Tak Pernah Digubris Pemkot, Kampung Nelayan Tertua Pilih Jadi Kampung Mandiri

Salah satu warga menjemur ikan asin di tengah-tengah gunungan sampah, Senin 28/3) kemarin. [Gegeh Bagus/bhirawa]

Salah satu warga menjemur ikan asin di tengah-tengah gunungan sampah, Senin 28/3) kemarin. [Gegeh Bagus/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Tercatat sebagai kampung nelayan tertua di kota Surabaya, kampung Nambangan Cumpat, Kelurahan Kedung Cowek seperti jauh dari tangan pemerintah. Warga yang mayoritas sebagai nelayan dalam mata pencahariannya pun menginginkan kampungnya bersih dan bebas dari sampah layaknya di tengah Kota metropolitan. Namun sejauh ini , permintaan gerobak sampahpun tak pernah dipenuhi.
Salah satu warga Nambangan Cumpat, Misbahul Munir mengatakan, sejak tiga tahun yang lalu warga meminta bak sampah untuk menampung sampah sementara. Sebab, selama ini warga Nambangan Cumpat kesulitan mencari tempat sampah akan di buang dimana. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) terdekat, TPS samping makam Mbah Sumbo sekitar 1 Km dari kampungini pun juga tidak berfungsi.
“Warga disini hanya ingin ditata kampungnya biar rapi, bersih, apalagi disini kan kampung nelayan tertua. Jangankan minta bak sampah, gerobak sampah saja nggak ada,” katanya saat ditemui Bhirawa, Minggu (28/3) kemarin.
Namun, keinginan warga selalu kandas lantaran tak pernah digubris oleh Pemkot Surabaya. Munir yang juga sebagai Ketua Kelompok Nelayan Tradisional Jawa Timur (KNTI) menyayangkan perhatian dari Pemkot yang tak kunjung ada. Sebab, pria yang sudah melakukan survey di setiap pesisir yang ada di Jatim terlihat bersih dan tertata. Hal ini membuat pengunjung betah dan ingin berlama-lama.
“Kenapa Pemkot yang punya anggaran luas seakan-akan nggak tertata, ini yang saya tanyakan ke Bu Wali (Tri Rismaharini),” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Nelayan Mandiri di Nambangan Cumpat Kelurahan Kedung Cowek, Sumali menambahkan bahwa kampung nelayan Nambangan Cumpat harus berubah, termasuk kebersihannya. Warga, menurut Sumali, masih banyak membuang sampah ke laut.
“Apalagi TPS disini sudah nggak berfungsi yang ada di samping Makam Mbah Sumbo, ya akhirnya buang sampahnya ke laut,” katanya.
Kampung Nambangan Cumpat yang mayoritas nelayan ini berjumlah 650 nelayan yang ada di Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak. Pantai di wilayah Nambangan dan Cumpat semakin hari semakin memprihatinkan karena sampah. Sejak Tempat Pembuangan Sementara di kampung ini tak beroperasi, warga membuang sampah ke laut. Ini tentu menjadi kebiasaan buruk warga.
Berbagai jenis sampah dibuang ke laut. Sampah dari sisa pengolahan dapur berupa organik maupun plastik dibuang begitu saja. Parahnya, selokan dari rumah-rumah di sekitar pantai juga dibuang ke laut.
“Di sini tidak ada tempat pembuangan sampah atau tukang sampah yang memunguti sampah setiap harinya, ya jadinya sampah-sampah dibuang langsung ke laut,” ujar Bintin salah satu warga Cumpat.
Jika hal ini dibiarkan terus, laut Nambangan dan Cumpat akan semakin rusak. Lingkungan buruk demikian tentu akan berdampak pada kondisi kesehatan warga. Itulah yang mendorong Kelompok Ibu Mandiri (KIM) melaksanakan pelatihan pengelolaan sampah. Mereka berlatih di Sentra Ikan Bulak dengan menghadirkan pegiat pengelolaan sampah dari Sidorajo dan Gresik.
Bank Sampah di Nambangan dan Cumpat kemudian dirintis oleh KIM. Meski ada berbagai kendala, upaya pengelolaan sampah dengan model ini diharap bisa mengurangi sampah di kampung ini. “Mangkanya disini disebut kampung mandiri,” tambahnya. (geh)

Tags: