Tak Mau Ambil Risiko Kerjasama dengan Sekolah

Foto: ilustrasi

PTN Diimbau Perbanyak SBMPTN Berbasis Komputer
Surabaya, Bhirawa
Panitia pusat Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) mengimbau agar PTN meningkatkan jumlah peserta ujian tulis berbasis komputer (UTBK). Salah satunya melalui kerjasama untuk menggunakan sarana dan prasarana milik sekolah jenjang SMA/SMK. Namun, hal itu justru dianggap terlalu beresiko.
Hal tersebut dikarenakan terdapat klausul yang sulit dipenuhi oleh sekolah. Klausul ini terkait keamanan dan pertimbangan risiko lain selama penyelenggaraan UTBK. “Ini bukan kerja sama biasa. Tapi dalam kurun waktu tertentu komputer itu harus aman dan dalam penguasaan kita,” kata Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Mohammad Nasih, Rabu (28/3).
Dengan begitu, kata Nasih, sejak awal Panitia Lokal (Panlok) 50 Surabaya tidak mempertimbangkan kerja sama dengan SMA/SMK/MA. Belum lagi dalam waktu dekat komputer di sekolah tersebut digunakan ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Pihaknya lebih berusaha mengoptimalkan komputer yang ada di tiap-tiap PTN.
“Jadi memang tidak terlalu banyak progres. Di Surabaya yang dilakukan adalah memaksimalkan dari internal universitas. Dari Unair sendiri coba kita tambahi, ITS berapa jumlahnya, termasuk Unesa mau dinaikkan, dan menunggu kampus-kampus lain,” terangnya.
Apakah memungkinkan bekerja sama dengan perguruan tinggi swasta (PTS) atau politeknik negeri di Surabaya? “Mungkin saja bicara dengan politeknik negeri atau PTS. Tapi kami belum sampai ke sana. Kami masih menunggu hasil evaluasi seperti apa,” ujar Nasih.
Menurut dia, saat ini fokus PTN pada jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Panitia pusat memberi tenggat sampai Jumat (30/3) mendatang agar PTN menyerahkan data pemilih PTN pilihan pertama. “Jumat kan tanggal merah, jadi semua sedang fokus di SNMPTN. Setelah itu kita mulai bergerak lagi,” ungkap Nasih.
Disinggung komputer yang akan disiapkan Unair, Nasih mengaku tidak jauh beda dengan tahun lalu. “Kemarin 855 komputer itu sudah sangat maksimal,” tegasnya. Untuk penambahan komputer lain diakuinya ada beberapa. Tapi, yang menjadi kendala adalah aspek keamanan dan risiko karena sebagian besar tidak punya genset.
“Sejak awal kita konservatif saja, nyalakan genset bukan nyalakan listriknya. Sehingga bisa kita kontrol secara penuh. Kita masih punya juga di beberapa lokasi. Tapi kami masih menunggu komitmen semua pihak. Artinya itu kan tidak mudah,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Dr Saiful Rachman menuturkan, SMA/SMK di Jatim telah menggelar ujian berbasis komputer seratus persen. Dari segi sarana prasarana sekolah memiliki kelengkapan yang memadahi. Namun, pihaknya tidak akan memberikan penawaran agar UTBK SBMPTN tersebut digelar di sekolah.
“Kalau pihak rektor PTN mau pro aktif ya silahkan. Kerjasamanya dengan pemerintah provinsi dan dilanjutkan ke sekolah masing-masing. Prinsipnya kita welcome saja, tapi juga tidak nawar-nawarkan,” pungkas dia. [tam]

Tags: