Tak Miliki Catatan Buruk Akademik, IP Diatas 3

Tiga tersangka itu berinisial NA, KPS, dan ATP Kelompok Hacker Asal Surabaya yang diungkap Subdit IV Cyber Crime Dit Reskrimsus Polda Metro Jaya.

Tiga Mahasiswa Stikom Diamankan FBI
Surabaya, Bhirawa
Stikom Surabaya membenarkan jika tiga anggota kelompok Surabaya Black Hat (SBH) yang ditangkap Polda Metro Jaya dan Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat di Surabaya beberapa waktu lalu adalah mahasiswanya. Mereka disangka meretas situs di 44 negara.
Ketiganya adalah adalah Katon Primadi Sasmitha(21), Nizar Ananta (21) dan Arnold Triwardhana Panggau (21) merupakan mahasiswa S1 Sistem Informasi angkatan 2015. Dikalangan kampus mereka dikenal sebagai mahasiswa cerdas dengan indek prestasi (IP) rata-rata diatas 3 dan tidak memiliki catatan buruk akademik. “Iya memang benar, mereka mahasiswa kami, sekarang sudah semester 6 berjalan dan aktif S1 Sistem Informasi” kata Kepala Humas STIKOM Sugiharto Adhi Cahyono kepada Bhirawa, Rabu (14/3).
Ketiganya, lanjutnya, merupakan mahasiswa satu angkatan 2015 Sistem Informasi. Di akui Sugiharto, ketiga tersangka cyber crime tidak mempunyai catatan buruk akademik maupun pelanggaran etika. “Indeks prestasi nya diatas 3. Untuk organisasi mereka tidak aktif mengikuti organisasi seperti BEM atau Senat” ungkapnya
Ditanyai mengenai. Kebijakan kampus atas tindakan ketiga pelaku, Sugiharto menjelaskan bahwa hingga saat ini pihaknya masih mengedepankan asas praduga tak bersalah karena pelaku masih menjalankan proses hukum. “Biar proses hukum yang membuktikkan itu. kita mennggu proses situ sampai mana, setelah itu kami akan menentukan kebijakan yang akan diambil” kata pria yang akrab disapa Adhi ini.
Adanya kejadian tersebut, tak lantas membuat pihak Stikom membatasi gerak-gerik mahasiswanya dalam berkreasi maupun berkreatifitas. Akan tetapi, pihaknya akan mengedepankan pengelolaan, pembinaan dan mewadahi para mahasiswa agar melakukan sesuatunya secara positif. “Justru kita tidak ingin membatasi ruang gerak mereka, tapi bagaimana mengelola keahlian mereka. bisa saja mereka memiliki kapasitas melebihi yang kita pikirkan” Urainya.
STIKOM selama ini sudah melakukan aktivitas dalam pembentukan karakter mahasiswanya. Selain itu, pihak kampus juga memiliki unit organisasi untuk penelitian yang berkaitan dengan jaringan. “Kalau nakalnya mahasiswa main Jaringan ada. Tetapi, internal kampus kami ada pusat teknologi informasi yang memantau apalagi ada kartu RFID sebagai akses di kampus” katanya.
Salah satu Alumni Stikom Surabaya yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan jika komunitas semacam ini (Hacker, red) sudah ada dan diikuti beberapa mahasiswa terkait. Hanya saja, yang tergabung dalam komunitas tersebut adalah mahasiswa satu tingkatan diatasnya. “Memang ada, hanya saja dunia hacker kan ada dua, ada yang untuk pembelajaran (uji keamanan) ada juga yang motifnya mencari keuntungan” ungkapnya.
Namun, jelasnya, jika ditanya, apakah dilingkungan seangkatan saya tergabung dalam hacker negative, mungkin saya tidak bisa membeberkan hal tersebut. Mengingat secara personal mereka juga menutup diri jika tergabung dalam komunitas semacam itu.
Surabaya Black Hat (SBH), di konfirmasi melalui pesan Whattsapp mengungkapkan, jika berdirinya SBH dimulai sejak tahun 2011. Organisasi ini menurut penasehat SBH Rama Zeta, merupakan organi yang didirikan oleh beberapa pemuda Surabaya, yang dokus pada edukasi kepada masyarakat awam. “SBH didirikan sebagai wadah pembelajaran IT di Surabaya” Cerita Penasehat SBH Rama Zeta, Rabu (14/3).
Rama mengakui jika ketiga pelaku yang mencatut nama SBH, merupakan anggota SBH yang sudah tidak aktif per tahun lalu. “Mereka sudah tidak aktif setahun yang lalu karena pergantian kepengurusan disetiap tahunnya” imbuhnya.
Hanya saja, lanjutnya, mereka bertiga tidak ada susunan kepengurusan maupun organisasi aktif di SBH. Disinggung mengenai, apakah Ia mengenal pelaku, Rama menjelaskan bahwa dirinya secara pribadi tidak mengenal para pelaku. Ia menguraikan, bahwa di dalam komunitaspun, mereka bertiga tidak pernah share atau berdiskusi mengenai hal-hal tersebut (Hacker, red).
Pakar IT, Bekti Cahyo mengungkapkan jika komunitas semacam itu (SBH, red) juga ada di berbagai daerah di Indonesia. Ia menjelaskan, bahwa komunitas tersebut,cenderung tidak mengenal secara fisik. Kepala Lab. Infrastuktur dan Keamanan Sistem Informasi ini juga menuturkan jika kemampuan para pelaku cyber crime yang di tangkap beberapa waktu yang lalu tergolong diatas rata-rata.
“Meskipun usianya dikatakan masih muda, namun kemampuan mereka ini bisa dikatakan sudah matang. Mereka bisa memulai hacker sejak dari SMP, SMA, ataupun kuliah” Papar Bekti sapaan akrab Bekti Cahyo.
Mengingat, lanjutnya, siapapun bisa mempelajari ilmu hacker melalui internet, bahkan ada yang berupa video tutorial. Disinggung mengenai perkembangan Hacker di Surabaya, Bekti menuturkan jika bisa jadi secara personal, individu maupun perorangan kemampuaan hacker nya semakin meningkat. Di mana hal tersebut juga beriringan dengan semakin majunya teknologi keamanan.
“Jadi, antara kemampuan Hacker dan Teknologi keamanan akan tersusun beriringan” Pungkasnya.
Sementara itu Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera mengaku pernah mengingatkan hacker Surabaya untuk tidak meretas situs dan system elektronik di dalam dan luar negeri. Salah satunya terhadap komunitas hacker Surabaya Black Hat (SBH) yang anggotanya diamankan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) dan Polda Metro Jaya.
“Saya akui memang benar, kita pernah melakukan pembinaan (kelompok hacker dan siber di Surabaya). Tetapi kejahatan itu tergantung dari pribadi masing-masing,” kata Kombes Pol Frans Barung Mangera saat ditemui di Mapolda Jatim.
Bahkan, lanjut Barung, sesuai instruksi Kapolda Jatim pihaknya menggelar pertemuan dengan para hacker dan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI). Tujuannya untuk membahas dan mejaga kamtibmas dalam pelaksanaan Pilkada 2018. Serta mengimbau para hacker untuk tidak melakukan peretasan terhadap situ dan system elektronik.
“Kita sudah melakukan pembinaan, sesuai perintah Kapolda Jatim. Kembali lagi, niat orang tidak bisa diukur dengan pembinaan,” tegasnya. [ina,bed]

Tags: