Tak Lena DBD

Bersamaan dengan penyusupan virus corona, kasus supect demam berdarah ternyata masih menjadi endemi. Seiring musim hujan, genangan air menjadi tempat kembang biak nyamuk aedes aegepty. Sampai pekan pertama bulan Maret 2020, terdapat 100 jiwa terenggut DBD (demam berdarah dengue). Serta suspect positif DBD menimpa 16.099 orang. Pemerintah dan masyarakat diharapkan tak lena memperhatikan kebersihan lingkungan.
Jumlah korban (jiwa) DBD tertinggi terjadi pada propinsi NTT (Nusa Tenggara Timur), sebanyak 21 orang. Disusul Jawa Barat (15 orang), dan Jawa Timur (11 orang). Ketiganya masuk dalam “zona merah” DBD. Empat propinsi lain menempati “zona kuning,” yakni, Lampung (7 orang), Jawa Tengah (4 orang), serta Bengkulu dan Sulawesi Tenggara, masing-masing 3 orang. Disusul masing-masing dua korban jiwa di Sumut, Riau, Sumbar, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, dan Sulteng.
Secara nasional, menurut data Direktorat Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, DBD telah berjangkit kembali di 22 propinsi. Seluruhnya mencatatkan korban tak tertolong. Endemi DBD tergolong cepat. Pada tiga pekan awal tahun 2020, masih sebanyak 100 kasus, tersebar dienam propinsi. Terutama di Jawa Barat, Jambi dan Bali. Namun pada pekan ke-10 (awal Maret 2020) sudah tercatat 14 ribu lebih kasus.
Sebaran DBD bergantung pada musim (hujan), bisa sampai bulan April. Seluruh daerah (propinsi) bisa mengalami pe-wabah-an. Di Jawa Timur, misalnya, selama 6 pekan terakhir, telah dirawat sebanyak 1.759 orang. Sebanyak 15 pasien, jiwanya tidak tertolong. Kasus paling banyak terdapat di Malang (218 orang), Pacitan (208), Trenggalek (166 kasus), Kediri (100 kasus), dan Probolinggo (97 kasus).
Namun jumlah suspect yang tercatat dalam lingkup nasional menurun dibanding periode yang sama (triwulan pertama) tahun lalu. Angka kematian akibat DBD (awal tahun hingga Maret 2019) sebanyak 436 orang. Selingkup nasional sepanjang tahun 2019 tercatat 137.761 kasus DBD, dengan angka kematian sebanyak 917 orang. Sehingga selingkup nasional masih sangat patut waspada DBD! Usia suspect paling banyak pada anak 5 – 14 tahun (41,72%), serta usia dewasa 15 – 44 tahun (37,25%).
Berdasar data Center for Disease Control and Prevention (dibawahkan World Health Organisastion, WHO), setidaknya terdapat 400 juta kasus demam berdarah di seluruh dunia. Rutin menjangkit setiap tahun. Menurut data WHO, Indonesia menempati peringkat kedua diantara 30 negara endemik. Gejala klasik DBD berupa demam tiba-tiba, disertai sakit kepala (biasanya terasa di bagian belakang mata), serta nyeri otot dan sendi.
Musim hujan periode ini terlambat datang. Tetapi langsung menggebrak ekstrem dengan intensitas tinggi. Di seluruh Indonesia hampir tiada daerah yang bebas banjir, menggenangi area permukiman. Banjir juga membawa sampah dari drainase yang dangkal dan kotor. Siang hari banyak lalat, sedangkan pada malam hari terasa lebih banyak nyamuk. Kondisi itu menyebabkan lingkungna tidak sehat, menyebabkan penyebaran DBD dan tipus.
Puskesmas, dan RSUD milik kabupaten dan kota, diharapkan tidak menutupi kasus demam berdarah. Kini pe-wabah-an penyakit juga diwaspadai melalui Inpres Nomor 4 Tahun 2019 tentang Peningkatan Kemampuan Dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia. Inpres dengan judul sangat panjang ditandatangani pada 17 Juni 2019, sebelum virus corona mewabah.
Instruksi presiden sebagai peta jalan “Ketahanan Kesehatan Nasional” wajib dilaksanakan sebagai tindakan preventif. Melibatkan 22 Kementerian dan Lembaga Negara, serta seluruh gubernur, bupati, dan walikota. Masyarakat menunggu realisasi aksi kongkret menghadapi DBD.
——— 000 ———

Rate this article!
Tak Lena DBD,5 / 5 ( 1votes )
Tags: