terserapnya gula Jatim di pasar.
Kebutuhan gula nasional tahun ini sebesar 5,4 juta ton bersumber dari produksi Gula Kristal Putih (GKP) nasional sebesar 2,4 juta ton dan gula dari impor raw sugar sebesar 3 juta ton, atau konsumsi masyarakat Indonesia rata – rata mencapai 450 ribu ton per bulan. Berjalan memasuki bulan Oktober (10 bulan lewat), 4,5 juta ton gula telah dikonsumsi masyarakat.
Dari perhitungan tersebut semestinya stok gula nasional tinggal 900 ribu ton, namun kenyataannya gula masih banyak menumpuk di gudang PG tak hanya di Jatim saja namun juga di berbagai wilayah di Indonesia yang mencapai sekitar 2 juta ton.
Selama ini, pihaknya telah melakukan perencanaan dan kebijakan teknis pembangunan perkebunan di Jatim melalui kajian, audit, dan penelitian. “Kami berharap dan berdoa masalah bisa segera terselesaikan dengan baik. Seperti gula yang kini menumpuk di Jatim dan belum bisa tersalur ke pasar menimbulkan banyak kecurigaan kepada tata niaga gula rafinasi yang merembes ke pasar konsumsi,” tuturnya.
Semestinya, tambahnya, gula rafinasi diperuntukkan mencukupi kebutuhan industri makanan dan minuman saja. Namun, diperkirakannya kini gula rafinasi memang beredar di pasar, terutama wilayah Indonesia Timur yang sebelumnya menjadi pasar gula Kristal milik petani di Jatim. [ma,jnr]

Tags: