Tak Mungkin Dimanipulasi, Semua Harus Dibuat di Tempat

Kepala UPT PPPK Dindik Jatim Sumardijono melihat karya Muhdi, siswa SMKN 1 Grati Pasuruan yang berhasil menciptakan aplikasi rumah pintar dengan kontrol arduino smartphone, Kamis (26/11).

Kepala UPT PPPK Dindik Jatim Sumardijono melihat karya Muhdi, siswa SMKN 1 Grati Pasuruan yang berhasil menciptakan aplikasi rumah pintar dengan kontrol arduino smartphone, Kamis (26/11).

Sepekan untuk Ciptakan 100 Karya Siswa SMK
Kota Surabaya, Bhirawa
Para siswa SMK di Jatim kembali ditantang unjuk kreativitas, inovasi serta kompetensi yang mereka miliki. Satu siswa untuk satu karya. Targetnya, dalam enam hari ini seratus siswa akan menelorkan 100 karya cipta orisinal. Semua karya dikerjakan dalam satu tempat dan pengawasan ketat di Lomba Karya Cipta Siswa (LKCS) SMK 2015.
Empat hari sudah berselang sebanyak 100 siswa SMK dari berbagai daerah di Jatim sibuk mengotak-atik bakal karya mereka di bengkel milik UPT Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Kejuruan (PPPK) Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim hingga, Kamis (26/11) kemarin. Sebagian karya masih tampak setengah jadi, sebagian lagi sudah tinggal proses finishing.
Salah satunya di ruang elektronika, berbagai karya unik ada di sana. Seperti karya ciptaan Muhdi. Siswa asal SMKN 1 Grati Pasuruan itu menciptakan rumah pintar dengan kontrol arduino smartphone. Karya siswa kelas XII jurusan teknik audio video ini merupakan kolaborasi antara aplikasi android dengan perangkat elektronik di rumah. “Kita bisa mematikan alat-alat elektronik lewat smartphone ini. Mulai kipas angin, lampu, TV dan peralatan elektronik lainnya,” kata Muhdi.
Untuk memanfaatkannya pun sangat mudah. Pemilik rumah tinggal mengucap perintah matikan lampu, maka lampu akan mati. Nyalakan kipas angin, maka kipas angin akan menyala. Kecanggihan lainnya, perintah juga bisa dikirim menggunakan pesan teks. “Tinggal ketik pesan lewat aplikasi ini. Maka perintah kita akan langsung direspon micro controller rumah pintar. Lalu menerjemahkannya pada tindakan,” ungkap dia.
Muhdi menjelaskan, proses pembuatan karya ini dimulai dengan menciptakan software aplikasi. Setelah itu, baru micro controller dirangkai untuk dijadikan penghubung antara aplikasi dan panel listrik. Setelah keduanya rampung, komunikasi antara panel dengan aplikasi di smartphone dihubungkan menggunakan bluetooth. “Ini sudah saya coba menggunakan daya 220 volt. Jadi micro controller  ini sudah bisa diaplikasikan di rumah tangga,” tutur dia.
Dalam percobaannya, Muhdi pun membuat prototype rumah yang memiliki lampu dan kipas angin. Untuk menyalakan dan mematikan peralatan elektronik itu, dia sudah tinggal menggunakan smartphone. “Dulu saya pernah membuat karya serupa. Tapi masih pakai tombol. Sekarang saya kembangkan pakai suara dan pesan teks,” ungkap dia.
Selain Muhdi, karya tak kalah unik juga ditunjukkan Bisma Bagus Kusuma. Siswa Kelas XI jurusan teknik listrik SMK Rajasa Surabaya ini menciptakan pengendali pompa air dengan kontrol ringtone HP. Untuk menyalakan pompa air tinggal miscall, untuk mematikannya pun demikian. “Ini sebenarnya cocok untuk diaplikasikan di tandon air yang terletak di tempat tinggi. Khususnya ketika ingin dibersihkan,” tutur Bisma.
Untuk membersihkan tendon, lanjut dia, petugas tidak perlu naik turun untuk menyalakan dan mematikan air secara manual. Tinggal di-miscall, air otomatis akan mengalir. “Kalau untuk pengisian sehari-hari bisa menggunakan saklar otomatis yang sudah biasa dipakai dan banyak di pasaran,” kata dia.
Kepala UPT PPPK Dindik Jatim Sumardijono mengungkapkan, para peserta yang ikut dalam ajang ini wajib membuat satu karya cipta. Karya tersebut harus dibuat dari nol sampai benar-benar menjadi karya nyata di lokasi lomba. Semua proses juga diawasi dewan juri selama lima hari. “Dari sekolah, siswa sudah membawa rancangan karya. Rancangan itu dipresentasikan dulu, baru proses pembuatan karya dimulai lima hari,” kata dia.
Di hari terakhir, siswa kembali presentasi karyanya di hadapan dewan juri. Presentasi akhir ini, lanjut dia, sekaligus mencocokkan fungsi dengan rancangan yang sudah dibawa dari sekolah. “Meskipun karyanya bisa berfungsi, tapi kalau tidak sesuai rancangan ya tetap saja mengurangi nilai,” kata dia.
Selain bidang elektro, Sumardijono menyebut empat bidang lomba lainnya. Di antaranya ialah bidang teknik mesin, tata busana, teknik otomotif dan tata boga. “Masing-masing bidang diikuti 20 siswa. Tantangannya pun sama, satu siswa menciptakan satu karya,” tutur dia. [Adit Hananta Utama]

Tags: