Tak Menarik Dijual Mentah, Jagung Bisa Diolah Jadi Sirup Segar

Ketua Panitia KKN Untag Surabaya memamerkan produk mahasiswanya berupa Si-Jase kepada Kabid Perekonomian Bapppeda Lamongan Sofiah.

Ketua Panitia KKN Untag Surabaya memamerkan produk mahasiswanya berupa Si-Jase kepada Kabid Perekonomian Bapppeda Lamongan Sofiah.

Kota Surabaya, Bhirawa
Ada banyak penelitian dan karya inovatif yang lahir dari tangan-tangan kreatif mahasiswa. Karya-karya itu tentu akan lebih berarti jika dibuat sesuai kearifan lokal di masyarakat. Seperti yang dilakukan tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya dalam menciptakan produk Sirup Jagung Selorejo (Si-Jase) untuk pengembangan ekonomi Desa Selorejo, Sambeng, Lamongan.
Sirup identik dengan buah-buahan sebagai bahan dasar pembuatanya. Namun di tangan para mahasiswa Untag Surabaya, sayur pun bisa disulap menjadi minuman segar. Terbukti, Si-Jase yang mereka buat berhasil menarik perhatian masyarakat desa dalam mengolah jagung menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi lebih.
Sesuai tujuannya, produk ini pun tidak dibuat dengan cara yang rumit juga tidak perlu menggunakan peralatan canggih. Salah satu peserta KKN Pungki Kritiawan mengaku, pembuatan sirup jagung ini sangat sederhana. Mulanya, jagung berusia 75 hari sejak masa tanam dipisahkan dari tongkolnya. Kemudian ditambahkan daun pandan sebagai pewangi, gula pasir dan susu. Semua bahan tersebut dicampur lebih dulu kemudian direbus dan diblender.
“Kita sengaja membuat produk dengan cara sederhana agar mudah dipraktikan masyarakat desa,” tutur Pungki.
Agar dapat menarik pasar, produk diberi label Si-Jase dan dikemas secara higienis. Pungkin mengakui, produk ini dibuat juga karena melihat potensi desa tempat mereka mengikuti KKN. Salah komoditas utama di pertanian desa tersebut adalah jagung. Sehingga, membuat olahan jagung dinilai menjadi langkah yang tepat untuk mengembangkan potensi ekonomi desa. Dia yakin, produk olahan ini akan dapat melahirkan unit Usaha Mokro Kecil dan Menengah (UMKM) baru di desa.
“Selama ini, petani hanya bisa menjual produknya dalam kondisi masih mentah. Dengan begitu penghasilan yang diterima cukup rendah. Padahal jika diolah, jagung akan lebih awet dan lebih bernilai jual,” tutur dia.
Ditambahkan Ketua Panitia KKN Untag Surabaya Heri Murnawan, KKN yang dilakukan mahasiswanya tahun ini sengaja diarahkan untuk menciptakan sekaligus mengembang UMKM di pedesaan. Pengembangan UMKM ini menurutnya tidak bisa sembarangan. Hal ini harus disesuaikan dengan potensi desa. Sebab, kearifan lokal merupakan penentu arah kemajuan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa.
Heri menuturkan, saat ini pemerintah mulai menunjukkan perhatian yang serius terhadap pengembangan ekonomi desa. Hal ini terlihat dari sejumlah regulasi yang ada seperti Undang-Undang Desa. “Kita dari kalangan akademisi harus menyambut ini. Salah satunya dengan mendampingi masyarakat dalam mengembangkan potensinya,” kata Heri.
Sementara itu, Kabid Perekonomian Bappeda Kabupaten Lamongan Sofiah menyambut positif karya-karya mahasiswa Untag ini. Dia mengaku, kerjasama ini harus terus dilakukan untuk mengembangkan produk tersebut hingga benar-benar melahirkan wirausaha-wirausaha baru. Pihaknya juga pun berjanji akan mendorong seluruh desa di Kecamatan Sambeng, Lamongan ini untuk lebih menguatkan bidang wirausaha.  “Kami akan masukkan produk-produk para mahasiswa yang KKN ini ke Koperasi Industri Daerah (Kopinda) Lamongan agar dapat lebih berkembang,” ujarnya. [tam]

Tags: